Fimela.com, Jakarta Apakah Sahabat Fimela merasa nyaman dengan lingkungan pertemananmu sekarang? Lingkungan pertemanan memang merupakan aspek yang cukup berpengaruh dalam kehidupan masing-masing individu selain lingkungan keluarga. Pertemanan sering dianggap sebagai tempat ternyaman sebagian orang, sebab di dalam lingkup ini lah kita bisa berbagi kegelisahan, kebahagiaan, bahkan rahasia yang tidak bisa dikatakan di dalam keluarga. Namun, tanpa kita sadari, tak semua lingkup pertemanan akan memberikan validasi dukungan dan rasa empati yang diharapkan. Ada kalanya justru kita terjebak dalam lingkungan pertemanan yang hanya membawakan kekecewaan sebab sifat toxic yang diterapkan. Hal ini akan berdampak pada energi yang kita keluarkan di dalamnya dan berakhir pada ketidaktenangan kesehatan mental kita.
Mungkin kamu pernah merasakan hal tersebut, dikelilingi oleh pribadi yang mencoba untuk merendahkan, melakukan hal yang tak sesuai dengan hati nurani, memanipulasi dan terus-menerus menambahkan beban tersendiri dalam diri kita sehingga kita ditutut untuk memenuhi kebutuhan merek saja tanpa adanya timbal balik yang setimpal.
Jika kamu sering merasakan hal tersebut, maka akan ada kemungkinan bahwa lingkungan pertemanan yang kamu percaya nyatanya hanya bersifat manipulatif. Berikut, tanda-tanda untuk mengenal hubungan pertemanan yang tidak sehat.
Advertisement
Advertisement
1. Mereka Memainkan Peran Korban untuk Mengontrol Situasi
Seorang manipulator terkenal dengan bagaimana pandainya mereka memainkan peran korban. Mereka akan selalu menempatkan dirinya pada posisi yang tersakiti seakan-akan semua orang di dunia ini hanyalah datang untuk menyakitinya, walaupun yang sebenarnya terjadi justru sebaliknya. Hal ini perlahan-lahan hanya akan menggerogoti mentalmu agar semakin merasa kecil dan bersalah, sampai akhirnya kamu harus menuruti semua kemauan sang manipulator.
Hal ini bisa tergambar ketik kamu menolak bantuan dari mereka, umumnya mereka akan membawakan dalih "aku gak punya siapa-siapa lagi selain kamu. Kalau kamu gamau berarti kamu ga peduli sama aku?" hal ini bisa terjadi di lingkungan pertemanan ataupun hubungan romansa. Kata-kata tersebut akan terdoktrin dalam pikiran kita dan justru kita akan berpikir bahwa hal ini normal terjadi padamu. Nyatanya, hubungan yang sehat tidak akan pernah membuat pihak lain merasa terbebani, tersakiti, dan dipaksa melakukan sesuatu di luar keinginan aslinya.
2. Kritik yang Membuatmu Merasa Tidak Berharga
Dalam menjalani hidup tentu setiap individu akan mengalami beberapa masalah sebagai rintangan kita menuju kualitas hidup yang lebih baik. Dengan melewati masalah tersebut, tak jarang beberapa individu akan lebih bijak dalam menjalani hari. Namun, dalam prosesnya tentu kita membutuhkan saran, dukungan, serta rasa empati yang bisa menghibur kita dalam kondisi keterpurukan. Alih-alih memberikn saran yang mendukung, seorang manipulator sering kali akan melontarkan kata-kata yang merendahkan dan bahkan menyakiti harga diri kita sebagai seorang manusia. Tak jarang mereka akan memberikan dalih bahwa kritik tersebut sebagai bentuk kejujuran agar kamu bisa melihat permasalahanmu setransparan mungkin, walaupun sebenarnya di lubuk hatinya ia hanya ingin menurunkan rasa percaya diri yang kamu miliki.
