Membicarakan soal aborsi, sebenarnya membicarakan tentang masalah perempuan. Selama ini aborsi dipandang sebagai hitam dan putih. Dalam menyikapi masalah aborsi hanya ada dua pilihan yang bisa kita ambil, yaitu pro dan kontra. Perempuan juga seringkali dipandang sebagai pelaku tunggal aborsi, karena masyarakat seakan tidak mau peduli dengan masalah yang melatarbelakangi aborsi tersebut dilakukan.
Seperti dilansir dari townhall.com, berdasarkan posting dari sebuah blog bernama injusticestories.com, menceritakan kisah seorang wanita bernama Lana, yang melakukan aborsi karena janinnya berjenis kelamin laki-laki.
Dijelaskan pada kisah Lana, bahwa dirinya adalah seorang feminis. Para feminis, menuntut emansipasi dan kesamaan hak dengan pria. Alasan Lana melakukan aborsi ini, karena dirinya tidak membenci pria, tetapi, ia membenci segala bentuk patriarki. Patriarki merupakan sistem sosial atau budaya, yang menempatkan laki-laki sebagai pemilik kedudukan tertinggi daripada wanita.
Advertisement
Berbagai hal negatif, dan tidak mengenakkan, yang dialami Lana, disebabkan oleh perlakuan buruk dari seorang pria kepadanya.
Dikisahkan, saat dirinya melakukan perjalanan ke luar negeri, dengan sebuah pesawat penerbangan, ia duduk di samping seorang pria. Pria tersebut menggoda Lana, dengan perkataan yang tidak sopan. Merasa terganggu dengan perkataan pria tersebut, mereka pun bertengkar. Pramugari yang mengetahui hal itu, justru memaksa Lana untuk pindah tempat duduk.
Perlakukan penumpang pria itu, membuat Lana sedih, dia merasa telah disakiti secara lisan dan emosional oleh seorang lelaki.
Diceritakan jika Lana kemudian hamil, karena seorang pria yang sebenarnya tidak memiliki hubungan khusus dengan dirinya.
Hingga beberapa bulan, Lana belum mengetahui jenis kelamin bayinya. Saat kehamilannya sudah mulai membesar, dokter mengatakan kepadanya, jika janinnya adalah laki-laki.
Tiga hari setelah dirinya didiagnosa memiliki bayi laki-laki, Lana mulai berpikir jika dirinya tidak sanggup jika harus memiliki anak laki-laki.
"Saya berdiri dengan keputusan saya untuk menggugurkan bayi laki-laki saya. Jika kemudian saya hamil laki-laki, saya akan mengugurkannya lagi." demikian tulis Lana.
Banyaknya kekecewaan yang dialaminya karena seorang laki-laki, membuat Lana membenarkan keputusannya mengaborsi janin laki-lakinya.
Jika banyak bayi perempuan di China dan India diaborsi, karena masyarakat negara tersebut lebih memilih bayi laki-laki, maka Lana menganggap hal itu tidak berbeda dengan dirinya, yang membenci janin laki-laki.
Beberapa hari kemudian, Lana melakukan prosedur aborsi di sebuah tempat yang ia rahasiakan. Ia sadar dengan semua akibat yang akan diterimanya. Setelah aborsi itu selesai dilakukan, Lana merasa bebas dan kuat. Dia merasa telah melakukan sesuatu yang positif, sesuatu yang baik, yang dapat membebaskannya dari belenggu patriarki.
Dalam posting keduanya, Lana mengungkapkan jika banyak orang yang mengecam keputusannya hanya karena bayi tersebut laki-laki.
Lana juga mengaku, jika sekarang dirinya telah memiliki seorang anak perempuan berusia satu tahun. Dirinya berharap, jika putrinya bisa menjadi seorang wanita yang tangguh.
Lana, mengenal paham feminisme di bangku kuliahnya. Bisa saja dirinya sangat membenci diskriminasi gender dan patriarki, tetapi, tindakannya tetap tidak bisa dibenarkan.
Seorang wanita seharusnya memiliki hati nurani dengan setiap keputusannya, dan tidak melakukan perbuatan yang destruktif.
Sejauh ini, telah ada 52 orang yang memberikan komentar di blog tersebut. Hampir semuanya mengecam keputusan Lana.
Ketika terjadi kehamilan yang tak diinginkan, hanya ada tiga pilihan, yaitu menjadi orang tua, menyerahkannya untuk diadopsi atau melakukan aborsi. Tidak sedikit perempuan yang hamil di luar nikah yang memilih pilihan yang terakhir.
Sebegitu bencinya kita terhadap makhluk yang bernama lelaki, haruskah kita menghancurkannya saat masih menjadi janin? Apakah dengan begitu akan mengurangi sistem patriarki dan kekuasaan kaum lelaki terhadap wanita?
Apakah aborsi merupakan jalan yang terbaik dan tidak memiliki konsekuensi yang fatal? Atau aborsi dengan alasan apapun tidak boleh dilakukan? Bagaimana menurut Anda Ladies?
(vem/chi)