Fimela.com, Jakarta Gen Z, yang lahir antara pertengahan 1997 hingga awal 2010-an, sering kali mendapat stigma sebagai generasi yang cenderung hedon atau hidup mewah dan konsumtif. Gaya hidup ini tak selalu berarti negatif, namun terkadang bisa tampak berlebihan. Berbagai faktor mendorong kebiasaan hedonistik di kalangan Gen Z, mulai dari pengaruh media sosial hingga faktor psikologis. Yuk, kita lihat beberapa alasan mengapa Gen Z sering kali terlihat hidup hedon!
Advertisement
Pengaruh Media Sosial
Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter memainkan peran besar dalam membentuk gaya hidup Gen Z. Di platform ini, gaya hidup yang tampak glamor dan berkelas sering ditampilkan dan dirayakan, yang secara tidak langsung memengaruhi standar hidup mereka. Mereka sering terinspirasi oleh influencer atau selebriti yang memamerkan gaya hidup mewah, membuat mereka merasa terdorong untuk mengikuti tren serupa.
Selain itu, di era digital ini, media sosial juga memberikan dorongan untuk memperlihatkan “highlight reel” kehidupan, di mana setiap momen bahagia dan pengalaman menarik diunggah untuk dilihat banyak orang. Hal ini mendorong Gen Z untuk mengikuti gaya hidup yang terlihat serba indah demi validasi sosial. Mereka merasa perlu menunjukkan diri dengan cara yang sama untuk merasa diterima dan diakui.
Adanya FOMO (Fear of Missing Out)
FOMO atau rasa takut ketinggalan sering mempengaruhi perilaku konsumtif Gen Z. Di lingkungan yang serba terkoneksi seperti sekarang, mereka mudah melihat apa yang dilakukan orang lain dan merasa tertinggal jika tidak melakukan hal serupa. Ketika ada tren baru, acara spesial, atau tempat makan kekinian yang sedang ramai dibicarakan, mereka terdorong untuk ikut terlibat agar tidak merasa “left out.”
FOMO ini mendorong Gen Z untuk terus mencari pengalaman baru dan mengikuti tren, meskipun harus mengeluarkan uang lebih. Rasa ingin selalu terhubung dan up-to-date dengan orang-orang di sekitar mereka membuat mereka sering kali rela berbelanja atau mencoba hal-hal yang sedang populer. Akibatnya, pengeluaran pun menjadi lebih besar karena adanya dorongan sosial yang kuat.
Advertisement
Kebutuhan Ekspresi Diri dan Identitas
Gen Z dikenal sebagai generasi yang sangat memperhatikan personal branding dan ekspresi diri. Mereka cenderung menunjukkan identitas mereka melalui gaya berpakaian, barang yang digunakan, hingga tempat-tempat yang dikunjungi. Bagi mereka, membeli barang atau mengunjungi tempat tertentu tidak hanya soal konsumsi, tetapi juga cara untuk mengekspresikan kepribadian dan gaya hidup.
Keinginan untuk tampil beda dan menunjukkan identitas yang kuat ini membuat mereka rela menghabiskan uang demi barang-barang atau pengalaman yang dianggap “mewakili” diri mereka. Dalam beberapa kasus, gaya hidup hedon ini adalah cara untuk mengukuhkan identitas di tengah banyaknya pilihan yang tersedia. Bagi Gen Z, gaya hidup yang hedon juga bisa dilihat sebagai bentuk self-expression yang mempertegas siapa mereka.
Tekanan Sosial dari Lingkungan Sekitar
Tekanan sosial dari teman sebaya dan lingkungan sekitar turut berkontribusi pada gaya hidup konsumtif Gen Z. Misalnya, ketika banyak teman sebayanya sudah menggunakan produk tertentu atau mengunjungi tempat-tempat hits, mereka akan merasa kurang “in” jika tidak melakukan hal yang sama. Ini memicu dorongan untuk mengikuti gaya hidup serupa agar tidak merasa tertinggal atau berbeda dari kelompoknya.
Selain itu, faktor kompetisi sosial juga memainkan peran. Banyak Gen Z yang merasa perlu menunjukkan “keberhasilan” atau pencapaian mereka melalui barang atau pengalaman yang bisa diperlihatkan. Misalnya, membeli gadget terbaru atau berlibur ke tempat mewah sebagai bentuk pencapaian sosial. Tekanan dari lingkungan ini membuat mereka lebih cenderung hidup hedon untuk tetap bisa “sejalan” dengan teman-teman mereka.
Advertisement
Akses Kemudahan Finansial dan Teknologi
Saat ini, Gen Z memiliki akses yang lebih mudah ke berbagai fasilitas finansial seperti kartu kredit, pay later, dan berbagai aplikasi pembayaran digital. Kemudahan ini memungkinkan mereka untuk membeli barang atau pengalaman secara instan tanpa harus memiliki dana besar di awal. Akses ini, meskipun menguntungkan, terkadang mendorong mereka untuk hidup konsumtif karena adanya kemudahan pembayaran yang cepat.
Teknologi juga memainkan peran besar dalam memfasilitasi gaya hidup konsumtif ini. Dengan aplikasi belanja online dan diskon yang selalu tersedia, Gen Z lebih mudah tergoda untuk berbelanja. Selain itu, adanya aplikasi review dan rekomendasi membuat mereka lebih percaya diri untuk membeli barang atau mencoba tempat baru. Kemudahan ini memberikan dorongan tersendiri untuk hidup konsumtif dan menikmati gaya hidup hedon.
Hedonisme di kalangan Gen Z bukan semata-mata hal negatif, namun perlu diimbangi dengan kesadaran dan kontrol diri. Memahami alasan di balik gaya hidup hedon ini bisa membantu mereka membuat keputusan finansial yang lebih bijak dan tetap menikmati hidup tanpa berlebihan.