Kalau ngomongin soal sekolah, kenangan atau pengalaman apa yang paling membekas di ingatanmu, Ladies? Apakah soal serunya bersekolah, guru yang galak, PR yang seabrek, atau justru ketemu cinta pertama di sekolah? Tapi satu hal yang sepertinya dirasakan semua anak Indonesia ketika sekolah adalah soal kurikulum yang terus berganti.
Sistem pendidikan di Indonesia memang terus diperbaiki dan disempurnakan. Bahkan baru-baru ini Mendikbud mengutarakan wacana untuk memberlakukan sistem full-day school. Jelas ini mengundang pro kontra sendiri. Tapi sekarang kita tidak akan membahas soal itu. Sekarang kita coba untuk mengulik sejumlah info menarik tentang sistem pendidikan Finlandia yang sekolahnya cuma lima jam. Meski cuma menghabiskan waktu lima jam di sekolah, para pelajarnya ternyata juga cerdas-cerdas.
Selengkapnya, berikut ini lima fakta menarik soal Finlandia yang dirangkum dari fillingmymap.com berkaitan dengan sistem pendidikannya memberlakukan waktu sekolah hanya lima jam saja. Let's find out!
Advertisement
Advertisement
Masuk Sekolah Jam 9 Pagi, Pulang Jam 2 Siang
Para murid di Finlandia masuk sekolah jam 9 pagi dan pulang jam 2 siang atau jam 2.45 siang. Helsinki bahkan mulai berinisiatif untuk tak membolehkan sekolah masuk sebelum jam 9. Karena penelitian membuktikan kalau remaja membutuhkan kualitas tidur yang baik di pagi hari.
Jadwal sekolah para pelajar ini pun berbeda-beda dan terus berubah. Namun, umumnya dalam sehari mereka akan mengikuti tiga hingga empat sesi pelajaran dengan periode 75 menitan yang diselingi dengan waktu istirahat. Melalui sistem ini, pelajar dan guru bisa memiliki waktu cukup istirahat dan bisa lebih optimal saat mengikuti proses belajar mengajar.
Sedikit PR
Menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), pelajar Finlandia memiliki PR paling sedikit dibandingkan pelajar-pelajar lain di dunia. Pelajar Finlandia rata-rata cuma menghabiskan waktu setengah jam setiap malam untuk mengerjakan PR. Selain itu, mereka juga jarang mengikuti les di luar jam sekolah. Hal ini cukup mengejutkan mengingat performa para pelajar Finlandia yang lebih tinggi dibandingkan pelajar dari negara-negara Asia yang umumnya masih ikut les di luar jam sekolah.
Para pelajar Finlandia menyelesaikan tugas-tugasnya cukup di kelas. Guru juga menganggap kalau apa yang dikerjakan para pelajar di sekolah itu sudah cukup. Sehingga pelajar juga tak merasa tertekan. Mereka pun belajar di dalam kelas dengan rajin. Saat berada di kelas, perhatian mereka sepenuhnya ada di dalam kelas.
Advertisement
Jumlah Murid Per Kelas Sedikit
Seorang guru di Finlandia bisa mengajar tiga sampai empat kelas per hari. Satu kelas pun berisi 20 murid saja. Jadi, satu guru akan menjumpai 60-80 murid per harinya.
Dengan jumlah murid yang sedikit per kelas jelas sangat memudahkan guru untuk mengajar, mengawasi, dan memberi perhatian penuh pada tiap-tiap murid. Murid-muridnya juga bisa belajar dengan lebih optimal.
Ujian Sekolahnya Sedikit
Ujian sekolah pastinya dulu pernah bikin kita sangat stres dan tertekan. Di Finlandia, ujian sekolahnya bisa dibilang tak banyak. Gurunya diberi kepercayaan untuk melakukan yang terbaik sehingga mereka pun diberi kontrol penuh untuk mengatur kelas.
Guru-guru pun tak takut untuk mengambil risiko dan mencoba berbagai macam cara untuk membantu para muridnya belajar. Setiap guru punya cukup waktu untuk mengajarkan keahlian yang dapat membantu para murid mampu menjadi individu yang punya keahlian dan siap terjun ke masyarakat. Para guru juga punya waktu untuk mengajarkan keterampilan seperti menjahit, memasak, dan sebagainya dengan tetap mengajari mereka mata pelajaran seperti matematika dan lainnya.
Advertisement
Nggak Diribetkan Soal Struktur, Lebih Mengutamakan Rasa Percaya
Less Structure = More Trust. Rasa percaya adalah kunci dari keseluruhan sistem pendidikan Finlandia. Alih-alih terus meragukan soal apakah struktur dan aturannya bekerja dengan, masyarakat lebih mempercayai sistemnya.
Masyarakat percaya kalau sekolah mempekerjakan guru-guru terbaik. Sekolah percaya kalau guru-guru mereka sudah sangat profesional dan terlatih sehingga pihak sekolah pun membebaskan tiap guru untuk melakukan yang terbaik untuk anak didiknya.
Orang tua murid percaya kalau guru akan membuat keputusan terbaik yang bisa membantu anak-anaknya bisa belajar dengan baik dan sukses. Dan para guru percaya kalau anak didiknya bisa belajar dengan baik. Murid pun percaya kalau guru mereka akan memberikan fasilitas dan pelajaran terbaik yang mereka butuhkan untuk sukses. Rasa percaya seperti ini memang tampaknya sederhana tapi pastinya nggak mudah untuk membuat semua pihak bisa saling percaya di bidang pendidikan.
[pos_1]