Kisah ini dikirim oleh Riska Ning Tias dan menjadi salah satu pemenang dalam lomba Kisah Aku dan Ayah. Semoga kisah ini bisa menjadi inspirasi bahwa sejauh apapun terpisah, anak perempuan memiliki darah ayah di dalam tubuhnya. Cinta itu selalu ada, dan tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang lebih baik.
***
Hai Vemale, saya Riska,
Advertisement
Tuhan melahirkan saya di dalam keluarga yang berbeda dengan keluarga lain. Saya terlahir di keluarga yang broken, tetapi bukan berarti saya tidak memiliki keluarga.
Saya dan mama mungkin bukan orang yang beruntung, karena saat lahir, saya sudah ditinggal ayah. Saat itu ayah pergi dan memilih wanita lain sebagai menjadi pendamping hidupnya. Semua itu membuat hidup mama semakin sulit untuk dijalani, tetapi mama saya berhasil melewatinya hingga kini saya berusia 23 tahun.
Waktu kecil, saya tidak pernah bertemu dengan ayah sama sekali. Sedangkan mama sibuk bekerja untuk menafkahi saya. Pada saat saya masuk SMP, mama meminta agar saya pergi ke rumah ayah. Saya selalu beralasan untuk tidak menemui ayah. Mama selalu bilang "Pergilah nak, walau bagaimanapun dia tetap ayahmu, dan saat kamu menikah kelak, dia tetap akan jadi walimu,''.
Saat saya sudah masuk SMA dan bertepatan dengan perayaan Idul Fitri, saya pergi menemui ayah tanpa didampingi mama. Saya tahu itu akan menjadi moment yang sangat sulit untuk dilalui. Setiba di rumah ayah, saya hanya berjabat tangan dan mencium tangannya. Hal itu itu terasa sangat aneh bagi saya, belum lagi saat saya melihat raut wajah istri ayah, dia terlihat tidak suka dengan kedatangan saya. Saya tahu ayah masih menyayangi saya, hanya saja keadaan yang membuatnya canggung seperti itu.
Hari terus berlalu hingga saya sudah memasuki kuliah semester lima. Tiba-tiba saya jatuh sakit dan sakit itu cukup parah. Berat badan saya terus berkurang dan tidak boleh putus meminum obat selama sembilan bulan. Sakit yang saya alami seolah menunjukkan bahwa saya tak mungkin sehat lagi. Namun Tuhan berkehendak lain.
Sepulang dari rumah sakit, ayah dan istrinya datang menjenguk saya. Saat itu saya tahu ayah mengkhawatirkan saya. Sejak saat itu saya menyadari bahwa sampai matipun, saya adalah bagian dari ayah. Di dalam raga saya mengalir darah ayah.
Akhirnya saya melewati masa-masa sakit dan pulih kembali. Sejak kejadian itu, saya selalu bersilaturahmi ke rumah ayah. Tanpa basa-basi lagi saya bahagia pada perubahan yang terjadi. Meskipun dahulu terasa pahit dan ayah tak patut menjadi teladan, saya melihat perubahan yang baik. Dari waktu ke waktu, istri ayah juga ikut berubah dan menerima semuanya. Di sisi lain, mama saya akhirnya memilih menikah lagi dengan seorang ayah tiri yang juga sangat menyayangi saya.
Ketika saya lulus kuliah, tak pernah terduga saya bisa menghadirkan dan menyatukan keluarga ayah kandung juga keluarga mama. Kehadiran mereka semua membuat saya bangga dan semakin bahagia dalam acara graduation momentsaya.
Tak hanya itu, yang semakin membuat saya bahagia ketika ayah menjadi wali pernikahan saya. Ayah kedua juga mendukung pernikahan saya sehingga semua berjalan lancar. Sungguh tak pernah terduga Allah membuat saya dilimpahi banyak kebahagiaan. Saya sungguh bersyukur ketika melihat kedua keluarga bersatu dan saling bersilaturahmi.
Terima kasih, Tuhan atas karunia-Mu.
Happy Father Day..
I love you, Ayah
Untuk ayahku dan juga suamiku (calon ayah ) :)
(vem/yel)