Anak adalah segalanya bagi orang tua. Demi anak seringkali adalah dasar niatan terkuat setelah demi Tuhan Sang Pencipta. Keinginan dan kebutuhan anak, adalah hal yang utama, bahkan ditempatkan paling tinggi di atas keperluan lainnya. Dan kalimat anak terkadang menjadi 'sabda' bagi orang tua. Di saat mereka kecil, sering anak - anak berkata: "Pa, Ma, aku lapar" atau "Pa, Ma, aku sakit".
Dua kalimat pendek di atas adalah dua kalimat yang akan selalu dirasakan sebagai cambuk bagi orang tua. Sesaat setelah mendengarnya, semua hal akan ditinggalkan. Karena dua kalimat pendek tersebut, orang tua akan menyegerakan diri menghapus sakit dan mengenyangkan lapar anak - anak mereka. Jika ada nasi dan obat atau biaya ke dokter, cambuk ini tak akan terasa perih mendera, namun jika hal - hal tersebut tak dimiliki, dua kalimat di atas terasa sangat pedih menguliti diri.
Saat anak - anak tumbuh besar, pernyataan serta permintaannya pun semakin bertambah dan beragam. Bukan sekedar lapar dan sakit yang akan disampaikan, namun juga tuntutan, keinginan, keperluan danĀ kebutuhan. Orang tua yang semakin menua, akan menghadapi 'sabda' dan 'perintah' yang semakin beraneka warna. Semuanya bak cambukan - cambukan yang terasa amat sangat mendera. Walau deraan itu tak akan membuatnya mengeluh atau mengaduh, malah terkadang memunculkan senyum dalam semangat untuk memenuhi semua permintaan sebaik - baiknya.
Advertisement
"Pa, Ma, mau jalan - jalan ke mall" atau "Pa, Ma, HP-ku sudah jadul, belikan yang baru dong" adalah dua contoh pernyataan mengandung permintaan dan tuntutan yang dihadapi orang tua - orang tua di jaman sekarang. Bersama dengan permintaan uang jajan, bayar uang sekolah yang jutaan, baju baru yang baru kekinian, nonton film bioskop yang sedang jadi pembicaraan atau liburan ke Bali bersama teman - teman.
Orang tua, di manapun berada memang berkewajiban menjadi penyedia bagi anak - anaknya. Anak - anak yang 'dititipkan' oleh PenciptaNya yang menghendaki titipanNya dijaga dengan sebaik - baiknya. Tugas ini terkadang hanya menjanjikan sebuah kepastian kepuasan batin saja, saat melihat titipan yang dijaganya menjadi baik dan membaik setiap saat sampai suatu saat meninggalkan mereka atau diambil oleh Yang Menitipkan mereka. Atas apa yang sudah diperjuangkan, tak ada penghargaan dari siapapun, bahkan dari anak - anak yang dititipkanNya. Namun hal ini tak menjadikan kecewa, karena yakin bahwa balasan yang dinanti dariNya akan diberikan nanti di alam sana. Impas dan tuntas.
Bersyukurlah para orang tua, jika hingga saat ini apa yang dinyatakan, diminta dan dituntut oleh anak - anak masih hanya sebatas urusan perut, masalah kesehatan, tentang sekolah dan pendidikan atau tujuan bersenang - senang. Karena banyak juga terjadi para orang tua yang tercambuk sedemikian sakitnya, saat anaknya menyatakan sebuah berita yang bagai halilintar mengoyak gendang telinganya, seperti, "Pa, Ma, aku terlambat datang bulan, aku hamil" atau "Pa, Ma, aku ketangkap polisi karena pesta narkoba."
Di suatu masa dalam rentang pengabdiannya, semua orang tua hanya bisa berharap, apa yang disediakan untuk anak - anaknya cukup untuk menjaga jiwa dan raga mereka dari lapar, sakit, marabahaya dan musibah yang tak bisa diduga wujudnya dan dinyana datangnya. Karena berharap adalah satu - satunya langkah yang bisa dilakukan saat semua jalan telah ditempuh dan tak ada lagi yang bisa dikerjakan. Berharap ... dalam doa.
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/
- Lembutnya Tutur Kata Seorang Wanita, Awal Bahasa Ibu Tercipta
- Kala Sosok Ibu Tak Lagi Menjadi Tempat Untuk Mengadu dan Merindu
- Tak Ada 'Asih' Pada Cantiknya Burung Kedasih
- Sakit, Wujud 'Protes' Anak Atas Sibuknya Orang Tua
- Saat Single Mom Ditantang Mengasuh Remaja Laki-Laki Seorang Diri
- Tuhan Membolak-balikkan Hatiku Lewat Tangan Seorang Bayi Mungil