Jakarta Sukses secara instan tidak ada dalam kamus Yuda Bustara. Chef muda lulusan Taylor’s College dan Universite Le Mirail School of Hospitality & Tourism, Malaysia ini lebih percaya kalau sukses harusnya diraih seseorang melalui sebuah proses dan pengalaman yang tak sebentar. Yuda sendiri sudah menjalani karier di dunia kuliner selama 8 tahun.
Chef kelahiran 1987 ini, belakangan sibuk jalani karier sebagai host di Urban Cook (Kompas TV) dan tergabung dalam Kokiku TV. Terbaru, ia siap go internasional dengan sebuah cooking show (yang masih dirahasiakan) di AXN.
Advertisement
Wine campur es batu
Di balik pencapaiannya tadi, Yuda mengaku melewati banyak kenangan ‘manis’ di awal terjun ke dunia kerja. Salah satunya berhubungan dengan penyajian wine. “Waktu itu ada tamu dari Jepang yang memesan wine paling mahal di hotel tempat aku bekerja. Ia sepertinya ingin mengesankan Sang Pacar. Semua berjalan sempurna sampai akhirnya ia meminta sebongkah es untuk ditambahkan ke gelasnya,” ceritanya tertawa memecah obrolan kami. “Padahal, aku sudah menyarankan agar tidak menambahkan es tapi karena Si Tamu bersikukuh akhirnya aku dengan berat hati menambahkan es ke gelasnya,” tambah Yuda. Lelaki kelahiran 1987 ini memang banyak belajar soal bagaimana menyajikan wine dengan benar. “Saat belajar dahulu, aku main asal tuang saja. Yang benar itu ternyata menuangkan sedikit wine terlebih dulu di gelas tamu dan bila memang Si Tamu menyukainya baru disajikan,” tekannya.
Menghadapi customer memang jadi salah satu keahlian yang harus dipunya seorang chef, at the end ia yang bertanggung jawab akan kelezatan masakan dan penyajiannya. Meski sudah memiliki private dining bernama Tree Food Concept bersama dua rekannya Arimbi Nimpuno dan Putri Miranti, Yuda masih juga bertemu dengan pelanggan yang bikin geleng-geleng kepala. “Kami pernah memasak menu tenderloin with red wine sauce untuk acara seorang sosialita Jakarta. Lucunya, seorang tamu meminta tambahan saus sambal yang disajikan di pasaran. Demi memuaskan pelanggan, kami menyajikannya,” ucapnya.
Jenuh dengan dunia memasak
Selama 8 tahun berada di dapur secara profesional, Yuda menyadari menjadi chef nggak semudah yang dibayangkan banyak orang. “Awal masuk dapur, aku harus belajar mengupas bawang sekardus, mengupas kentang berkilo-kilo sampai telur rebus selama 14 jam sehari. That’s the real kitchen life,” jelasnya.
Mengobrol soal kesalahan di dapur selama bekerja, Yuda memiliki pengalaman tak terlupakan dalam sejarah kariernya. “Saat bekerja di Australia, aku pernah diperintah untuk memanggang ayam dan membawanya ke ballroom untuk disajikan. Saat ingin membawa ke ballroom, trolley yang aku gunakan jatuh, trolley itu memang sudah rusak dan aku kena sial hari itu. Alhasil, aku dimaki-maki oleh chef dan diusir dari dapur. Ia mengatai aku dengan kata kasar dan sangat rasis,” kenanganya. “Aku pulang dan kembali keesokan harinya. Aku sangat belajar dari pengalaman itu,” ujarnya.
Well, untuk bisa mencapai tahapan tertinggi dalam profesinya dibutuhkan kreativitas, komunikasi yang mumpuni ketelitian untuk menyajikan makanan dengan tepat hingga mental baja menghadapi ‘kedisiplinan’ (baca: makian dari atasan bila melakukan kesalahan) di dapur.
Meski sudah terbiasa memasak sejak kecil, lelaki yang suka menonton show memasak milik Ibu Siska ini mengaku pernah mengalami kebosanan dalam kariernya. Ia bercerita pernah bekerja di sebuah perusahaan fashion MLM ternama asal Prancis. Namun, passion akan dunia makanan kerap memanggilnya, ia pun memutuskan untuk menjadi food stylist dan food writer untuk berbagai media dan sekaligus mengembangkan kariernya sebagai chef profesional.
Kini, dengan segala pengalaman dan pendidikan yang ia lalui, Yuda mempunyai keinginan untuk meluruskan pandangan yang salah di masyarakat soal makanan. “Aku mau menyampaikan pengetahuan soal makanan yang sehat dan benar ke masyarakat Indonesia. Makanan yang sehat menurut aku adalah makanan yang beragam dan dikonsumsi dengan porsi yang tepat. Belakangan, aku memang concern mendukung healthy food,” tutupnya.