Mendengar istilah anak autis, mungkin yang terbenak dalam pikiran Anda adalah mereka dengan gangguan perkembangan yang membuatnya tidak mampu untuk berinteraksi sosial. Bahkan, seolah-olah mereka dengan dunianya sendiri. Ya Ladies, autis memang identik dengan keterbatasan dalam kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi.
Autis pertama kali dipopulerkan oleh dr Leo Kanner pada tahun 1943, melalui penelitiannya terhadap beberapa anak. Dari kesimpulan penelitian itu disimpulkan adanya beberapa hal mengenai autis antara lain: menarik diri dari lingkungan, tidak bisa bersosialisasi dan berkomunikasi, serta tidak bisa mengekspresikan apa yang ada dalam pikiran dan hatinya. Kata autos itu sendiri berasal dari bahasa latin yang artinya AUTO ( keluar ) dari lingkungannya yang dapat dikatakan asyik dengan dunianya sendiri.
Lantas, apa ciri-ciri anak autis dan bagaimana cara mengetahuinya?
Advertisement
Berikut dipaparkan dengan jelas oleh Imaculata Yanuar, M.Si, pimpinan dari yayasan Santa Imaculata Autism (www.imaculata.me).
(vem/riz)Advertisement
Cara Mendeteksi Anak Autis
Untuk mendeteksi anak autis atau tidaknya, Anda tidak perlu mendatangi seorang ahli. Sebab, untuk mengetahui anak autis dapat dilihat dari ciri-cirinya yang kasat mata. Selagi Anda mengenali apa saja ciri-ciri anak autis, Anda akan mengetahuinya dengan mudah.
Akan tetapi, Anda juga butuh bantuan seorang ahli untuk mengetahui sejauh atau seberapa parah tingkat keautisannya. Autis sendiri terdiri dari beberapa level mulai dari yang ringan hingga yang berat atau parah. Untuk mendiagnosis anak autis biasanya dilakukan ketika anak sudah berusia 2 tahun. Sebab, pada usia tersebut Anak sudah pintar dalam berinteraksi. Namun, Anda juga harus jeli dalam memantau perkembangan Anda sedini mungkin.Misalnya, pada usia 4 bulan anak sudah bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat seperti merespon senyum saat dicium oleh orang tuanya atau dengan cara memberi tatapan mata. Sedangkan anak autis tidak bisa memberi respon tersebut.
Semakin dini anak terdeteksi, semakin cepat pula ia tertolong dan semakin mudah untuk mengejar ketertinggalannya. Sebab, golden age perkembangan anak yakni antara usia 2 hingga 5 tahun. Nah, bagaimana dengan ciri-cirinya?
Ciri-Ciri Anak Autis
Ada ciri ciri yang sangat khas pada anak autis, namun tidak berarti bahwa setiap penyandang autis memiliki semua ciri tersebut. Begitu juga sebaliknya. Bukan berarti anak yang tidak bisa bicara sebelum waktunya, adalah penyandang autis. Bisa saja karena anak tersebut mengalami gangguan lainnya seperti speach delay, ADHD, atau apraksia.
Beberapa ciri-ciri anak autis dapat diketahui melalui wicara, sosialisasi, perilaku, emosi, motorik, sensorik, bahkan dari prestasi akademiknya. Anak autis juga memiliki ciri-ciri gangguan tidur seperti tidak bisa tidur hingga beberapa malam, tidur larut malam, bangun tengah malam, dan aktif di pagi hari. Ketika mereka bangun tengah malam biasanya mereka sangat rewel.
Advertisement
Wicara Anak Autis
Cara bicara anak autis tentu sangat berbeda dengan anak normal lainnya dan bahkan ada beberapa dari mereka yang tidak mampu berbicara. Ketika mereka berbicarapun, suaranya sangat lirih dan seperti tidak ada dorongan untuk berbicara dari dalam jiwa anak tersebut. Ketika berbicara, anak autis tidak paham akan apa yang sedang dibicarakannya sehingga mereka hanya asal berbicara saja atau yang sering disebut dengan bubling, berkata namun pada dasarnya tidak ada makna yang terkandung.
Di samping itu, anak autis cenderung meniru pembicaraan serta mengulang pembicaraan yang sama. Anak autis tidak mengerti maksud lawan bicaranya, tidak memahami kosakata, serta instruksi dari yang lain.
Cara Bersosialisasi Anak Autis
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, anak autis memiliki keterbatasan dalam bersosialisasi. Anak autis tidak tertarik terhadap teman sebaya ataupun orang lain dan seolah-olah hidup dalam dunia sendiri. Mereka cenderung menarik diri dari lingkungan sosial dan asyik dengan dunia sendiri. Di samping itu, mereka juga tidak bisa mengoperasikan alat permainan, takut pada lingkungan, takut pada orang lain, terutama pada keramaian.
