Banyak orang yang mengidam-idamkan pernikahan. Tetapi, setelah menjalaninya, banyak pula yang ingin meninggalkan.
Manusia... manusia... susah ditebak apa maunya. Saat belum menikah ingin buru-buru menikah, namun saat sudah menyandang status menikah, dengan mudahnya ingin bercerai. Apa yang ada di benak wanita saat ini sehingga mudah menuntut bercerai dari pasangannya?
Suami tak mau mengalah
Advertisement
Salah satu alasan wanita mengakhiri pernikahannya adalah ketika suami tak mau mengalah seperti saat sedang berpacaran. Dulu, apapun rasanya akan diberikan oleh sang suami, dan kini setelah menikah ternyata ia yang harus mengerti dan banyak memahami suami.
Melelahkan. Tentu saja melelahkan jika tak ada kerja sama yang baik antara suami dan istri. Terutama bila perselisihan kecil akhirnya dibesar-besarkan.
Tak seperti yang diharapkan
Setiap orang memiliki mimpi sendiri dalam pernikahannya. Sayangnya, tak semua orang dapat mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan. Sebagian besar malah terkejut dengan hal-hal berbeda yang tidak ditemui saat sedang berpacaran dulu. Alhasil, kekecewaan itu mendorong untuk seseorang mengajukan perceraian. Alasannya simple, "dia tidak seperti yang saya harapkan," Annisa, 31 tahun.
Masih aku dan kamu
Tidak kokohnya komitmen membuat orang menjadi tetap egois dalam hubungan rumah tangga mereka. Dan apabila keakuan tetap terus dijunjung tinggi, selamanya hubungan tak akan pernah berhasil. Padahal, dalam sebuah rumah tangga, pasangan suami istri harus pandai bekerja sama. Tak hanya saling tuding dan menimpakan tugas, tetapi bergantian meringankan tugas satu sama lain.
Dia tidak romantis
Berharap bahwa suami akan romantis seperti di film, hmm... tentu saja hal itu terjadi 1 banding 1000. Saat telah mengemban tanggung jawab sebagai suami dan kepala rumah tangga, pria cukup berusaha melakukan yang terbaik dengan fokus pada tugasnya mencukupi nafkah. Soal romantisme, sikap manis, memang cenderung tidak terlalu menjadi fokus.
Di satu sisi, wanita memang harus mengerti bagaimana tugas dan kewajiban pria ini menguras seluruh waktu dan pikirannya. Namun di sisi lain, pria juga harus mengerti bahwa dalam setiap kesibukan, komunikasi baik verbal maupun non verbal itu sangatlah penting, bukan sekedar mencukupi kebutuhan saja.
Terburu-buru menikah
Mengejar status belaka, wanita ingin agar dirinya tak dibilang perawatan tua, alhasil ia memilih menikah sekalipun belum merasa klik dengan pasangan.
Setelah menikah, ia baru menyadari bahwa orang yang dinikahi bukanlah orang yang tepat. Keinginan untuk berpisah dan naluri mencari pasangan jiwanya begitu besar sehingga mendorongnya untuk menuntut perceraian.
Dan memang sebaiknya menikah itu tidak dianggap sebagai suatu status atau permainan belaka. Ketika memang dirasa belum ada kesiapan untuk menikah, pikirkan kembali rencana Anda dan susun dari awal.
(vem/bee)