Fimela.com, Jakarta Dalam kehidupan pertemanan, kita sering kali dihadapkan pada berbagai tantangan yang tak kalah rumitnya dengan kisah cinta. Salah satu tantangan tersebut adalah berhadapan dengan teman yang gemar berperan sebagai korban atau playing victim. Orang yang bersikap seperti ini biasanya memiliki berbagai alasan, mulai dari mencari perhatian, menimbulkan rasa iba, hingga berharap selalu dimaklumi agar keinginannya tercapai dengan mudah. Menghadapi perilaku semacam ini bisa menjadi pengalaman yang cukup merepotkan.
Jika kita tidak bijak dalam menyikapi teman yang sering playing victim, kita sendiri bisa menjadi pihak yang dirugikan. Sikap yang selalu merasa menjadi korban ini tidak hanya merugikan secara emosional, tetapi juga bisa merusak dinamika dalam sebuah pertemanan. Orang yang gemar playing victim cenderung menyedot energi dan waktu dari orang-orang di sekitarnya, menciptakan suasana pertemanan yang tidak sehat dan sarat dengan drama. Lantas, bagaimana cara kita mengenali teman yang suka playing victim? Ada beberapa tanda yang bisa kita amati untuk mengetahui hal ini. Dengan mengenali ciri-ciri tersebut, kita bisa lebih bijak dalam menghadapi situasi dan menjaga keseimbangan dalam hubungan pertemanan.
Memahami tanda-tanda ini akan membantu kita untuk tetap menjaga hubungan yang sehat dan harmonis dengan teman-teman kita.
Advertisement
Advertisement
Suka Menyalahkan Orang Lain
Seseorang yang memiliki mentalitas sebagai korban cenderung meyakini bahwa segala kejadian buruk yang menimpanya disebabkan oleh faktor luar, bukan akibat dari tindakannya sendiri. Akibatnya, ia dengan mudah menuding berbagai hal sebagai penyebab dari kemalangan yang dialaminya, terutama dengan menyalahkan orang lain. Sikap seperti ini membuatnya terus menghindar dari tanggung jawab atas tindakannya dan enggan mengakui kesalahan yang diperbuat, malah lebih memilih untuk melemparkan kesalahan tersebut kepada orang lain.
Perilaku semacam ini dapat sangat merusak hubungan, baik dalam lingkup pertemanan, keluarga, maupun lingkungan kerja. Individu yang gemar menyalahkan orang lain biasanya juga memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah dan merasa tidak aman dengan dirinya sendiri. Kebiasaan menyalahkan ini tidak hanya memperburuk hubungan personal, tetapi juga menghambat perkembangan pribadi karena kurangnya introspeksi dan tanggung jawab.
Sangat Manipulatif
Saat seseorang cenderung menyalahkan orang lain atas kesalahan yang sebenarnya ia lakukan sendiri, otaknya secara otomatis akan mencari alasan untuk membenarkan tindakannya, sehingga memunculkan sifat manipulatif. Orang ini sangat terampil dalam memainkan perasaan orang lain, sengaja membuat mereka merasa bersalah atau bersimpati terhadap masalah yang ia alami.
Sang manipulator ini memiliki kemampuan luar biasa dalam membelokkan kenyataan agar situasi tampak sesuai dengan cerita yang ia buat. Dengan cara ini, ia dapat meraih keuntungan. Manipulasi semacam ini dapat membuat kamu merasa bingung dan meragukan diri sendiri, sehingga sangat penting untuk mengenali tanda-tanda manipulasi sejak awal.
Advertisement
Suka Memanfaatkan Orang Lain
Orang yang gemar berperan sebagai korban memiliki kecakapan dalam memanipulasi orang lain dengan mudah. Mereka mampu membaca karakter dan psikologi targetnya, lalu berusaha menarik simpati dengan menampilkan kebaikan yang tidak tulus demi memenuhi keinginan pribadi mereka.
Saat seseorang sudah terlanjur percaya pada si pelaku playing victim, biasanya cukup sulit untuk menyadarkannya bahwa ia sedang dimanfaatkan. Orang-orang yang mudah tertipu cenderung adalah mereka yang terlalu baik hati dan patuh. Oleh karena itu, penting untuk tetap waspada dan tidak mudah terbuai oleh sikap manis atau bujuk rayu yang ditunjukkan oleh orang-orang seperti ini.
Tidak Bisa Menerima Kritik
Bagi banyak individu, menghadapi kritik adalah tantangan yang tidak mudah, dan bagi mereka yang kerap berperan sebagai korban, tantangan ini terasa lebih berat. Mereka cenderung melempar tanggung jawab kepada orang lain atas kesalahan mereka sendiri, sehingga menerima kritik bukanlah sesuatu yang mudah bagi mereka.
Mendengar komentar negatif tentang kekurangan kita memang tidak menyenangkan, namun sering kali ini bisa menjadi jalan untuk memperbaiki diri. Namun, bagi si playing victim, kritik dianggap sebagai serangan pribadi yang menunjukkan ketidaksukaan orang lain terhadap dirinya. Hal ini dapat mempersulit komunikasi dan sering kali berujung pada konflik yang tak terhindarkan.
Advertisement
Hidup di dalam Drama
Barangkali kamu pernah menjumpai seseorang yang gemar menciptakan drama dalam kehidupannya, dan salah satu contohnya adalah orang yang suka berperan sebagai korban. Sikap ini menjadi karakteristik khas individu yang senang bermain sebagai korban, karena mereka menginginkan perhatian dari orang lain.
Kehidupan mereka bagaikan sinetron yang penuh dengan adegan dramatis, di mana hal-hal kecil sering kali dibesar-besarkan dan berbagai keluhan diungkapkan.
Tampaknya selalu ada saja peristiwa yang terjadi dalam hidup mereka, sehingga membuat orang lain merasa perlu untuk bersimpati dan merasa kasihan. Drama yang berkepanjangan ini bisa sangat melelahkan bagi orang-orang di sekitarnya.
Apa itu mentalitas playing victim?
Mentalitas playing victim adalah perilaku di mana seseorang terus-menerus merasa menjadi korban dari situasi yang dihadapinya dan cenderung menyalahkan faktor-faktor eksternal atas segala kejadian buruk yang menimpanya.
Advertisement
Bagaimana cara menghadapi teman yang suka playing victim?
Tanggapi dengan ketegasan yang penuh empati, hindari terjebak dalam tipu daya manipulatifnya, dan tetapkan batasan yang tegas.