Sebuah kisah sederhana bisa memberikan berbagai makna luar biasa. Dari sesuatu yang kecil, kita bisa mendapatkan banyak hal istimewa. Ladies, ini adalah kisah tentang sepotong roti gosong. Dari judulnya mungkin ini adalah kisah yang konyol atau lucu. Tapi luangkan waktu beberapa menit saja. Temukan makna cinta sejati di balik kisah ini.
Ketika aku berusia delapan tahun, aku ingat betul ibu sangat suka memasak. Ia selalu menyempatkan diri untuk membuat masakan lezat untuk kami. Namun, suatu malam, aku merasa kecewa.
Seharian penuh ibu bekerja, lalu baru pulang sore harinya. Ibu pun menyiapkan makan malam untukku dan ayah. Tapi tak pernah terbayang bahwa makan malam yang disiapkan ibu adalah sepotong roti bakar gosong dan setoples selai. Aku tak berani berkata apa-apa, hanya mematung menatap roti gosong itu. Sementara ayah dengan santai langsung melahap roti gosong tersebut.
Dan, aku tak pernah lupa kalimat yang diucapkan ayah saat itu.
"Sayang, aku suka roti bakar gosong," kata ayah. Jelas saja aku heran. Bagaimana bisa ayah bilang kalau ia suka roti yang sudah gosong.
Penasaran, setelah makan malam usai, diam-diam aku bertanya pada ayah.
"Apakah ayah benar-benar suka roti gosong itu?"
Ayah melingkarkan tangannya di bahuku, lalu berkata. "Ibumu seharian penuh bekerja dan ia pasti sangat lelah. Selain itu, sepotong roti gosong tak akan pernah melukai hati seseorang, tapi kamu tahu apa yang lebih menyakitkan daripada itu?" di akhir kalimatnya, ia malah bertanya balik.
Aku hanya bisa menggeleng.
"Yang lebih menyakitkan adalah kata-kata yang menyinggung perasaan," lalu ayah melanjutkan, "Kau tahu, tak semua hal dan orang di dunia ini sempurna. Begitupula dengan ayah. Ayah masih sering melupakan hari-hari penting, seperti ulang tahunmu, ulang tahun ibumu, atau ulang tahun pernikahan kami. Tapi setelah bertahun-tahun lamanya, ayah mulai belajar untuk menerima kelemahan dan kekurangan orang lain. Tak memperdebatkan perbedaan. Dan itulah kunci hubungan yang harmonis yang akan berlangsung lama."
Saat itu aku memang masih kecil, tapi entah kenapa kata-kata itu begitu menancap dalam ingatanku. Khususnya kalimat terakhir yang diucapkan ayah saat itu. Ia bilang, "Hidup terlalu berharga untuk diisi dengan rasa benci dan kecewa. Cintai orang yang memperlakukanmu dengan baik dan sayangi orang-orang yang ada di sekitarmu."
Dari sepotong roti gosong, aku belajar banyak hal. Terima kasih ayah. Terima kasih ibu. Kini aku tahu apa itu makna cinta sejati.
*Kisah di atas diadaptasi dari sebuah kisah berjudul His Mom Served Them This Burnt Toast for Dinner. His Dad’s Reaction? Incredibly Touching yang dilansir dari new.damn.com.
Semoga kisah tersebut bisa menginspirasi Anda semua, Ladies. If this story inspires you, please kindly share it to others :)
- Foto Kakek Penjual Tebu yang Menangis Ini Bikin Hati Bergetar
- Karena Anak Autisme Satu Keluarga Dilarang Naik Pesawat
- Video Kejutan Termanis dari Suami Tercinta: 'Istriku, Kutahu Jadi Ibu Itu Berat'
- Maaf, Aku Harus Menikahi Pria Lain
- Bocah 3 Tahun Tempuh 1.400 Kilometer, Rayakan Imlek Bersama Orang Tua