Ketidakbahagiaan dalam pernikahan disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya ketidakcocokan yang mendalam, yang berakibat pada ketegangan dalam pernikahan yang dijalani. Beberapa orang memang tidak diharuskan bersama-sama.
Bagaimana kesalahan ini bisa terjadi? Menikahi orang yang salah adalah sebuah kesalahan paling mahal yang kita perbuat. Karena dampaknya sangat besar. Hal ini menyangkut masa depan keturunan kita juga nantinya.
Seperti dilansir dari thephilosophersmail.com, ada 9 alasan mengapa kita bisa terjebak dan menikahi orang yang salah. Berikut penjelasannya.
Advertisement
Advertisement
Terkadang Kita Tidak Bisa Memahami Diri Kita Sendiri
Â
Ketika pertama kali berkenalan dengan pasangan, wanita terjebak dengan perasaan sentimentil yang indah. Kita berfikiran bahwa pria tersebut adalah pria baik-baik, yang menarik dan menyenangkan.
Bukan berarti hal ini salah, tetapi saat itu pemahaman kita belum tepat dan konsisten, saat menilai seseorang hanya dari luarnya saja.
Saat itu kita mungkin belum dewasa, untuk bisa menilai secara detail bagaimana sifat pria tersebut.
Terkadang justru orang lain seperti keluarga dan sahabat kita, yang bisa menilai apakah orang tersebut baik untuk kita atau tidak.
Dengan buruknya tingkat pemahaman karakter kita, tidak heran jika kita tidak bisa menentukan, seperti apa orang yang benar-benar tepat bagi diri kita.
Kita Belum Bisa Memahami Orang Lain
Masalah yang sama juga di alami oleh pria pasangan kita, saat akan memutuskan menikah.
Kita tidak tahu pandangan pasangan, mengenai masa depan pernikahan seperti apa yang mereka inginkan nanti. Rencana-rencana mereka, soal bagaimana mengelola keuangan, ingin memiliki anak-anak yang seperti apa, tentang kesetiaan, serta bagaimana menghabiskan hari tua bersama.
Pengetahuan seperti ini, tidak bisa didapat hanya dengan perbincangan yang sederhana.
Kita hanya tahu apa yang terlihat di luarnya saja. Hanya sedikit saja bukti dan pengetahuan yang kita miliki, tentang rencana masa depannya bersama kita. Sebenarnya, ada banyak sekali petunjuk visual, yang bisa kita lihat, apakah orang tersebut cocok bersama kita selamanya.
Tetap simak ya.
[startpuisi]“Marriage: Love is the reason. Lifelong friendship is the gift. Kindness is the cause. Til’ death do us part is the length.”
-Fawn Weaver[endpuisi]
Kita Belum Tahu Definisi Bahagia Yang Sebenarnya
Â
Pada saat itu, kita memang mencari kebahagiaan cinta. Itu saja ternyata tidak cukup. Apa yang waktu itu kita rasakan adalah keakraban semata. Inilah yang sebenarnya mempersulit rencana kita untuk memiliki kebahagiaan yang sebenarnya.
Pengalaman percintaan kita sebelumnya, yang tidak menyenangkan dan kurang komunikasi mungkin telah membuat kita menderita.
Pada saat kita dewasa, terkadang seringkali kita menolak kandidat yang sempurna bagi diri kita. Sehingga akhirnya kita memilih orang yang salah, dan membiarkan orang yang tepat berlalu begitu saja.
Pemikiran Bahwa Menjadi 'Single' Itu Buruk
Hal inilah, yang akhirnya membuat kita, tidak memilih secara rasional orang yang akan kita nikahi. Kita mengalami ketakutan jika nantinya kita menjadi perawan tua, sendirian dan tak laku.
Sayangnya, stigma masyarakat sendiri, yang menganggap wanita perawan tua yang telat menikah itu, seakan-akan sesuatu yang negatif. Seseorang merasa aneh jika nonton film di bioskop sendirian.
