Mengabdi kepada anak adalah cara yang mungkin adalah paling tepat untuk merayakan Hari Anak Nasional yang jatuh hari Sabtu, 23 Juli 2016. 'Ngawulo anak' demikian sebuah ungkapan dalam Bahasa Jawa yang pernah terdengar dari seorang perempuan yang telah rela melalukan apa saja untuk kedua anaknya. Seorang perempuan yang selama belasan tahun menjadi orang tua tunggal tanpa kehadiran seseorang laki - laki sebagai pasangan hidupnya. Satu perjuangan hidup, di antara sekian banyak kisah para perempuan, sekaligus ibu, sekaligus orang tua tunggal di Indonesia yang telah puluhan tahun mengabdikan hidupnya hanya untuk memperjuangkan kesejahteraan hidup anak - anaknya. Ia menempatkan kepentingan anak - anaknya jauh di atas kepentingan pribadinya.
Ada juga satu kisah nyata yang menginspirasi. Di masa lampau, seorang perempuan tua rela mengasuh anak dari anak laki - lakinya sejak bayi. Tujuannya agar anak laki - lakinya bisa melanjutkan cita - cita menjadi tentara Hindia Belanda. Dia rela menggantikan peran ibu sekaligus satu - satunya orang tua bagi cucunya yang terlahir 'tak disengaja', 'tanpa rencana', di luar ikatan perkawinan. Walau sebenarnya juga sangat disayangkannya, tetapi tak ada pilihan lain karena tak mungkin ia menyarankan sang anak untuk membunuh jabang bayi itu. Kelahiran seorang bayi membuat cita - cita anak laki - lakinya terancam tak bisa telaksana, di saat hanya seorang pemuda lajang yang bisa menjadi Tentara KNIL.
Bayi yang sudah terlahir tentunya mengharuskan anak - anak laki - lakinya untuk bertanggungjawab mengasuh dan membesarkannya. Namun keputusan 'berani' diambil oleh si perempuan tua dengan berlaku antagonis, karena harus memisahkan seorang bayi baik dari ibu maupun bapaknya, sekaligus berprotagonis, karena mengorbankan diri, mengambil alih tanggung jawab agar peluang tetap terbuka bagi anak laki - lakinya, sekaligus ayah si bayi untuk menggapai cita - citanya.
Perjalanan hidup setiap anak manusia memang sudah pasti selalu berbeda - beda. Namun setiap anak terlahir dengan hakekat sekaligus pesan yang sama. Hakekat dan pesan yang utama adalah bahwa setiap anak adalah sebuah anugerah pemberian Yang Maha Pencipta, bagaimanapun kondisinya, kepada siapapun diberikannya, dan saat kapanpun dilahirkannya.
'Every child is gifted by God, they just unwrapped their differences at different times'
Diberikan, tak pernah tahu kapan. Dianugerahkan kepada pasangan - pasangan yang dianggap pantas memikul kepercayaan. Sebuah amanah untuk memelihara, membesarkan, mengasuh dan mendidiknya hingga saat harus melepaskan anak - anak saat mereka telah dewasa. Walau seolah rincian daftar tugas yang sederhana untuk dituliskan dalam sebuah kalimat tak terputus, namun tugas ini tak semudah menuliskannya, bahkan tak segampang dibayangkan oleh semua orang yang belum pernah mengalaminya. Pengalaman menjadi orang tua.
Andaikata, semua manusia di muka bumi ini benar - benar meyakini bahwa setiap anak adalah anugerah dan kepercayaan yang tinggi dari Sang Maha Pencipta, tidaklah mustahil keberlangsungan hidup manusia di dunia akan terjaga dalam damai, sejahtera dan sebuah kehidupan yang indah serta berkualitas. Semua keputusan, kebijaksanaan, peraturan, bahkan tradisi, adat dan hukum akan mengacu dan bersandar pada tujuan keberhasilan atas kesejahteraan dan kemaslahatan anak. Sekaligus berarti melanggengkan sebuah kelangsungan dan keberlanjutan hidup manusia yang berkualitas yang langgeng dan berkesinambungan.
'Within the child lies the fate of the future. A child is mysterious and powerful and contains within himself the secret of human nature'
Sayang seribu sayang, fakta di depan mata kita saat ini adalah bahwa di Indonesia ada lebih dari 85 juta anak, yang 1 dari 2 anak terlahir dalam keluarga berpenghasilan kurang dari Rp. 50 ribu perhari. 1 dari 25 anak, kemudian akan meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun dan 6 juta anak berusia 7 - 18 tahun, yang bisa meneruskan hidupnya tidak mampu bersekolah. (Data dan Fakta Anak Indonesia dari UNICEF 2014).
Miris ya? Secara negeri kita pernah terkenal karena kekayaan alamnya. Tapi jangan ber miris - miris dulu, karena masih banyak data dan fakta seputar dunia anak Indonesia yang akan lebih me'miris'kan kita semua jika kita peduli. Hingga mungkin jika pun ada ramalan bahwa di 2020 dunia akan kiamat, tak akan membuat kita kuatir lagi. Karena yang lebih mengkuatirkan adalah jika di 2020 nanti tidak akan ada perubahan baik yang berarti pada kesejahteraan hidup manusia di negeri ini, khususnya anak - anak, atau justru malah semakin memburuk. Semoga jangan terjadi.
Selamat Hari Anak Nasional. Mari bahagiakan semua anak Indonesia, sekalipun untuk sehari ini saja. Karena melihat anak berbahagia adalah perasaan terhebat yang bisa didapatkan dalam kehidupan manusia.
Dituliskan oleh Yasin bin Malenggang untuk rubrik #Spinmotion di Vemale Dotcom. Lebih dekat dengan Spinmotion (Single Parents Indonesia in Motion) di http://spinmotion.org/
Advertisement
- Jadi Banteng Ternak (Bapak Ganteng Anter Anak), Why Not?
- Ups, Ternyata Ini Lho Arti Kata 'Pokemon Go' dalam Bahasa Madura!
- Getirnya Ploncoan, Potret Eksploitasi Manusia Di Dunia Pendidikan
- Manisnya Cinta Membuat Melayang, Namun Jangan Lupa Kembali Pulang
- Cuma Indonesia Yang Punya Rendang Ter'endang' Dan Paling Nendang
- Katakan 'Maaf', Tak Sekedar Terucap Namun Juga Pertanda Insyaf