Fimela.com, Jakarta Sudah pernah dengar istilah preeklamsia? Pre-eklampsia atau preeklampsia merupakan sindrom yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, kenaikan kadar protein di dalam urin, dan pembengkakan pada tungkai. Kondisi ini biasanya dialami oleh ibu hamil.
Dikutip dari floridahospital.com, dokter spesialis obstetri dan ginekologi Gargey Patil, MD mengungkapkan bahwa preeklamsia bisa dialami ibu hamil saat usia kehamilannya masuk pada usia 20 minggu. Kalau tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkab komplikasi serius pada ibu dan janin dalam kandungan. Berikut ini sejumlah hal penting yang perlu kita tahu soal preeklamsia pada ibu hamil, langsung saja simak di sini ya.
1. Faktor penyebab preeklamsia
Advertisement
Kalau sudah punya riwayat pernah mengalami preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, maka risiko mengalaminya lagi di kehamilan berikutnya juga meningkat. Faktor lain yang menyebabkan preeklamsia, antara lain diabetes, obesitas, masalah penyumbatan darah, ada riwayat keluarga yang mengidap preeklamsia, kehamilan anak kembar, In vitro fertilization (IVF) atai kehamilan bayi tabung, dan usia ibu hamil sudah di atas 35 tahun.
2. Tanda-tanda preeklamsia
Kalau tekanan darah 140/90 dan urin mengandung kadar protein yang sangat tinggi, maka bisa jadi kita mengidap preeklamsia. Tapi kalau hanya tekanan darah saja yang tinggi tapi kadar protein di urin masih normal, maka bisa jadi kita mengalami gestational hypertension.
2. Gejala-gejala preelamsia
Dr. Patil menjelaskan bahwa gejala preeklamsia bisa mirip dengan sakit migrain yang disertai sakit perut. "Gejala-gejala umumnya meliputi sakit kepala parah, pandangan mata kabur atau pandangan disertai dengan bintik-bintik hitam, dan sakit perut di bagian kanan atas dekat organ hati," paparnya. Kalau mengalami gejala-gejala tersebut, perlu segera menghubungi dokter agar kondisi preeklamsia tidak menjadi eklamsia yang berisiko bisa menyebabkan kelahiran yang lebih cepat dari seharusnya.
4. Mengatasi preeklamsia
Dokter mungkin akan meresepkan obat darah tinggi yang aman untuk ibu hamil untuk mengatasi preeklamsia. Sebaiknya memang tak sembarang mengonsumsi obat selama hamil agar tidak mengganggu kesehatan ibu dan janin dalam kandungan. Selain mengonsumsi obat, ibu pun perlu melakukan teknik relaksasi untuk menjaga kondisi tubuh dan pikiran tetap stabil.
5. Preeklamsia meningkatkan risiko melahirkan lebih awal
"Umumny, perempuan dengan preeklamsia akan melahirkan saat usia kehamilannya sekitar 37 minggu," ujar Dr. Patil. Bahkan kalau kondisi preeklamsia tak segera ditangani dengan baik, maka risikonya bisa menyebabkan kelahiran prematur.
Bila mengalami sejumlah gejala yang mengarah pada preeklamsia, segera berkonsultasi ke dokter ya moms. Semakin cepat ditangani maka nantinya risiko berbahaya pun bisa semakin mudah dihindari.