Baru beberapa hari yang lalu, putra pertama komika Rizky Firdaus Wijaksana (Uus) yang bernama Eiichiro D. Lucky Namberwan Wijaksana, lahir. Nama yang unik, apalagi pada kata 'Namberwan' yang mungkin dimaksudkan Uus dan istrinya adalah 'number one'. Alias yang nomor satu, anak pertama.
Saya nggak langsung menyadari kata 'namberwan' adalah yang dimaksud 'number one'. Justru karena baca-baca komentar di Instagram, saya baru ngeh. "Namanya susah amat ya. Kalau ntar anaknya sekolah, guru yang manggil apa nggak belibet tuh," ujar saya pada teman saya. "Lha, kalo nama anaknya Uus bukan belibet. Tipe-tipe nama extraordinary. Yang belibet itu kayak nama anaknya Arumi Bachsin, Lakeisha Ariestia Dardak. Nah, lho!"
Saya berpikir, hmm ... benar juga ya.
Nama susah dieja vs nama extraordinary
Nggak cuma nama anak Arumi Bachsin yang panjang dan susah dieja. Kebanyakan nama anak-anak zaman sekarang pun cenderung sulit diucapkan, misalnya Arsy Adara Musisia Nur Hermansyah (anak Ashanty-Anang Hermansyah). Banyak huruf konsonan dan huruf kembar yang berdempetan, lebih-lebih nama anak-anak ini biasanya gak cukup cuma terdiri dari satu kata. Minimal lah tiga kata. Bahkan ketika saya mengetik keyword di Google, "Nama anak zaman sekarang", eh, auto-suggestion yang muncul di peringkat pertama adalah "nama anak zaman sekarang susah dieja dan dilafalkan". Disusul dengan keyword "nama anak zaman sekarang aneh". Byuh ... byuh ..
Ada lagi nama-nama yang mudah diucapkan tapi gak biasa. Nama-nama tergolong nama yang extraordinary. Misalnya nama anak Melly Goeslow, Anakku Lelaki Hoed dan Lelaki Bernama Hoed. Sama seperti anak Uus yang saya sebutkan di atas, kombinasi nama-nama ini mudah diucapkan, tapi bukan kombinasi yang 'wajar' untuk sebuah nama seseorang.
Bandingkan saja dengan nama anak-anak dulu yang sederhana dan mudah dilafalkan, misalnya Mira, Sari, Erwin, Yono. Sepertinya orang-orang Indonesia zaman dulu cenderung memberi nama yang singkat dan mudah diingat. Meski kembar dengan tetangga kanan kiri, gak masalah. Paling-paling pembedanya cuma, "Yono anaknya Pak Mudhin" dan "Yono anaknya Pak Margono". Sudah, kelar perkara.
Konon, orang zaman dulu kalau memberi nama anak nggak perlu Googling "nama bayi" dulu. Apa yang mereka lihat pertama kali saat anaknya lahir, itulah yang dijadikan pedoman memberikan nama anak. Pernah, tetangga Ibu saya dulu dilahirkan di rumah, tiba-tiba saja lahir di teras rumah dan benda pertama yang dilihat sang ibu adalah pengki. Iya, pengki. Tahu, siapa nama yang diberikan untuk bayi ini? "Cikrak" alias pengki (dalam bahasa Jawa). Ini kisah nyata lho ...
Kenapa sih memilih nama panjang dan extraordinary?
Sebetulnya, banyak orang tua zaman sekarang yang paham bahwa nama anaknya sulit diucapkan. Bahkan oleh sang anak sendiri. Tapi kebanyakan menganggap nama adalah doa yang baik, yang disematkan orang tua seumur hidup pada diri seseorang. Jadi meskipun panjang dan gak biasa sih, bukan masalah. Toh, nama sepanjang dan seunik itu, nantinya juga punya nama panggilan yang lebih singkat, misalnya Caca, Aci, Al, El dan Dul.
Kalau menguping pendapat seorang rekan sih, kalau gak pintar-pintar mengkombinasikan nama anak zaman sekarang, bisa-bisa kita gak akan dapat unique username social media deh. Yah, memang sih, bisa dibayangkan berapa ribu orang di Indonesia yang punya kombinasi nama 'Rizky Amalia' atau 'Sekar Arum' sampai-sampai kalau search akun Instagram dengan dua nama itu, bisa muncul ratusan suggestion? Bedalah kalau namanya Azzera Azzahra Rayya al Riyadhana. Mungkin masalahnya cuma ngabis-ngabisin karakter username aja sih. Hehehe ..
Punya nama panjang dan extraordinary, susahnya ...
Nah, kalau yang di atas adalah pendapat ayah-ibunya, yang satu ini adalah pendapat sang empunya nama. Teman saya punya kombinasi nama yang cukup susah dilafalkan, apalagi untuk yang pertama kali mendengarnya. Terdiri dari 6 kata, Miftahul Hafiizh Alkurshnov Sukmatat Jendra Asmara, teman saya ini baru saja bercerita lika-liku hidupnya memiliki nama yang panjang ... apalagi kalau sudah berhubungan dengan mengurus hal-hal administratif, seperti ijazah kelulusan. "Namaku panjang, aku mau nulis di formulir pendaftaran, kotak hurufnya kurang. Jadinya dari dulu aku selalu ngurus langsung ke petugasnya. Takut salah eja, salah tulis dan gak sah."
Well, sebetulnya saya pun punya nama yang cukup panjang jika digabung dengan nama baptis. Beberapa orang pun kesulitan mengingat nama panjang saya. Demi kemudahan, orang tua hanya mencantumkan nama asli tanpa nama baptis di akta kelahiran. Untungnya sih, nama asli saya kalau di-Googling juga masih langka. Hanya memunculkan diri saya seorang sebagai pemilik nama ini di seluruh dunia. Boleh bangga dong :D
Tapi, sedihnya, udah punya nama asli yang panjang lalu direlakan untuk disingkat, begitu ketemu teman-teman nama saya pun jadi lebih singkat lagi dengan panggilan 'kesayangan', "Wince" atau "Mbak WeCe".
Nama yang bahkan tak ada di akta kelahiran ataupun di benak orang tua saya :")
Kalau Mom, apa sih makna nama anak Mom sendiri?
Advertisement