Kata-kata yang sering kali dikatakan oleh mereka seperti, "Kamu sebenarnya nggak pantes dengan cowo itu. Tapi, ya terserah kamu sih," mungkin bagi sebagian hal tersebut bukanlah sesuatu yang besar. Namun, nada serta pemilihan kata yang sering diucapkan oleh sang manipulator nyatanya, menyiratkan aksi tak menghargai seorang manusia dengan bentuk sebuah penghinaan. Hal tersebut hanyalah bertujuan agar kamu terus-terus bergantung dan mengandalkan jawaban serta validasi dari mereka.
Advertisement
3. Selalu Ada Drama yang Harus Kamu Selesaikan
Seorang manipulator dikenal dengan kehausan dirinya akan sensasi, pamor, serta sorotan dalam hidupnya. Mereka tidak akan tenang, jika tidak mendapatkan itu semua. Sang manipulator cenderung akan menciptakan sebuah drama yang hanya menjadikan dirinya sebagai sorot perhatian semua orang. Setiap masalah yang datang dari kecil maupun besar tidak akan ditoleransi olehnya, mereka akan tetap membesar-besarkannya dan kamu hanya akan menjadi kelinci kecil yang menemani mereka menyelesaikan masalah tersebut. Keterlibatanmu dalam setiap drama yang ia buat hanya akan membuat mentalmu lelah dan tak lama kesehatan fisikmu juga akan ikut terseret.
Sebagai seseorang kehausan yang tinggi, mereka mungkin sering menginginkan hal yang lebih tanpa melihat aspek lain yang menjadi pertimbangan. Mulut manis mereka akan terlalu sering membagikan keluhan padamu, namun saat sebaliknya kamu yang membutuhkan bantuan, ia akan menghilang layaknya ditelan bumi. Hal ini hanya membuktikan secara besar bahwa mereka hanya akan melihatmu sebagai alat pemecah saja tanpa label teman sejati yang sebenarnya.
4. Membatasi Interaksimu dengan Orang Lain
Selain haus akan drama, seorang manipulator juga dikenal akan dirinya yang overprotektif dan memiliki sifat egois. Teman manipulatif saat melihatmu bercengkrama atau berinteraksi dengan teman lain selain dirinya, ia akan merasa terancam dan merasa hal tersebut tidak adil. Mereka akan mencoba berbagai cara agar membatasi pergerakanmu untuk bersosialisai dengan orang lain, layaknya menciptakan hal negatif tentang teman lain bahkan tanpa mengenalnya sekalpun. Tak hanya itu, mereka juga akan mencoba mendoktrinmu agar kamu menghabiskan waktumu terus bersamanya.
Mereka cenderung akan berkata, "Kamu kok sekarang lebih sering sama mereka sih daripada aku? Apa aku seenggak penting itu buat kamu?" Walaupun nyatanya, perteman yang sehat tidak akan pernah membatasimu untuk bersosial dengan lain dan memberikan ruang yang lebar agar kamu terus menjalin hubungan dengan orang lain.
Advertisement
5. Memberikan Keuntungan Pribadi
Sempat tersinggung sebelumnya, seorang manipulator dikenal akan sikap egoisnya yang tinggi. Mereka akan 100% memikirkan dirinya sendiri dalam apapun kesempatan yang ia dapatkan. Dalam hubungan yang manipulatif, salah satu pihak cenderung akan mengambil lebih banyak daripada yang diberikan. Mereka mungkin memanfaatkan tenaga serta wakumu, atau bahkan uangmu, tanpa adanya ajakan atau tawaran melakukan timbal balik yang sama.
Jika perlahan-lahan kamu berpikir bahwa kamu pernah berada di pihak korban tanpa adanya dukungan, apresiasi, dan rasa kasih sayang yang sama, ini merupakan tanda jelas bahwa hubungan pertemanan yang kamu jalani tidak sehat dan seharusnya kamu akhiri.
Jangan ragu untuk melangkah keluar dari hubungan tersebut demi kesejahteraanmu sendiri.