Oleh Yulina Eva Riany
Kandidat Doktor bidang Psikologi Pendidikan dan Ilmu Rehabilitasi Kesehatan di The University of Queensland, Australia, juga Dosen Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB)
Salah satu tahapan perkembangan yang penting pada anak adalah bahasa karena bahasa merupakan faktor awal yang menentukan anak untuk dapat berkomunikasi kepada lingkungannya. Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang luput perhatiannya untuk tahapan perkembangan yang satu ini. Alhasil, tak jarang, orang tua baru akan tersadar ketika anaknya sudah menginjak usia 3-5 tahun.
Advertisement
Para peneliti percaya bahwa perkembangan bahasa anak dimulai sejak anak masih di dalam kandungan (Dallas, 2013. Ketika dalam kandungan, anak memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi suara dan irama percakapan dari sang ibu, meskipun kemampuan verbalnya belum berkembang saat itu. Kemampuan ini mampu akan bertahan sampai anak dilahirkan dan menginjak usia empat bulan.
Sementara itu, perkembangan kemampuan ekspresi verbal yang pertama ali dapat dilakukan oleh anak adalah menangis. Melalui tangisan, anak mulai berekspresi atas apa yang dirasakan untuk mendapatkan perhatian dari orang tuanya misalnya seorang anak akan menangis ketika mereka merasa lapar, haus atau merasa tidak nyaman. Kemudian, kemampuan ini akan mulai berkembang.
Menginjak umur 4 bulan, anak mulai berkomunikasi dengan suara-suara seperti 'ba-ba-ba', kemudian ketika telah menginjak usia 9 bulan hingga 1 tahun, mereka akan mulai dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti 'mama' hingga akhirnya anak akan mengenal kosakata kurang lebih 50-200 kata pada usia 2 tahun dan 3000 kosakata pada usia 3 tahun.
Tahapan perkembangan bahasa ini sangatlah penting untuk diperhatikan oleh orang tua guna mendeteksi adanya gangguan dan mendorong anak untuk memasuki tahap perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu, strategi optimalisasi perkembangan anak sangat perlu dilakukan sejak dini, bahkan sejak dalam kandungan.
Ketika usia kandungan sudah memasuki enam bulan, patut lah orang tua untuk membiasakan diri mengajak anak berinteraksi, mulai dari perasaan bahagia atau tentang hal-hal positif lainnya. Ini bisa dilakukan sambil mengelus lembut perut. Dengan melakukan hal ini, anak akan mengenal ritme suara dan irama bahasa ibu yang merupakan fase awal untuk mempelajari bahasa.
Kemudian, ketika anak sudah lahir, anak seharusnya diajarkan interaksi dan komunikasi yang dibarengi dengan ekspresi bahasa tubuh. Strategi ini adalah stimulasi perkembangan bahasa non-verbal sehingga anak dapat mengerti arti di baliknya dan meniru berbagai mimik dan ekspresi. Fase ini juga sangat penting karena jika seorang anak kehilangan masa-masa di fase ini, maka anak bisa terkena gangguan psikologis seperti autisme.
Selanjutnya, jika anak sudah menginjak usia 1 tahun dan mengenal kata, orang tua harus mulai membantu untuk mengenalkan lebih banyak kosakata. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membaca buku bergambar dan berwarna. Strategi selanjutnya adalah dengan mengajarkan anak untuk bernyanyi. Nyanyikan beberapa lagu anak yang mendidik diiringi dengan ekspresi dan gerakan yang sesuai.
Selain itu, ada baiknya jika orang tua dapat menstimulasi anak untuk berani bercerita mengenai perasaan atau apa yang dialami. Hal ini juga penting guna meningkatkan kemampuan komunikasi anak. Dengan peran aktif orang tua, perkembangan bahasa anak dapat dipacu dengan optimal sehingga anak tidak hanya dapat berkomunikasi secara verbal namun juga nonverbal dan berekspresi. Dengan demikian, kelainan psikologis dapat segera terdeteksi sejak dini.
(vem/dyn)