Kepergian orang tercinta kita untuk selamanya jelas akan meninggalkan kekosongan di salah satu sudut hati kita. Seolah ada sayap yang patah. Rasanya sulit untuk membuat kita kembali berjalan tegak atau sekadar tersenyum seperti biasa. Namun, di balik setiap peristiwa pasti ada makna dan pelajaran di baliknya.
Eleni Pinnow harus menghadapi kenyataan pahit ketika adiknya Aletha tewas bunuh diri. Dilansir dari buzzfeed.com, Eleni sebenarnya mengenal Aletha tersebut sebagai seorang wanita dan adik yang periang. Aletha di mata Eleni merupakan sosok yang menyenangkan dan selalu membuat orang-orang di sekitarnya bahagia. Tapi tak pernah ada yang menduga kalau Aletha malah memilih mengakhiri hidupnya di usia 30 tahun dengan jalan bunuh diri.
Menghadapi kenyataan Aletha bunuh diri tanggal 20 Februari lalu, Eleni kesulitan untuk menuliskan obituary (berita kematian) untuk adiknya tersebut. Aletha mengalami depresi berat. Di balik sosoknya yang periang, ternyata ia sedang bertarung melawan depresi yang ia rasakan.
Advertisement
Sejak kelas lima SD, Aletha sudah bermimpi untuk menjadi guru untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Setelah lulus SMA, dia melanjutkan pendidikannya ke Northern Illinois University. Kemudian ia berprofesi sebagai guru dan mencintai pekerjaannya bekerja dengan orang-orang berkebutuhan khususnya orang-orang yang mengidap autisme.
Aletha telah membantu banyak orang tapi dia sendiri tak bisa menolong dirinya sendiri keluar dari jeratan depresi yang ia rasa. Tak diketahui secara pasti apa penyebab depresi yang dirasakan Aletha. Hanya saja Eleni mengungkapkan betapa ia dan keluarganya berharap agar orang lain tak merasa malu untuk meminta bantuan saat sedang depresi. Setidaknya tak perlu merasa takut untuk meminta bantuan jika merasa depresi. Dengan begitu tak ada lagi orang-orang yang mengalami nasib yang sama seperti Aletha yang malah mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri akibat depresi yang ia rasa.
"Tolong bantu kami untuk menghapuskan stigma dan sikap abai yang bisa sangat berbahaya tentang penyakit mental dan bunuh diri," tulis Eleni dalam obituari untuk adiknya. "Aku tak peduli apa yang dikatakan orang lain tentangku atau tentang adikku. Aku mencintainya, dulu juga mencintainya, dan akan selalu terus mencintainya," kata Eleni. Kini dia berharap bisa fokus untuk memberi bimbingan konseling di bidang kesehatan mental demi adiknya. "Inilah hal terakhir yang bisa kulakukan untuk adikku."
Saat seseorang merasa depresi biasanya ia sadar betul dirinya butuh bantuan. Hanya saja kadang ia merasa malu atau enggan untuk mengatakan dirinya depresi. Apalagi masih ada stigma buruk tentang depresi dan penyakit mental. Hingga pada akhirnya kondisinya makin memburuk sampai membuatnya kehilangan harapan hidup dan nekat untuk bunuh diri.
Ladies, kita juga perlu lebih peka dengan kondisi orang-orang terdekat kita. Jangan ragu untuk mengulurkan tangan ketika mereka terlihat butuh bantuan. Kadang kita tak pernah tahu di balik senyum seseorang ada luka yang sedang berusaha ia sembuhkan seorang diri.
- Ibu Tanam Jutaan Pohon, Ada Kisah Haru di Baliknya
- 49 Menit Paling Tak Terlupakan, Kulepas Bayiku dengan Ikhlas
- Setiap Ulang Tahun, Anak Ini Dipakaikan Gaun Pengantin Agar...
- Secara Online, Aku Temukan 16 Saudara Kandung Yang Tak Kukenal
- Pria Ganteng Ini Bukan Pacarku, Faktanya Bakal Bikin Kamu Kaget!