Kisah tentang ayah kiriman sahabat Vemale, Dewi Toman Friska Nadeak.
***
“Di balik kesuksesan seorang anak, ada ayah yang hebat dan ibu yang kuat.”
Aku, Dewi Toman Friska Nadeak, seorang guru di sekolah internasional, Penabur Secondary, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Aku tidak menyangka bisa mengajar di sekolah internasional ini, di mana aku harus mengajar dalam bahasa Inggris, sedangkan bahasa Inggrisku belum terlalu bagus. Semua ini tidak terlepas dari dukungan orang tua terutama bapak.
Aku dididik dengan penuh kedisiplinan oleh bapak. Bapak sangat disiplin. Aku menjalani hari-hariku dengan belajar, belajar, dan belajar. Terkadang aku kesal karena tidak diperbolehkan bermain bersama teman-teman, apalagi ke pantai.
“Nanti ada yang jahat sama kamu, kalau temanmu mabuk gimana? Kalau kamu tenggelam gimana?” Sampai jarang sekali ada teman yang main ke rumah, karena setiap teman yang datang ke rumah, selalu "diusir" secara halus. “Nak, nanti kamu dicariin orang tuamu, pulang ya." Aku sempat merasa terkekang dengan keadaan ini.
Advertisement
“Nak, menjaga anak perempuan itu seperti menjaga sebutir telur, kalau tidak hati-hati bisa pecah.” Ya pesan itu yang setelah beberapa tahun, saat aku dewasa, baru aku mengerti maksudnya.
Sejak kecil aku diajarkan berani. Waktu berumur 4 tahun, bapak mengajarkanku berdeklamasi, membacakan puisi karya bapakku untuk Natal di gereja. “Pak, Dewi takut," kataku saat itu pada bapak. “Kamu nggak usah takut, nanti Bapak duduk di kursi penonton, melihat Dewi deklamasi."
Namun, saat Natal tiba, bapakku tidak hadir, karena bekerja sebagai supir. Aku deg degan, tapi aku berjanji memberikan yang terbaik, aku tenang saat melihat ibuku ada di antara penonton.
Bapak mengajarkanku untuk selalu hidup jujur, mandiri, dan berprestasi serta selalu mengandalkan Tuhan. Selama aku sekolah aku sering mendapat juara 1. Juara berbagai macam lomba. Dan bapakku sangat bangga akan hal itu. Aku juga tidak pernah mencontek selama sekolah, karena Bapak mengajarku untuk hidup jujur.
Suatu hari, aku ingin kuliah, tapi bapak menentangku. “Nak, orang sukses itu tidak harus kuliah," katanya. Namun aku bersikeras ingin kuliah. Aku mohon untuk ikut bimbel. Tapi bapak menentangku, karena perekonomian kami sedang tidak baik.
“Kalau kamu ingin ikut ujian SELEKSI PTN, baiklah tapi kamu harus belajar sendiri, Bapak tidak akan memberi uang untuk bimbel," katanya. Aku pun belajar mati-matian. Meski awalnya menentang, bapak memelukku bahagia saat aku diterima di Universitas Lampung (satu-satunya universitas negeri di Lampung).
Bapak berusaha mencari pinjaman untuk biaya daftar ulangku. Sampai seseorang berkata pada Bapak, “Memangnya Bapak sanggup membayar utang ini?" Bapakku sangat terpukul dengan perkataan itu. “Nak lihatlah mereka menghina kita. Sekarang kamu, buktikanlah kalau kamu kuliah untuk masa depan. Jangan pacaran dulu. Jangan sampai kamu hamil di luar nikah. Kalau sampai itu terjadi, lebih baik bapak mati. Luluslah tepat waktu," pesannya. Aku bertekad untuk lulus tepat waktu. Aku lulus dengan IPK 3,37 dalam waktu 3 tahun 8 bulan, jurusan pendidikan kimia.
Selesai lulus kuliah, bapak sibuk mencari informasi tentang pekerjaan, sampai akhirnya aku mengajar di sebuah SMP dan SMK di Lampung sebagai guru honorer. Hampir 2 tahun mengajar, aku mendapat kabar dari wakil kepala sekolah bahwa PNS akan datang ke sekolah kami, sehingga pada semester itu, jam mengajarku menjadi 0 jam.
Aku hampir putus asa. Bapak kembali mencari-cari informasi, dan aku pun mencoba melamar ke BPK Penabur Jakarta. Aku memang memimpikannya dan aku diterima di sana. Sebuah keajaiban yang tak pernah kuduga sebelumnya. Seminggu sekali aku menelpon Bapak dan Mama, terkadang mereka yang menelepon duluan.
Bapak selalu berpesan “Nak, janganlah sombong, kamu berada di sana bukan karena kamu pintar berbahasa Inggris. Andalkanlah Tuhan dalam hidupmu, maka kamu akan beruntung kemanapun kamu pergi. Ingatlah akan kebaikan Tuhan dalam hidupmu.”
Ya, dia bapakku. Yang meskipun kakinya agak pincang karena berbagai sakit (diabetes, asam urat, darah tinggi) tapi berusaha supaya tak seorang pun tahu penyakitnya. Mengandalkan Tuhan adalah kekuatannya. Mengandalkan Tuhan adalah warisan bapak untukku. Didikannya, kasih sayangnya, nilai-nilai, dan kebijaksanaannya jauh lebih berharga dari sekadar harta. Harta yang bapakku wariskan adalah harta abadi yang tak bisa habis dan dicuri.
Terima kasih Bapakku, Malaikatku, Teladanku dan Inspirasiku.
***
Kisah ini ditulis oleh . Tulisan ini untuk mengikuti Lomba Menulis Vemale.com Kisahku dan Ayah. Kamu juga bisa mengirimkan kisah atau persembahan spesial untuk ayah. Dalam lomba ini, kamu juga berkesempatan memenangkan hadiah spesial dari kami berupa batik Negarawan.
- Curhatan dari Rantau, 'Ayahku Pria yang Terhebat'
- Puisi Untuk Ayah: You Are My Partner, My Joyfull and My Heart
- Di Mimpi Itu, Bapak Memelukku dan Menyampaikan Pesan Terakhir
- Kini Aku Sadar, Sifat Tegas Bapak Dilakukan Demi Kebaikanku
- Papa.. Sekarang Dan Nanti, Engkau Adalah Cinta Pertamaku
(vem/nda)