Momen yang dihabiskan bersama ayah tak akan pernah bisa terlupakan. Hal-hal kecil dan sederhana pun jadi sangat berkesan bila dilakukan bersama ayah. Meski tersimpan juga kecemasan, apakah nantinya masa-masa bersama ayah tersebut akan kita rindukan saat sudah berkeluarga nanti, seperti kisah yang ditulis sahabat Vemale untuk Lomba Menulis Spesial Hari Ayah ini.
***
Hari Selasa pagi itu Yaya, begitulah aku memanggil Ayahku, memberiku nama yang indah. Aku tak mengingat bagaimana ia menyambutku ketika aku menjadi bagian dari dunia ini. Tetapi, satu hal yang kutahu adalah kebahagiaan. Terlahir di keluarga sederhana dengan satu kakak perempuan membuatku merasa biasa. Tidak ada yang spesial, menurutku kala itu. Aku, yang saat itu masih 5 tahun, belum mengerti bagaimana hidup sebenarnya.
Advertisement
Yayaku terlihat biasa jika dibandingkan secara fisik dengan ayah-ayah yang lain. Tetapi, ketika aku beranjak dewasa, amat banyak sekali hal istimewa yang dimiliki oleh yayaku. Tak secara fisik, tetapi hati dan sifatnya. Yayaku tak pernah memarahiku. Dia tak pernah membentakku, berbicara kasar padaku, apalagi memukulku. Ketika beliau melihat sesuatu salah yang kulakukan, beliau memberitahukan dengan sabar bahwa yang kulakukan salah.
Yayaku sangat humoris. Guyonannya sederhana. Mengubah suara, menirukan perilaku seseorang, atau menertawakan hal garing yang diceritakan seseorang dengan suara setengah sarkas. Tetapi, dari sekian guyonannya, satu yang paling kusukai. Ketika Yaya menirukan gayaku saat aku ngambek karena suatu hal. Ketika hal itu terjadi, buyar. Ngambekku akan hilang dan berganti menjadi tawa karena perilaku Yaya.
Yayaku pekerja keras. Beliau bukanlah pegawai kantoran yang berseragam. Bukan juga seorang pekerja yang barang bawaannya adalah laptop atau gadget terbaru. Beliau membawa sendok semen, cat, atau kuas saat bekerja. Ya, Yayaku adalah seorang pembuat taman dan pelukis yang hebat. Sekali waktu aku memperhatikannya membentuk tumpukan bata dan semen hingga menjadi ikan koi yang mengeluarkan air dari mulutnya. Amazing!
Yayaku kudet atau kurang update. Beliau bukan orang sophisticated yang mengerti tentang WhatsApp, Instagram, atau Path. Untuk menyalakan Bluetooth pada telepon genggamnya saja beliau tidak bisa. Aku tidak malu. Malah aku bangga. Yayaku bukan orang yang mau "diatur" teknologi. Selama yang beliau punya apa yang ia butuhkan, tidak masalah baginya. Kadang aku malu padanya, karena aku lebih banyak menghabiskan banyak waktu bermain smartphone. Padahal aku merasa aku tidak cukup smart dalam menggunakannya.
Yayaku tidak pernah mengeluh. Sifat ini begitu klasik, dianggap sok kuat atau bahkan menahan emosinya saja untuk tidak mengeluh. Tapi tidak untuk Yayaku. Yayaku memiliki sesak napas yang sudah cukup lama beliau derita. Ketika terlalu lelah, salah makan, atau dingin, Yayaku akan sesak napas. Sering ia terbangun di tengah malam karena sesak napasnya. Tetapi, ia tidak pernah sekalipun membangunkan ibuku atau aku. Ia menahannya sendiri hingga sakit itu hilang dengan sendirinya.
Yayaku tidaklah over protective.Beliau tidak melarangku bermain. Tidak juga melarangku bermain dengan teman lekakiku. Tetapi, kalau urusan antar jemput sekolah, beliau nomor satu. Hujan, jauh, bahkan tidak mengenal tempat yang dituju tak menjadi alasan baginya untuk tidak menjemputku. Bahkan, ketika beliau mengalami kecelakaan dan tangannya patah, ia masih menjemputku berjalan kaki. Untungnya rumahku tak jauh dari sekolahku.
Sampai sekarang pun, aku seorang mahasiswa semester 7, Yaya masih sering menjemput atau mengantarku ke kampus. Tentu saja, kecupan di kedua pipiku tak pernah terlewat ketika Yaya mengantarku ke kampus. Meskipun banyak temanku yang mengatakanku seperti anak-anak, aku tak malu. Aku malah senang dan menganggap mereka yang mengatakanku seperti anak-anak hanya iri padaku.
Ya, ketika aku sudah tak bersamanya lagi, bagaimana kusampaikan rinduku padamu? Ya, ketika aku sudah dewasa dan memiliki keluarga sendiri, bagaimana aku mengobati kerinduan perhatianmu ketika aku masih anak-anak? Ya, bagaimana kalau aku menginginkan seseorang yang sama sepertimu sedangkan tidak ada yang sama di dunia ini? Aku akan sangat merindukanmu, Ya.
Yayaku adalah lelaki terbaikku. Aku bersyukur Allah mengirimkan seseorang yang begitu sabar dan selalu ada kapan pun aku membutuhkannya. Aku bukanlah anak yang membanggakan, hanya anak perempuan biasa. Aku berharap suatu hari aku akan membahagiakan Yayaku. Semoga Yaya selalu diberi umur yang panjang dan berkah. Happy Father’s Day, Yayaku!
- Meski Ayah Kandung & Ayah Tiri Melukaiku, Kutetap Cinta Keduanya
- Saat Aku Menoleh ke Belakang, Kuingat Sebuah Pesan dari Bapak
- Merindukanmu Justru Menguatkan, Sebab Doa Kita Selalu Bersama
- Ayah, Pria Nomor Satu yang Selalu Mendukung Setiap Langkahku
- Ayah, Walau Sikapmu Kaku, Hatimu Lembut Saat Menyayangiku