Sukses

Lifestyle

Review Buku Novel Book's Kitchen

Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, pernahkah kamu mendambakan tempat di mana waktu seolah melambat, hati terasa ringan, dan pikiran menemukan kedamaian? Inilah yang ditawarkan oleh novel Book's Kitchen, sebuah kisah yang tak hanya menghangatkan hati tetapi juga memberikan makna baru tentang arti rumah dan ketenangan.

Novel ini menceritakan Yu-jin, seorang mantan pemilik perusahaan startup, yang memutuskan untuk keluar dari rutinitasnya dan membuka Book’s Kitchen di Soyang-ri, tempat yang menawarkan lebih dari sekadar kopi dan buku. Dengan latar pegunungan yang damai dan danau yang menenangkan, Book’s Kitchen menjadi ruang magis di mana pengunjung bisa mencium aroma buku baru, membaca, menulis, bahkan mengistirahatkan hati yang lelah.

 

 

Book's Kitchen

Judul: Book's Kitchen

Penulis: Kim Jee-hye

Alih bahasa: Iingliana

Editor: Juliana Tan

Cetakan ketiga: Oktober 2024

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

“Beristirahatlah sejenak sambil mencium aroma buku baru.” Setelah menjual perusahaan startup-nya, Yu-jin memilih melakukan sesuatu yang tidak termasuk dalam rencana hidupnya. Ia membeli tanah di Soyang-ri dan membuka “Soyang-ri Book’s Kitchen”, book café sekaligus penginapan. Tempat yang dikelilingi pegunungan yang damai dan danau yang indah, tempat seseorang bisa membaca buku dan menulis sepuas hati, tempat orang-orang bisa bertukar cerita dan saling menghibur, tempat seseorang bisa mengistirahatkan hati yang kacau dan menemukan kedamaian.

Orang-orang yang tersesat dalam hidup berdatangan ke Soyang-ri Book’s Kitchen, baik sengaja maupun tidak sengaja. Mereka tiba dengan pikiran galau, tetapi ketika meninggalkan Soyang-ri Book’s Kitchen, mereka pergi dengan hati yang lebih ringan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang diri mereka sendiri.

***

"Mengambil keputusan tentang sesuatu bisa dianggap sebagai pernyataan kesediaan untuk menerima risiko yang belum diketahui." (hlm. 37-38)

"Rasanya seperti menelan obat pahit. Bukan karena nyaris berusia tiga puluh tahun, melainkan karena meraka tidak tahu apakah mereka pantas berusia tiga puluh tahun." (hlm. 74-75)

"Namun, ketika ia meneliti perasaannya sendiri, ternyata perasaannya tidak sekacau yang diduganya. Ia kasihan pada diri sendiri karena selama ini tidak berani mengintip perasaannya karena takut tersesat dalam hutan emosi yang luas dan lebat." (hlm. 84)

"Begitu masuk ke dunia buku, So-hee merasa lebih bebas daripada dalam mimpi. Teruma sekali, ia suka cerita-cerita petualangan." (hlm. 89)

"Jika hidup berjalan secepat ini, kurasa sekali kerjapan mata saja aku mendapati diri sudah berusia 50 tahun." (hlm. 111)

"Hidup ini bukan lomba lari 100 meter, bukan juga maraton. Mungkin hidup adalah proses mencari kecepatan dan arah yang sesuai denganmu untuk menetapkan jalan yang terbaik untukmu." (hlm. 118)

"Hari ini kita hanya selangkah lebih dekat dengan akhir kehidupan kita." (hlm. 119)

"Tidak banyak yang bisa dikerjakannya dan pekerjaan yang ada juga tidak sulit (karena semua orang berusaha keras membantu melakukan tugasnya), tetapi ia merasa terperangkap di dalam ruangan kecil di mana waktu terus meluncur pergi bagaikan butiran pasir." (hlm. 166)

Yu-jin tidak hanya menciptakan sebuah tempat, tetapi juga sebuah pengalaman. Seperti yang ditulis dalam blurb novel ini, Book’s Kitchen adalah tempat seseorang bisa bertukar cerita, saling menghibur, dan menemukan kedamaian yang telah lama hilang. Tempat ini adalah jawaban bagi siapa saja yang ingin melarikan diri sejenak dari hiruk pikuk kehidupan.

Orang-orang yang seakan tersesat dalam hidup mereka datang ke Soyang-ri, baik dengan sengaja maupun secara kebetulan. Mereka membawa beban pikiran yang berat dan hati yang kacau, tetapi ketika meninggalkan Book’s Kitchen, mereka mendapatkan sesuatu yang lebih. Ada pemahaman baru tentang diri, harapan yang kembali menyala, dan hati yang terasa lebih ringan. Kisah ini menyentuh hati dengan cara yang sederhana namun sangat bermakna.

Novel ini tak hanya bercerita tentang tempat, tetapi juga manusia-manusianya. Para karakter seperti Da-in, Na-yun, So-hee, Ma-ri, Ji-hun, dan Su-hyeok menjadi bagian penting dari kisah ini.

Dengan latar belakang yang berbeda-beda, mereka membawa warna tersendiri ke dalam Book’s Kitchen. Interaksi mereka mengalir dengan natural, membangun kisah yang dekat dengan kehidupan nyata, dan memperlihatkan bagaimana hubungan antar manusia dapat menyembuhkan luka batin.

Melalui aroma kopi yang hangat dan buku-buku yang mengisi rak, pembaca diajak untuk merenungkan arti kebahagiaan dan kedamaian. Tidak semua kisah dalam novel ini memiliki akhir yang sempurna, tetapi justru di situlah letak keindahannya. Beberapa cerita sengaja dibiarkan menggantung, sementara yang lain diselesaikan dengan manis, memberikan dimensi yang realistis dan menyentuh.

Hal menarik lainnya adalah referensi buku dan lagu populer yang disisipkan dalam cerita. Penulis berhasil menjadikan novel ini lebih dari sekadar bacaan, tetapi juga sebuah rekomendasi bagi pembaca untuk mengeksplorasi karya lain yang mungkin relevan dengan hati mereka.

Novel ini memberikan pengalaman slice of life yang berkesan, membuat pembaca merasa seperti bagian dari Book’s Kitchen yang damai dan penuh kehangatan.

Jadi, Sahabat Fimela, jika kamu sedang mencari bacaan yang menghangatkan hati, Book's Kitchen bisa menjadi salah satu referensi buku yang menarik. Novel ini adalah tempat di mana kamu bisa “beristirahat sejenak sambil mencium aroma buku baru”.

Sebuah bacaan yang santai namun penuh makna, siap mengisi sudut kosong dalam hati dan memberikan semangat baru untuk melangkah ke depan. Selamat membaca!

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading