Ladies, semua orang tentu mendambakan keluarga yang harmonis, anak-anak yang manis, dan minim konflik. Namun, menciptakan keluarga dengan kondisi seperti itu tentu tidak mudah, dan perlu kerja keras dari seluruh anggota keluarga. Tidak semua keluarga bisa mewujudkan keharmonisan dalam rumahnya. Seperti yang dialami ibu ini. Goodhousekeeping.com menulis pengakuan seorang ibu tentang pengalamannya menjadi ibu tiri, dan bagaimana hal itu mengubah pemikirannya. Berikut ini kisahnya.
Delapan tahun yang lalu, saya menikah dengan seorang pria dengan satu putri. Saya juga telah memiliki satu orang putra dari pernikahan sebelumnya. Sebelum menikah, saya membayangkan keluarga baru saya dapat membaur dengan baik dan menjadi keluarga yang harmonis. Saya juga telah membayangkan akan melakukan banyak hal dengan putri tiri saya, seperti yang biasa dilakukan ibu dan anak perempuan lainnya, bahkan menjadi orang pertama yang dia cari saat dia ditimpa masalah.
Tapi tidak semudah itu, saya kesulitan menjalin ikatan batin dengannya. Dia menganggap saya sebagai ancaman, dan banyak berulah untuk mendapatkan perhatian dari ayahnya. Alih-alih hidup bahagia sebagai pengantin baru, saya sangat menderita dengan peran saya sebagai ibu tiri. Saat saya dan suami saya akhirnya bercerai, saya rasa permasalahan utamanya adalah ketidakmampuan saya menjalin ikatan yang kuat dengan putri tiri saya.
Advertisement
Beberapa tahun kemudian, saya jatuh cinta dan menikah lagi. Saat saya dan suami lalu memutuskan untuk mengajak putra dari suami saya untuk tinggal bersama kami, saya berkonsultasi dengan seorang konselor pernikahan. Dia mengatakan bahwa saya harus tahu peran mana yang harus saya perankan dan yang tidak. Dia juga menekankan bahwa banyak pernikahan yang gagal karena tertekan untuk menjadi keluarga yang membaur dan harmonis, seperti yang telah saya alami.
Sarannya sangat berpengaruh pada keluarga saya, dan dari situ saya belajar bagaimana cara menjadi ibu tiri yang baik.
1. Jangan berekspektasi berlebihan. Jangan pernah memiliki impian tentang bagaimana seharusnya keluarga baru Anda nantinya, atau membayangkan kejadian manis dan romantis yang akan terjadi pada keluarga baru Anda. Yang perlu dilakukan hanya menghadapinya, menghadapi apa yang terjadi.
2. Anda bukan ibunya, atau temannya. Anda adalah orang yang dicintai ayahnya, dan dipilih untuk dinikahi, lalu dibawa dalam kehidupan mereka. Beri kebebasan pada anak tiri Anda untuk menentukan hubungan seperti apa yang akan terjadi di antara Anda dan dia.
3. Anda bukan penengah. Jangan berpikir bahwa Anda harus menjadi penengah dalam pertengkaran ayah dan anak, apalagi memihak salah satu pihak. Hal ini dapat membuat suami Anda berpikir bahwa Anda meragukan kemampuannya sebagai seorang ayah.
4. Bukan melulu tentang Anda. Suami Anda telah memutuskan untuk menikah dengan statusnya yang sudah menjadi ayah. Prioritas utama tetaplah anaknya. Tekankan bahwa ayah dan anak harus memiliki waktu bersama yang berkualitas. Hal ini baik karena dapat mempererat hubungan Anda dan suami, dan anak tiri Anda akan menghormati Anda.
5. Jangan mudah marah. Meskipun anak tiri Anda mengatakan atau melakukan sesuatu yang melukai Anda, jangan dimasukkan dalam hati. Posisikan diri Anda di posisinya sebelum Anda melakukan sesuatu, dan belajarlah untuk bersabar.
6. Kenali anak tiri Anda lebih baik. Tidak ada hal yang lebih menyenangkan bagi suami Anda selain melihat Anda menghabiskan waktu bersama orang yang paling dicintainya di dunia, anaknya. Lakukan hal itu untuk rumah tangga Anda, dan tentunya untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan anak tiri Anda.
7. Mapan. Membina keluarga baru dan menggabungkan dua keluarga menjadi satu, tentu bukan hal mudah, baik emosional maupun finansial. Pastikan keluarga Anda telah mapan dan kuat sebelum mengajak anak-anak hidup bersama. Tentunya jika keadaannya memungkinkan.
Meskipun Anda tidak bisa disebut mendapatkan bonus menjadi seorang ibu, setidaknya Anda mendapatkan bonus satu orang lagi untuk Anda cintai, ya anak tiri Anda. Jalani peran baru Anda menjadi ibu tiri dengan tulus dan penuh kasih sayang. Perjuangan dan ketulusan Anda ada harganya.
Ladies, tentu tidak semua kisah ibu tiri tidak berjalan baik atau seperti di dongeng Cinderella. Kita ambil saja contoh Ashanty dan Aurel, lalu Angelina Sondakh dan Zahwa - Aaliyah, dan tentu banyak pasangan ibu dan anak lain yang juga harmonis. Kisah di atas tentu menjadi pembelajaran yang sangat baik untuk kita.
(vem/reg)