"Anakku tuh selalu sakit, jika aku mendapatkan tugas pekerjaan baru yang mengharuskanku meninggalkan mereka untuk sementara waktu." Demikian pernyataan seorang single mom muda yang menjalani hidup setelah perceraiannya bersama 3 orang anak - anak kecilnya. Sebuah aksi protes tanpa kata - kata mungkin ditunjukkan oleh si anak. Terutama semenjak ibunya harus bekerja siang dan malam untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Hidup yang terombang-ambing dan harus dibangun dari awal semenjak ditinggalkan sosok Ayah, kepala keluarga yang semestinya tetap membantu biaya yang dibutuhkan untuk berbagai macam keperluan. Sebuah ungkapan tersirat dari seorang anak yang belum mampu berdebat, bersilat kata serta mengajukan tuntutan secara meyakinkan dengan bahasa orang dewasa. Jangan heran, jika si ibu harus berpindah - pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, berpindah - pindah dari satu kantor ke kantor yang lain, untuk menyesuaikan kepentingan pembagian waktu antara pekerjaan, dengan mengasuh anak - anaknya.
Tentunya upaya sang ibu ini dilakukan demi sebuah keseimbangan hidup. Walau banyak juga para single moms yang akhirnya memilih jalan tersulit dengan merelakan secara keseluruhan kesempatan sekali seumur hidup untuk mengiringi masa kecil dan remaja anak - anaknya. Bukanlah hal yang mau dipilih, tetapi haruslah dipilih dengan jalan menitipkan mereka kepada keluarga yang bersedia dan dipercaya merawat mereka untuk menjadi pekerja dan mencari nafkah jauh di manca negara.
Advertisement
Sekali lagi, problematika dalam mencari keseimbangan antara merawat dan mengasuh anak dengan mencari nafkah dan bekerja bagi para single parents adalah permasalahan yang tiada habisnya. Namun hidup toh tetap berjalan dan waktu tetap melaju tak peduli dengan apapun yang harus dihadapi oleh manusia yang ada di dalamnya. Hidup pun memberikan banyak pilihan, bagi sementara orang. Walau seringkali bagi para anak - anak single parents tak ada pilihan lain selain menerima keadaan dan kenyataan. Bahwa bagaimanapun juga akhirnya mereka akan seringkali harus sendirian dan ditinggalkan.
Akhirnya, masihkah ada yang meragukan perjuangan dan pengorbanan mereka? Perjuangan dan pengorbanan para single parents dan anak - anaknya serta orang - orang yang kadang harus turut berkorban juga, misalnya kakek dan nenek, Oom dan tante atau malah tetangga. Merekalah orang-orang yang ketiban tugas tambahan mengasuh anak - anak para single parents saat sang orang tua bekerja. Pasti akan selalu ada yang menyangsikan dan meremehkan hal ini, karena tidak semua harus mengalami dan merasakannya. Pengalaman dan kegalauan menjadi seorang single parents. Tentunya saya yakin tak ada yang ingin menjadi bagian darinya 'kan?
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/
- Saat Single Mom Ditantang Mengasuh Remaja Laki-Laki Seorang Diri
- Tuhan Membolak-balikkan Hatiku Lewat Tangan Seorang Bayi Mungil
- Wacana Full Day School, Akankah 'Menyelamatkan' Anak Bangsa?
- Lika-Liku Menikah Muda: Kesiapan, Pilihan dan Tanggung Jawab
- Terimakasih Ma, Pa, Telah Mengusahakan Yang Terbaik Untuk Kami