Dari hal-hal sederhana, ada banyak kenangan yang bisa terukir. Salah satu sahabat kami yang bernama Sri Wangadi menceritakan bagaimana sepeda motor butut ayahnya membawa banyak kenangan. Tulisan ini adalah bagian dari Lomba Menulis: Ayah, Aku Rindu.
***
Saya adalah anak kedua dari 3 bersaudara, sebenarnya sih anak ketiga dari 4 bersaudara, namun kakak saya yang kedua lebih disayang Allah, dia dipanggil Yang Maha Kuasa saat baru dilahirkan ke dunia, jadilah saya anak kedua dari dua saudara saya yang keduanya adalah laki-laki. Jadi, dalam keluarga kecil saya, hanya ada 2 wanita yaitu saya dan ibu. Saat kecil, saya lebih sering diajak jalan-jalan oleh bapak dibandingkan dengan ibu. Kalaupun jalan dengan ibu, lebih sering pas dekat-dekat momen lebaran, yahhh, sekedar nyari baju lebaran yang pas buatku.
Advertisement
Sosok bapak yang kukenal hingga saat ini adalah sosok yang sangat menyayangi keluarga, tak terlepas pula nilai-nilai agama selalu diajarkan kepada kami. Shalatnya rajin, ngajinya rajin, setiap malam menjelang tidur, suaranya selalu melantunkan ayat-ayat suci Al-Quran. Cara beliau mengajarkan kami nilai agama tidak melulu dengan ceramah-ceramah atau nasehat-nasehat, tapi langsung dengan perbuatan. Tak terlewatkan setiap Maghrib tiba, kami harus sudah berada di rumah untuk menjadi jamaah dalam shalat Maghrib yang diimami oleh bapak.
Sepeda Motor Butut Kesayangan
Dari semua kisah bersama bapak, sepeda motor butut adalah salah satu yang aku kenang. Saya sering mengikuti bapak membonceng kakak saya setiap kakak diantar ke sekolah. Bapak baru berganti motor butut ke motor barunya kira-kira saat saya masuk kelas 5 SD, sampai sekarang motor tersebut masih awet. Saking sukanya saya naik motor, di betis saya masih ada bekas knalpot yang menempel sampai saat ini. Hal tersebut dikarenakan saya tidak berhati-hati dan terlalu antusias saat naik motor, hingga tidak menyadari kaki saya sudah menyentuh knalpot yang sangat panas, jadilah betis saya kena luka bakar yang sangat sulit untuk dihilangkan. Ya, anggap saja ini sebagai kenang-kenangan saya karena selalu ingin mengikuti beliau kemanapun bapak pergi.
Tempat saya bersekolah, sama dengan tempat kakak, jadi saat saya masuk sekolah, setiap hari sebelum ke kantor, bapak menyempatkan waktu untuk mengantar kami ke sekolah. Setiap hari sepulang sekolah, selain main bersama teman-teman di kompleks tempat tinggal, saya juga selalu bermain apa saja bersama bapak, misalnya saja main layangan.
Jika saya ingin membeli peralatan sekolah, mengunjungi pameran, menonton pertunjukkan atau sekedar ingin membeli sesuatu yang saya inginkan, selalu bapak yang menemaniku dengan motornya. Saat saya sedang sakitpun, bapak yang selalu mengantar saya untuk berobat ke dokter atau ke puskesmas. Ya, saya selalu merasa senang jika dibonceng oleh bapak. Saya adalah anak yang ngambekan, mungkin karena saya anak tengah, makanya saya selalu cari perhatian, kesalahan sedikit saja pasti saya tidak bisa terima. Semua yang saya inginkan harus dikabulkan. Ahhhh semua kisah itu terbawa-bawa sampai sekarang.
Saya selalu berpikiran bahwa semua yang saya inginkan harus dimengerti tanpa perlu dikatakan, namun bapak selalu sabar menghadapi saya. Misalnya saja, pernah saya menginginkan pergi menonton pertunjukan yang diadakan di kota saya, tapi saat itu bapak masih di kantor, jadilah saya uring-uringan tidak jelas, mengunci diri di kamar, tidak mau bicara sepatah kata, ditambah mogok makan padahal saya lapar banget. Setelah ngambek seharian, keesokan harinya bapak mengajak saya jalan-jalan, kebetulan hari itu libur, kami mengunjungi pameran yang hampir tiap tahun diadakan di kota saya. Saya anggap hari ini adalah utang yang harus dibayar karena kemarin tidak bisa menemani saya menonton pertunjukkan... hahahaha. Yup, semua itu kami lewati dengan motornya.
Perhatian bapak ke anak-anaknya mungkin susah untuk diungkapkan lewat kata-kata, tapi saya selalu melihatnya lewat perbuatan. Mungkin sifat itu yang menurun pada saya. Saya sangat susah untuk mengatakan suka ataupun mengungkapkan sayang kepada orang lain, tapi bolehlah dilihat dari perhatian dan perbuatan. Walaupun saya orangnya cuek, tapi di dalam hati saya ada kok bentuk-bentuk cinta yang hanya orang tertentu saja yang bisa memahami. Demikian, begitulah sepenggal cerita saya bersama bapak.
Intinya adalah saya merindukan masa-masa kecil bersama bapak. Tapi sekarang udah nggak pernah lagi diajak jalan, hikzz...
Tapi tapi tapiiii... sampai saat ini motor bapak selalu siap mengantarku kemanapun saya pergi, tapi kalau jalan-jalan bersama sudah tidak pernah lagi. Kalau sekarang, saya hanya minta antar ke suatu tempat saja, ke kampus misalnya, itupun tidak setiap hari, misalnya saat pemogokan angkot. Atau kadang saya minta diantar bapak ke tempat yang belum saya ketahui alamatnya.
Pokoknya saat ini motor bapak hanya bisa saya manfaatkan untuk minta antar saja, bukan jalan-jalan. Tapi saya senang dengan hal tersebut karena tidak semua orang mau diantar orang tuanya saat sudah dewasa, mungkin malu? Entahlah. Syukurlah saya tidak merasakan hal yang seperti itu :D
- Meski Tidak Kaya, Bapak Selalu Punya Cara Bahagiakan Anak-Anaknya
- Saat Aku Menoleh ke Belakang, Kuingat Sebuah Pesan dari Bapak
- Merindukanmu Justru Menguatkan, Sebab Doa Kita Selalu Bersama
- Ayah, Terima Kasih Telah Mencintaiku dengan Cara Sederhana
- Ayah, Kumohon Pulanglah! Tepati Janjimu Mengantarku ke Pelaminan