Fimela.com, Jakarta Generasi milenial sering kali dihadapkan pada tantangan finansial yang unik dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Meski hidup di tengah kemajuan teknologi dan akses informasi yang melimpah, banyak dari mereka yang kesulitan untuk menabung dan mengelola keuangan dengan baik. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh gaya hidup konsumtif yang menjadi ciri khas generasi ini, di mana pengeluaran untuk pengalaman dan gaya hidup sering kali lebih diutamakan dibandingkan dengan menabung untuk masa depan.
Berbeda dengan generasi baby boomers yang cenderung lebih hemat dan fokus pada tabungan jangka panjang, milenial perlu lebih waspada terhadap kebiasaan finansial yang dapat menghambat stabilitas keuangan mereka. Pergeseran prioritas ke arah pengalaman hidup dan gaya hidup yang lebih dinamis membuat banyak milenial mengabaikan pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang.
Kebiasaan seperti menghabiskan uang untuk liburan, nongkrong di kafe, atau membeli barang-barang yang tidak esensial sering kali mengalihkan perhatian dari pentingnya menabung dan berinvestasi. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang pengelolaan uang dan investasi juga menjadi tantangan tersendiri, dilansir Fimela.com dari berbagai sumber Kamis(28/11).
Advertisement
Advertisement
1. Pola Pikir yang Terbatas (Small Thinking)
Banyak milenial saat ini terjebak dalam pola pikir scarcity yang berfokus pada kebutuhan jangka pendek akibat tekanan finansial, mengabaikan rencana jangka panjang. Studi dari Journal of Positive Psychology pada 2023 mengungkap bahwa pola pikir ini mendorong individu untuk memilih keuntungan instan, seperti membeli barang diskon daripada menabung untuk investasi.
Untuk mengatasi hal ini, milenial perlu melihat uang sebagai alat mencapai tujuan jangka panjang dengan visi keuangan yang jelas. Langkah-langkah yang dapat diambil termasuk mulai investasi kecil-kecilan, mengikuti kursus keuangan, dan memahami pengelolaan pendapatan. Dengan mengubah cara pandang terhadap uang, milenial dapat membangun masa depan yang lebih stabil dan berkelanjutan.
2. Kebiasaan Menghindari Masalah Keuangan
Masalah keuangan merupakan tantangan umum bagi generasi milenial, yang sering kali menghindari situasi keuangan sulit karena stres atau rasa malu, fenomena ini dikenal sebagai financial avoidance menurut studi dalam Journal of Economic Psychology tahun 2022. Kebiasaan ini dapat memperburuk keuangan mereka, seperti menunda pembayaran kartu kredit yang mengakibatkan bunga menumpuk, atau tidak membuat anggaran bulanan yang menyebabkan pengeluaran tidak terkontrol.
Untuk mencapai kestabilan finansial, penting untuk menghadapi masalah ini dengan membuat daftar pengeluaran, mengevaluasi pendapatan, dan menyusun anggaran bulanan. Jika kesulitan, milenial dapat mencari bantuan dari konsultan keuangan atau menggunakan aplikasi keuangan untuk melacak pengeluaran dan menyusun anggaran dengan lebih mudah.
Advertisement
3. Berpikir Uang Akan Membawa Kebahagiaan
Generasi milenial kerap terjebak dalam keyakinan bahwa uang otomatis membawa kebahagiaan, meskipun kenyataannya, kebahagiaan dari uang sering bersifat sementara. Penelitian menunjukkan bahwa setelah kebutuhan dasar terpenuhi, peningkatan penghasilan tidak selalu sejalan dengan peningkatan kebahagiaan, dengan angka sekitar $75,000 per tahun dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar dan memberikan kepuasan.
Namun, kebahagiaan dapat meningkat seiring bertambahnya penghasilan, tergantung pada gaya hidup dan prioritas individu. Kebahagiaan sejati lebih bermakna ketika fokus diarahkan pada membangun hubungan yang baik, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan dampak positif pada lingkungan, sehingga pengelolaan keuangan menjadi lebih terarah dan tidak sekadar berorientasi konsumtif.
4. Pandangan Negatif Terhadap Uang
Banyak milenial saat ini memiliki pandangan negatif terhadap uang, sering kali dipengaruhi oleh pendidikan, lingkungan keluarga, dan nilai budaya yang menganggap pencarian uang sebagai tindakan egois. Akibatnya, mereka cenderung mengabaikan perencanaan finansial dan enggan mencari peluang penghasilan tambahan. Namun, uang sebenarnya adalah alat netral yang dapat digunakan untuk hal positif, seperti membantu orang lain, berinvestasi, dan mendukung kegiatan sosial.
Untuk mengatasi pandangan ini, penting untuk mengubah cara berpikir tentang uang sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup, serta belajar meningkatkan penghasilan melalui pelatihan keterampilan, investasi, dan usaha kecil. Dengan mengubah perspektif ini, milenial dapat meraih kebebasan finansial dan mencapai tujuan hidup yang diinginkan, memandang uang bukan sebagai musuh, melainkan sebagai alat pemberdayaan untuk dampak positif.
Advertisement
5. Enggan Belajar Cara Menghasilkan Uang
Banyak milenial merasa ragu untuk mempelajari keterampilan menghasilkan uang, seperti penjualan dan negosiasi, padahal keterampilan ini sangat penting di era digital. Studi tahun 2023 menunjukkan bahwa motivasi untuk mencapai kekayaan berhubungan erat dengan keinginan belajar cara menghasilkan uang. Setelah pandemi COVID-19, kesempatan belajar dan memperoleh penghasilan semakin luas dengan adanya platform digital dan pelatihan online.
Milenial perlu keluar dari zona nyaman dan mengembangkan keterampilan baru yang relevan dengan pasar, seperti pemasaran digital, usaha daring, dan pelatihan keterampilan. Dengan demikian, mereka dapat meningkatkan potensi penghasilan dan memperluas peluang karier di masa depan, sekaligus berinvestasi dalam pengembangan diri.