Tak mudah memang menghadapi perceraian. Bagaimana pun, tak ada seseorang yang ingin menjalani pernikahan dengan akhir sebuah perceraian. Meski ini mungkin jadi keputusan terbaik yang bisa diambil kamu maupun suami.
Sayangnya, masalah tak berhenti di sini. Akan ada banyak hal lain lagi yang akan kamu hadapi setelah perceraian, salah satunya yaitu menghadapi anak. Sebagai ibu, kamu pasti punya perasaan canggung menghadapi anak setelah perceraian.
Meski mereka tak akan mengatakan secara langsung seperti apa perasaan mereka ketika kedua orangtua mereka memutuskan berpisah, namun pasti ada luka di hati anak. Akan ada perubahan yang ditunjukkan anak, baik itu secara sikap maupun perilaku terhadap orangtua dan orang di sekitarnya.
Advertisement
Di sinilah peran orangtua akan lebih besar, bagaimana pun kamu perlu bertanggung jawab untuk menjaga anak dan berusaha agar perubahan yang terjadi pada anak beralih ke arah yang positif.Terapi pernikahan dan keluarga, Lesli M. W. Doares, mengatakan bahwa anak-anak terkadang punya perasaan bersalah akan hancurnya pernikahan orangtuanya, bahkan jika orangtuanya bilang itu bukan karena mereka.
Anak yang masih kecil biasanya menunjukkan perubahan seperti ingin tidur satu kamar dengan ibu sebagai bentuk mencari perhatian lebih dari orangtuanya. Anak yang lebih besar terkadang menunjukkan kemarahan terhadap orangtua, saudara kandung atau teman-teman di sekitarnya.
Anak-anak remaja dan dewasa muda biasanya berulah melakukan kenakalan remaja seperti bertengkar dengan teman, bolos sekolah, minum-minuman dan lainnya. Untuk mencegah hal ini, anak sebaiknya mulai dijelaskan dan diceritakan apa yang terjadi setelah perceraian. Perhatian dan kasih sayang dari kedua orangtua sebaiknya tidak berubah.
Perlahan anak akan belajar dan memahami perceraian orangtuanya dan berusaha menerima apa yang terjadi. Perceraian orangtua terkadang juga menjadi proses pembelajaran tersendiri bagi anak. Pastikan saja kamu membimbingnya ke arah yang positif ya ladies.
(vem/feb)