Sebaiknya, pernikahan itu dilandasi dengan alasan yang positif. Bukan hanya pelarian saja, karena tidak ingin dibilang jomblo terus.
Simak terus ya.
[startpuisi]“A successful marriage requires falling in love many times, always with the same person.”
-Mignon McLaughlin[endpuisi]
Advertisement
Menikah Hanya Demi Gengsi Semata
Â
Ada orang yang menikah karena tidak mau di anggap tidak laku. Atau menikah dengan biaya yang fantastis hanya demi gengsi semata.
Jika hanya ingin mendapat pujian dari orang sekitar, sebuah pernikahan tidak akan bertahan lama. Karena, yang menentukan kelanggengan sebuah pernikahan, adalah pasangan itu sendiri.
Kita juga tidak bisa memutuskan untuk menikah dengan terburu-buru, tanpa memikirkan dengan seksama, pro dan kontra yang akan terjadi di kemudian hari.
Kita Tidak Mengikuti Kursus Cinta
Kita tidak mengerti ilmu tentang psikologi pernikahan. Kita menikah tanpa informasi yang kuat, tentang bagaimana pasangan kita. Kita tidak pernah membaca buku-buku tentang pernikahan.
Kita tidak memiliki pengetahuan, mengapa pasangan yang menikah bertahun-tahun bisa bercerai. Saat kita akan menikah, kita hanya memikirkan kriteria seperti bagaimana orang tuanya, saudaranya, dari suku apa, atau kekayaan mereka.
Pada saat itu, kita hanya terobsesi dengan perasaan cinta kita saja. Kita tidak berpikir bagaimana dia saat marah, bagaimana rencana dia tentang membesarkan anak-anak, bagaimana kita berkembang bersama, dan bagaimana kita bisa tetap seperti teman.
Tetap simak alasan selanjutnya.
[startpuisi]“Being in a long marriage is a little bit like that nice cup of coffee every morning – I might have it every day, but I still enjoy it.”
-Stephen Gaines[endpuisi]
Karena Sudah Putus Asa Dengan Petualangan Cinta Kita Sebelumnya
Â
Banyaknya kekecewaan dalam hubungan percintaan kita yang terdahulu, membuat kita putus asa. Kita sudah lelah selalu gagal dalam percintaan. Hal ini yang membuat kita mengakhiri pernderitaan ini dengan pernikahan.
Kita Terlalu Percaya Bahwa Pasangan Kita Adalah Orang Yang Spesial
Kita tidak bisa mengambil sebuah kesimpulan, tentang diri seseorang jika kita tidak mengenalnya dengan baik. Saat kita merasa diri kita dicintai, kita seakan melayang di angkasa. Terkadang kita tidak memiliki akal sehat, dan hanya terpaku dengan penampilan luarnya saja.
Karena Bayangan Akan Bulan Madu Yang Indah
Sebelum menikah, biasanya kita sudah membayangkan akan bulan madu kemana dan berapa lama. Padahal, perasaan bahagia dan keindahan, yang kita rasakan pada awal pernikahan saja tidak cukup. Tidak ada jaminan, bulan madu yang indah akan membuat pernikahan bahagia selamanya.
Jika kita belum mengenal pasangan dengan baik, pernikahan sejati yang langgeng, tidak akan dengan mudah Anda dapatkan.
Maka dari itu Ladies, saat ini pernikahan yang romantis saja tidak cukup. Kita harus memiliki tujuan, untuk mendapatkan pernikahan yang bahagia secara psikologis. Semua itu dibutuhkan persiapan yang matang. Usahakan untuk mengenal pasangan Anda secara detail, sebelum meutuskan untuk menikah dengannya.
[startpuisi]“The greatest marriages are built on teamwork. A mutual respect, a healthy dose of admiration, and a never-ending portion of love and grace.”
-Fawn Weaver[endpuisi]