Terkuaknya tersangka pembuat vaksin palsu beberapa waktu lalu sampai saat ini telah membuat resah masyarakat. Kemarin (Kamis 14 Juli 2016) Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, mengumumkan 14 daftar rumah sakit dan klinik yang mengedarkan vaksin palsu. Reaksi masyarakat pun sangat berbeda-beda. Ada yang merasa lega ternyata tidak termasuk dalam daftar tersebut dan ada pula yang menuntut tempat tersebut karena masuk dalam daftar serta resah tak karu-karuan mengenai kesehatan buah hati.
Dari daftar tersebut, kebanyakan rumah sakit dan klinik berada di daerah Bekasi. Apalagi, salah satu tersangka ternyata juga bertempat tinggal di Bekasi. Hal ini tentu pada akhirnya membuat khawatir para warga Bekasi dan sekitarnya. Tak terkecuali salah satu warga Bekasi yang bernama Novita Heryani. Novita mengaku bahwa sebagai orang tua ia merasa khawatir bila buah hatinya terkena vaksin palsu yang beredar.
Advertisement
"Menurut saya vaksin palsu bisa dibilang kasus yang fenomenal. Karena vaksin ini beredar luas ke rumah sakit dan klinik. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, vaksin ini telah beredar selama 13 tahun dan baru ketahuan sekarang," ungkap Novita kepada Vemale di Jakarta pada hari Jumat 15 Juli 2016.
Yang membuat Novita bertanya-tanya, kenapa rumah sakit dan klinik tersebut mengambil vaksin palsu, apakah pihak rumah sakit dan klinik tidak mengetahui kalau vaksin tersebut palsu? Apa hanya karena harganya murah yang membuat mereka memilih vaksin palsu?.
"Saya sangat khawatir sekali. Karena dampaknya ke tubuh anak yang di vaksin bisa terkena infeksi atau virus. Karena pembuatan vaksin ini tidak steril kan dapat mengakibatkan banyaknya kuman penyakit tumbuh dan berkembang di dalam vaksin tersebut," pungkas wanita kelahiran 1986 ini.
"Saat tahu daftar rumah sakit dan klinik ternyata banyak di daerah Bekasi. Saya pun merasa deg-degan apakah iya tempat anak saya dulu melakukan vaksin tepatnya di rumah sakit Mitra Keluarga juga tercantum. Ternyata alhamdulillah tidak tercantum." tambah Novita.
Ia berharap pemerintah harus lebih jeli lagi dalam menangani vaksin yang beredar luas di rumah sakit dan klinik. "Setiap rumah sakit seharusnya mericek ulang apakah vaksin itu palsu atau tidak. Jangan karena dengan harga miring langsung tertarik. Karena jutaan anak yang terkena vaksin palsu, mereka adalah anak-anak generasi penerus bangsa," jelasnya.
Tak hanya Novita, dipastikan bahwa setiap orang tua yang pernah melakukan vaksin terhadap buah hati juga akan deg-degan saat membaca daftar rumah sakit dan klinik pengedar vaksin palsu. Semoga saja, setelah kejadian ini pemerintah lebih jeli dalam menangani vaksin yang beredar. Kita semua tentu berharap bahwa adanya vaksin palsu atau hal palsu lainnya tak pernah terjadi lagi.
(vem/yun/mim)