Sebagai anak adopsi, Irma Emilia punya kisahnya sendiri tentang makna cinta dan kehangatan kasih sayang. Meskipun ia tinggal dengan keluarga yang tak memiliki ikatan darah dengannya, ia tetap bahagia. Dan inilah makna cinta yang telah ia dapatkan dan resapi hingga saat ini.
***
Terlebih dahulu perkenalkan saya adalah seorang karyawati di salah satu perusahaan swasta di Indonesia. Sebelumnya saya merasa agak risih untuk membagikan cerita saya kepada pembaca semua. Namun, saya pikir kenapa harus risih?
Advertisement
Mungkin sebagian besar menilai kalau seorang anak adopsi tidak bisa bahagia. Bahkan mendengar kata adopsi saja sudah terasa menyakitkan hati bagi anak tersebut. Namun, berbeda dengan saya.
Saya adalah anak adopsi. Saya diadopsi oleh sebuah keluarga sederhana dengan curahan kasih sayang yang luar biasa.
Dulu ibu kandung saya bercerita tentang kronologi mengapa saya sampai menjadi anak adopsi dari tetangga depan rumah saya sendiri. Sewaktu saya menginjak usia 10 tahun, saya baru mengetahui bahwa Mama (ibu adopsi) saya bukanlah wanita yang melahirkan saya. Saat itu rasanya sedih, kecewa, dan banyak pertanyaan menyeruak di benak saya .
Mengapa ibu kandung saya rela memberikan anaknya sendiri kepada orang lain? Itu pertanyaan yang selalu ada di benak saya. Namun, kenyataan yang terjadi tidak seburuk apa yang ada di pikiran saya.
Dahulu kakak perempuan saya (anak dari Mama) ingin memiliki adik perempuan. Namun karena usia Mama saya yang tidak memungkinkan untuk hamil lagi, saya pun diangkat jadi anak meskipun berasal dari keluarga berbeda. Alasannya adalah karena Mama melihat saya sebagai anak yang menggemaskan. Kakak perempuan saya pun saat itu sering membawa saya untuk diajak bermain, saat itu saya masih bayi. Sejak saat itu, saya lebih sering diasuh oleh Mama saya.
Setiap kali ibu kandung saya ingin membawa saya pulang untuk disusui, kakak perempuan saya saat itu selalu menangis. Akhirnya, diputuskanlah saya tetap tinggal di rumah Mama dan diberi susu formula sebagai ganti ASI. Dan sejak saat itulah, saya telah menjadi anak adopsi Mama.
Dan sekarang usia saya sudah menginjak 20 tahun. Hingga detik ini, keluarga adopsi saya memberikan perhatian dan kasih sayang yang berlimpah. Saya merasa beruntung mempunyai keluarga kandung dan keluarga adopsi yang sama-sama mencintai dan menyayangi saya. Mereka semua tidak mempermasalahkan dari rahim siapa saya dilahirkan.
Dan ada satu kalimat dari ibu adopsi saya yang sampai sekarang tidak pernah saya lupa adalah...
Kamu memang tidak terlahir dari rahimku, tapi percayalah aku menyayangimu sama halnya aku menyayangi kakak-kakakmu semua, kamu dan mereka tidak ada bedanya. Aku sangat menyayangimu.
Saya tidak pernah berhenti untuk bersyukur karena Tuhan menciptakan saya di tengah-tengah keluarga yang teramat menyayangi saya. Thank you God for all the things you have given to me.
- Perceraian Tak Membuatku Rapuh, Kini Aku Bangkit Demi Anakku
- Aku Rela Jadi Sansak Tinju dan Dipukuli Demi Kesembuhan Anakku
- Curahan Hati Seorang Model yang Kini Berhijab
- Wanita yang Selalu Menyebut Namaku di Setiap Butir Doanya
- Pilot Cantik Air Asia Yang Menjadi Trending Topik Di Twitter
- 20 Alasan Kenapa Kita Harus Menyayangi Ibu