Mungkin apa yang kita miliki ini tak sempurna. Tapi kita selalu punya pilihan untuk bisa mensyukuri segala sesuatu dengan sempurna. Seperti ketika kita mensyukuri memiliki seorang ayah yang luar biasa. Ayah yang mungkin tak sempurna, tapi memiliki arti yang besar dalam hidup, seperti kisah dari seorang sahabat Vemale untuk Lomba Menulis Spesial Hari Ayah ini.
***
Kalau banyak orang bilang tidak ada di dunia yang sempurna, memang benar adanya. Tapi aku merasa ada di keluarga yang sempurna. Dengan Ayah yang selalu menjadi kebanggaanku. Beliau mungkin bukan sosok ayah seperti di novel yang aku baca, tetapi beliau adalah sosok yang selalu aku ceritakan dengan bangga pada semua orang. Beliau lahir dari keluarga yang sederhana. Beliau bekerja keras dari subuh hingga petang demi keluarga tanpa mengeluh. Beliau tidak pernah menuntut apapun pada keluarganya. Beliau mendidik kami dengan caranya yang luar biasa.
Advertisement
Kehidupan kami dimulai dengan sederhana, tapi segalanya begitu indah. Beliau bekerja di luar kota, mengayuh sepeda pemberian kakekku setiap pagi ke terminal dengan semangat mencari rezeki halal bagi keluarganya. Tak ada keluh kesah, pun aku, yang selalu minta di antar sekolah saat Ayah libur bekerja. Ketika banyak orang bilang, “Bukankah lebih enak diantar naik becak? Tapi aku tidak peduli, yang kuingat saat itu, aku begitu nyaman setiap diantar ayahku, meski hanya menggunakan sepeda." Kehidupan tidak selalu jalan di tempat bukan jika manusia mau berusaha, begitupun keluargaku. Kami bersyukur atas segala hal yang kami dapat dari kerja keras dan doa kami.
Ayahku, beliau mendidik kami dengan caranya, tidak dengan keras tapi cukup mampu membuat kami segan padanya. Beliau juga mengajarkan pada kami, bahwa materi bukanlah kunci untuk bahagia tapi bersyukur atas apa yang kita punya, itulah yang membuat kita bahagia. Beliau tidak memanjakan aku maupun adikku, tapi dengan cara itulah kami mampu menjadi sosok yang mandiri.
Ayahku adalah seseorang yang mampu diandalkan dalam berbagai keadaan dan aku bangga padanya. Beliau mampu memperbaiki segala barang dengan kemampuannya yang aku bilang amazing. Beliau membantu kami putra-putrinya dengan sabar, mulai dari meraut pensil, menyampul buku hingga mengantar kami ke sekolah. Hal-hal yang ketika dewasa ini sangat aku rindukan karena aku hidup jauh darinya.
Ayah, maafkan aku yang tidak terlalu sering meneleponmu saat ini, tapi aku selalu merindukanmu ayah. Merindukan masa kecilku di gendonganmu, merindukan masa remajaku mulai belajar tentang hidup darimu, merindukan masa dewasaku dengan nasihat-nasihat bijakmu. Bahkan engkau tidak memarahiku karena kesalahan bodohku. Engkau justru menenangkan hatiku yang dipenuhi kegelisahan.
Ayah, engkau lebih dari sekadar ayah bagiku. Engkau juga mampu menjadi teman bagi putri kecilmu yang sekarang sudah dewasa ini. Ayah, aku tahu engkau tidak pernah menunjukkan kesedihanmu di depanku. Tapi waktu aku sakit dan waktu aku sedih, dari cerita Bunda, aku tahu engkau menangis dalam doamu untukku. Terima kasih Ayah. Ayah, aku juga tahu engkau tidak pernah memuji masakanku, tapi aku tahu engkau menyukainya dan mengucapkan pujianmu lewat Bunda. Terima kasih Ayah.
Ayah, yang aku tahu engkau benar-benar berperan sebagai seorang Ayah yang amat baik. Putri kecilmu yang dulu engkau suapi waktu kecil, engkau gendong waktu sakit kini sudah dewasa. Dan Ayah, sehatlah selalu. Karena ketika engkau sakit, engkau tahu putrimu yang cengeng ini akan menangis kan? Jadi jangan pernah sakit, ya. Aku sayang Ayah. Aku sangat merindukanmu, Ayah.
Dan Ayah, di usiamu yang sudah setengah abad lebih, aku hanya berharap berbahagialah atas apa yang telah engkau tanamkan pada putra-putrimu. Garis keriput yang semakin nampak jelas di wajahmu tak mengurangi kekagumanku padamu. Bahkan impianku adalah mendapatkan pendamping hidup seperti ayah.
Doakan putri kecilmu ini, Ayah dan terima kasih untuk kasih sayang dan perhatianmu selama ini. Yang paling penting, aku berterimakasih pada Allah SWT yang telah membuatmu lahir ke dunia ini dan menjadi ayahku yang selalu sempurna di mataku. Aku merindukanmu Ayah, sangat merindukanmu.
Dari Putrimu,
Vinsca Pramesthi
Untuk Ayah Tersayangku
(vem/nda)