Â
Jika anak autis dipanggil, mereka tidak akan merespon atau sekedar menengok. Tidak ada kontak mata dan jika ada juga sangat singkat. Anak autis sangat cuek dengan lingkungan sekitar dibuktikan dengan ketidakpeduliannya terhadap apa yang sedang terjadi. Mereka juga tidak bisa berkonsentrasi, mengekspresikan suasana hatinya dengan tepat, serta tidak bisa melindungi dirinya sendiri.
Advertisement
Perilaku dan Tingkat Emosinya...
Anak autis biasanya melakukan rutinitas dan ritual yang kadang tidak dimengerti oleh orang lain. Dalam lingkungan, anak autis juga suka memaksakan kehendak tanpa memikirkan bahaya yang ditimbulkan. Misalnya saja dalam hal makanan. Anak autis akan memakan apapun yang disukai tanpa berpikir apakah makanan tersebut aman atau beracun.
Â
Anak autis suka merusak namun tidak menyadari apa yang dilakukannya. Mereka sering menangis dan tertawa sendiri tanpa ada sebab yang jelas. Anak autis melakukan aktivitas yang berulang-ulang seperti berputar, jalan jinjit, steaming atau flaping. Sementara tentang benda kesukaan, mereka bisa sangat menyukai atau takut terhadap benda yang irasional.
Â
Saraf Sensorik, Motorik, Serta Prestasi Akademik Anak Autis
Motorik halus anak autis sangat lemah sehingga membuat mereka kesulitan melakukan instruksi. Namun untuk menyakiti diri sendiri dan orang lain, saraf motoriknya sangat kuat. Anak autis tidak bisa diam sebab dia memiliki banyak energi untuk beraktivitas. Bahkan, semua anggota badan mereka mampu untuk melakukan aktivitas gerak.
Â
Sedangkan untuk saraf sensoriknya, anak autis sangat peka. Mereka tidak bisa merasakan apa-apa. Lidah, hidung, dan telinga anak autis hipersensitif.
Advertisement
Diet dan Rotasi Makanan Anak Autis
Semua anak autis sangat bermasalah dengan enzim, keterbatasan enzim yang sangat mencolok di banding anak anak normal lainnya. Sehingga, tidak semua makanan yang masuk dalam tubuhnya dapat dicerna dengan baik. Makanan yang tidak bisa dicerna akan menjadi racun bagi tubuhnya dan dapat dikatakan sebagai alergi. Berbeda dengan alergi pada umumnya yang berakibat pada kulit, alergi makanan pada anak autis akan memperparah tingkat autis anak tersebut. Namun parahnya, semakin makanan tersebut menyebabkan alergi pada anak autis, anak tersebut malah semakin menyukainya.
Cara mengetahui alergi makanan pada anak ada dua macam yakni melalui test food alergi baik atau dengan uji coba makanan secara manual. Makanan yang perlu dihindari meskipun belum melakukan tes di antaranya gula, tepung terigu, susu, dan semua jenis produknya. Selain itu, makanan lain yang juga perlu dihindari meliputi kacang-kacangan, dan bawang.
Â
Cara Memasak dan Pola Makan Anak Autis
Untuk menghindari tambah parahnya tingkat autis anak, diperlukan adanya rotasi makanan yang dilakukan tiap empat hari sekali. Misalnya saja, senin anak makan ayam dan kacang. Untuk hari Selasa dan Rabu hindari ayam dan kacang serta ganti dengan menu lain. Sementara itu, Anda juga perlu tahu cara memasak dan pola makan untuk anak autis, di antaranya:
- Tidak boleh ada makanan yang dipanaskan lagi, makanan siap 30 menit sebelum makan.
- Tidak boleh terlalu matang.
- Tidak boleh banyak varian jenis makanan karena justru tidak bisa tercerna dengan baik.
- Saat makan tidak boleh minum banyak sebab tidak memacu tidak kerjanya enzim pencernaan.
- Terapi air putih.
- 30 menit sebelum makan minum segelas air putih.
- Bila anak terlanjur makan sesuatu yang merupakan jenis dietnya maka segera beri norit.
- Perbanyak sayur dan buah-buahan.
- Ubi merupakan makanan yang menghasilkan enzim secara langsung.
- Anak anak yang bermasalah dengan lambung, jangan di beri engkol, bunga kol.
- Ikan yang terbaik adalah ikan dari air tawar terutama belut dan lele.
- Rotasi karbohidrat: nasi. Ubi, tiwul, kentang, talas.
- Hindari junk food 100%