Baru-baru ini beredar kabar mengenai ibu yang rela memutilasi anaknya sendiri yang masih berumur satu tahun, di kawasan Gang Jaya 24, Tegal Alur, Cengkareng, Jakarta Barat. Pelaku diketahui bernama Mud. Kejadian ini diduga sang ibu menganut aliran hitam dan mendapat bisikan untuk memutilasi sang anak. Menurut penuturan sang suami, Mud juga kerap diketahui mengigau dan berhalusinasi.
Sungguh tragedi yang begitu ironis, ya. Tak sampai hati membayangkan betapa tega sang ibu samai memutilasi darah dagingnya sendiri. Namun, dilihat dari sisi psikologis sang ibu bisa saja mengalami masalah psikologis Post Partum Psychosis (PPP) atau psikologis pasca melahirkan. PPP sendiri ialah gangguan pasca melahirkan yang berbeda dan jauh lebih berat dari Baby Blues bahkan Post Partum Depression(PPD). "PPP bisa terjadi bersamaan dengan baby blues atau PPD, atau bahkan setelahnya, namun sering dialami dalam waktu lebih panjang," ujar Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani.
Psikolog Anna pun menjelaskan perbedaan antara baby blues, PPD, dan PPP. Kata para peneliti, hampir 80 persen ibu mengalami baby blues sekitar 3-5 hari setelah melahirkan. Ia merasa kelelahan, kadang merasa malas mengurus bayi, mood swingatau suasana hati yang sering berubah-ubah, sehingga baru saja merasa senang tiba-tiba merasa sedih, serta mudah tersinggung.
Advertisement
"Biasanya gejala tersebut menghilang dengan sendirinya dalam waktu dua minggu setelah mengalaminya," tambah Anna.
Sedangkan, untuk PPD, ia bisa muncul pada saat yang bersamaan dengan Baby Blues, ataupun setelahnya. Namun tidak hilang dalam 2 minggu, bisa berlangsung jauh lebih lama. Biasanya ibu tak hanya mengalami gejala-gejala di atas, namun juga mengalami perubahan pola makan (jadi berkurang atau malah berlebihan) dan pola tidur (jadi sulit tidur, terus terbangun, atau justru tidur terus).
"Sang Ibu merasa sulit menyayangi bayi, bahkan mengutuk diri sebagai ibu yang buruk. Apabila terjadi lebih berat atau lebih parah, ibu bahkan berusaha menyakiti atau bahkan mencoba bunuh diri," papar Anna.
Kemudian untuk kasus yang dialami ibu Mud yang rela memutilasi anaknya dapat dikategorikan dalam masalah psikologi PPP karena ada masa-masa di mana kesadarannya seakan-akan "terpisah" dari kenyataannya. Seperti ia merasa mendengar suara yang tidak didengar orang lain seperti bisikan untuk membunuh anaknya. Serta melihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain atau halusinasi. "Kadang halusinasi ini menyuruh untuk membunuh bayinya bukan karena perasaan tega atau sengaja, namun sebaliknya sang ibu memiliki kasih sayang yang luar biasa tapi tidak sedang dalam fase sadar," ungkap Anna.
Seorang ibu yang dapat mengalami PPP biasanya ia telah mengalami kondisi hidup yang luar biasa sulit dan ia tetap bertahan. "Sungguh tega sekali jika orang-orang justru menghakimi sang ibu, ibu sebenarnya sungguh perlu ditolong untuk kembali normal sebagai ibu yang mencintai keluarganya," ucap Anna.
"Semoga ibu yang sedang mengalami PPP seperti ibu Mud mendapatkan pertolongan yang tepat. Kamu bisa membawa ibu dengan PPP seperti ibu Mud ke Klinik Terpadu Fakultas Psikologi UI, agar bisa dibantu," tutup Anna.
Semoga kejadian seperti ini tak terulang lagi, ya Ladies. Dan untuk para ibu yang mengalami gejala-gejala tak biasa usai melahirkan, ada baiknya untuk segera berkonsultasi dan mendapat penanganan yang tepat dari dokter.
(vem/asp/nda)