Stella, 6 tahun, sering sekali menangis dan merajuk. Saat potongan rambutnya dirasa tidak sesuai, saat mendengar orang tuanya berkata "tidak", dan terutama saat digoda oleh adiknya yang baru berumur 4 tahun. Ibunya berpikir, Stella adalah seorang drama queen.
Oleh ahli, anak seperti Stella disebut sebagai anak yang sensitif. "Itu adalah sifat yang umum, yang menyebabkan anak merasa sakit secara fisik dan emosi lebih dari anak lainnya," kata Jeremy Schneider, terapis keluarga di New York City.
Ikuti langkah-langkah berikut untuk membantu anak sensitif menjadi anak yang lebih tabah.
- Tunjukkan Empati. Saat anak jatuh tanpa luka sedikitpun dan dia menangis keras, insting pertama Anda mungkin akan memintanya untuk berhenti menangis dan melupakan kejadian itu. Hal ini akan membuat situasi semakin buruk, terutama jika anak mendengar nada marah dalam suara Anda. "Ketika Anda mengabaikan perasaannya, justru anak akan semakin memegang erat perasaan itu dan kelak akan berusaha menyembunyikan perasaannya dari Anda. Sangat penting untuk mendengarkan dan menerima emosi anak meski bagi Anda tidak masuk akal. Ini tidak berarti Anda mendorongnya menjadi cengeng dan memanjakan perasaannya dengan memberi banyak perhatian. Katakan saja, "Pasti kamu terkejut karena jatuh tadi. Bagaimana pendapatmu jika kita cuci kaki (atau tangan) yang terbentur tadi dan mengompresnya dengan es batu?" Ajak anak fokus pada pemecahan masalah, bukan pada emosinya," saran Elinor Bashe, Psy.D., psikoloh anak di Highland Park, New Jersey.
- Temukan Kata-kata yang Tepat. Anak sensitif cenderung menangis setiap kali menerima penolakan. Misalnya, jika Anda memberitahu anak Anda bahwa temannya tidak bisa tinggal untuk makan malam, dia bisa tiba-tiba menjadi cengeng. Anda dapat membantu dengan memberinya kata-kata yang sesuai dengan situasi emosinya, seperti ".Sayang, aku tahu kau marah Tini tidak bisa tinggal untuk makan malam". Kalimat orang tua yang mewakili emosi yang dirasakan anak, seringkali bisa membuat anak berhenti menangis, kata Dr Bashe. "Mungkin trik ini tidak langsung bekerja kali pertama Anda mencobanya. Tapi jika anak Anda mendengar seseorang berbicara tentang emosinya lagi dan lagi, akhirnya dia akan mulai mempertimbangkan bagaimana perasaannya sendiri bukannya menjerit dan menangis" Kemudian, Anda juga dapat berbicara dengan anak Anda tentang cara-cara lain untuk mengatasi perasaannya selain menangis dan menjerit, misalnya dengan mengalihkan perhatian ke buku cerita atau bahkan memukul bantal.
- Ungkapkan Fakta. Anak umur lima-enam tahun sangat suka jika dirinya menemukan atau mengetahui satu hal yang baru. Misalnya, dia takut suntikan dan selalu mengamuk setiap kali jadwal vaksinasi tiba. Ajak anak bicara tentang manfaat vaksin, ceritakan mengenai orang-orang yang bahagia karena bisa terhindar dari penyakit, karena jasa vaksin. Jika perlu, ajak anak mencari dan membaca buku, selebaran atau informasi di internet mengenai hal-hal positif terkait vaksinasi. Hal ini akan membuat anak menjadi lebih berani, ujar konsultan parenting, Jenn Berman, Psy.D, dan penulis buku A to Z Guide to Raising Happy, Confident Childs. Cara lain adalah dengan membantu anak memiliki harapan yang realistis. Misalnya, anak berkeras mengerjakan puzzle yang terdiri dari 1.000 keping bagian yang terpisah. Puzzle seperti ini sulit diselesaikan oleh anak umur lima tahun. Dan Anda tahu, jika dia tidak bisa menyelesaikan, akan ada tangis berkepanjangan. Sebelum membiarkan anak mencoba menyelesaikan puzzle tersebut, ajak anak bicara mengenai tingkat kesulitannya, bahwa bahkan orang dewasa pun belum tentu bisa menyelesaikannya dalam waktu seminggu sehingga dia harusnya realistis dan menerima jika akhirnya tidak mampu menyelesaikan puzzle tersebut. Yakinkan bahwa itu hal yang wajar.
- Berikan Bantuan untuk Mengatasi Masalahnya. Misalkan anak Anda menangis karena dia melihat tali sepatunya tidak diikat dengan baik. Tenangkan anak Anda dan katakan sesuatu seperti, "Mama sulit mengerti kata-katamu kalau kamu menangis terus. Setelah selesai menangis, mari kita bicara sehingga Mama dapat membantu kamu." Setelah dia rileks, ajar anak tentang cara mengatasi masalah, apakah itu meminta bantuan orang lain atau mencoba mengikatnya sendiri dengan tenang. "Seorang anak sensitif cenderung mengacaukan dirinya sendiri kala terjebak dalam masalah dan terjebak di sana," kata Dr Berman. "Cobalah untuk mengingatkan dia bahwa selalu ada solusi, dan dia tidak perlu merasa malu meminta bantuan orang lain atau gagal ketika mencoba memecahkan masalahnya sendiri. Yang penting dia mau terus mencoba dan tahu kapan harus meminta bantuan orang lain untuk memecahkan masalahnya."
Nah, itulah solusi untuk mengatasi anak yang sensitif. Semoga bermanfaat.
Artikel Ini Ditinjau Oleh: dr. Deffy Leksani Anggar Sari
Sumber: Meetdoctor.com
Advertisement
- Apa Yang Harus Dilakukan Agar Anak Tidak Kecanduan Ngegame?
- Bunda, Pilih Pendidikan Yang Tepat Untuk Si Kecil Mulai Sekarang
- Si Kecil Pemalu dan Pasif, Ini yang Harus Bunda Lakukan
- 4 Kesalahan Terbesar Yang Sering Dilakukan Mama Baru
- Kenali Tanda Keterlambatan Pubertas Pada Anak
- Dear Bunda, Sebut Si Kecil 'Gemuk' Bisa Picu Obesitas Saat Dewasa