Fimela.com, Jakarta Dubai dikenal dengan gedung-gedung pencakar langit yang cukup tinggi menjulang, terbukti kota ini memiliki gedung tertinggi di dunia yang sangat populer yaitu Burj Khalifa. Bahkan gedung-gedung lainnya pun didesain begitu modern seperti yang terbaru Museum of the Future.
Namun, sebelum berdirinya gedung-gedung modern nan megah seperti saat ini, Dubai juga menyimpan sejarah yang begitu Panjang. Hal ini tergambar jelas pada kota lama atau old Dubai.
Old Dubai pun menjadi awal mula terciptanya, Dubai. Fimela Bersama Dubai Economic Tourism (DET) pun berkesempatan berkeliling ke bebeberapa tempat.
Advertisement
Saat menginjakan kaki di sana, bangunan dengan nuansa coklat pun langsung terlihat di depan mata. Bahkah, semua rumah pun tampak begitu sama berbentuk kotak, dipisahkan dengan jalan-jalan yang sempit.
Banyak tempat bersejarah yang bisa dikunjungi. Untuk mengetahui lebih jauh, berikut ini beberapa tempat di Old Dubai yang bisa dikunjungi bahkan jika berkunjung ke Dubai secara singkat.
Advertisement
1. Al Shindagha Museum
Terletak di tepi sungai kecil (Dubai Creek), museum ini menampilkan warisan budaya Dubai. Menceritakan bagaimana Dubai terbentuk dari sebuah teluk. Menariknya, Al Shindagha pernah menjadi rumah keluarga penguasa Al Maktoum pada abad ke-19.
Setelah membeli tiket AED 20 sekitar atau sekitar Rp85.000 sampai AED 50 sekitar Rp213.000, sahabat Fimela bisa langsung masuk ke dalam museum yang sangat nyaman dengan multimedia yang canggih untuk mengetahui terbentuknya Dubai di masa lalu.
Ditemani dengan tour guide, penjelajahan museum pun dimulai dengan melihat instalasi Interkoneksi Dubai Creek. Sahabat Fimela bisa meletakan tangan di balok yang disediakan nantinya akan ada tali menyala. Instalasi ini, menggambarkan interaksi dan koneksi masyarakat.
Lalu berpindah ke ruangan lain yang, di mana tempat tersebut menceritakan benda-benda bersejarah dari kehidupan awal masyarakat Dubai yang diberi nama Birth of a City. Di tempat ini sahabat Fimela bisa melihat benda-benda bersejarah seperti hasil bumi ikan teri, mutiara, hingga kalung.
Menariknya, pada sesi ini pengunjung bisa mencoba permainan menangkap mutiara dengan kapal sesuai pilihan lewat game multimedia. Adapula instalasi seperti sebuah kamera, jika kita mendekat akan terlihat bagaimana Dubai dibuat, dan terakhir bisa melihat video singkat bagaimana Dubai tercipta.
Parfum House
Tak sampai di situ, dengan menggunakan buggy car, kami pun diajak mengunjungi Perfume House. Di sana kami melihat, bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan parfum hingga bisa mencium aromanya hingga alat-alat kuno yang dikenakan pada pembuatan parfum.
Advertisement
2. Coffee Museum
Tak jauh dari Al Shindagha Museum, kami berjalan melalui gang-gang bernuansa pasir untuk sampai ke Coffee Museum. Setelah sampai, kami pun duduk lalu disediakan secangkir kopi kecil dengan kurma yang sudah menjadi ciri khas Dubai.
Museum ini pun tidak terlalu besar, hanya ada dua lantai. Lantai pertama terlihat berbagai mesin untuk pembuatan kopi dan lantai dua ada barista yang bisa membuatkanmu kopi. Di sini pengunjung dapat menemukan penggiling kopi yang digunakan pada perang dunia pertama, dan teko penyeduh terdahulu yang menjadi bagian dari artefak yang dipamerkan.
Menariknya, museum ini gratis karena didedikasikan untuk sejarah dan budaya kopi, serta memamerkan berbagai metode penyeduhan kopi dari berbagai belahan dunia.
Â
3. Dubai Abra Ride di Dubai Creek
Setelah seharian di dalam ruangan ber AC, kami pun melanjutkan perjalanan di bawah sinar matahari yang terik dengan berjalan kaki menuju Al Fahidi Marine Transport Station. Bertujuan untuk menaiki perahu abra yang menjadi transportasi utama di sepanjang Dubai Creek selama berabad-abad.
Dari kejauhan sudah terlihat Dubai Creek dan Mohamed sebagai tour guide yang siap memandu perjalanan. Ada dua kapal yang bisa dinaiki satu perahu tradisional dengan desain yang menarik dan satu lainnya seperti kapal nelayan.
Fimela pun berkesempatan menaiki kapal tradisional dengan desain yang menarik untuk pemandangan rute perdagangan masa lampau dan arsitektur modern kota.
Abra merupakan bahasa Arab yang artinya menyebrang. Transportasi ini pun cukup murah hanya sekitar AED 1-2 atau Rp4.000 - Rp8.000.
Jangan lupa untuk menggunakan sunblock jika berkunjung di musim panas, meski terasa angin spoy-spoy namun rasa panas tetap menerpa.
Advertisement
4. Al Seef
Merasakan pasar di kota lama Dubai dengan nuansa pasir kecoklatan dan bangunan berbentuk kotak, sahabat Fimela bisa mendatangi Al Seef. Pasar ini terletak di kawasan tepi sungai yang memadukan pesona Dubai lama dan modern, dengan berbagai pasar budaya, toko-toko modern, dan restoran. Kawasannya pun cukup bersih cocok untuk mencari oleh-oleh khas Dubai hingga membeli pakaian yang kebanyakan gamis.
Kawasan ini terkenal sebagai destinasi belanja dan kuliner yang menarik, serta pemandangan malam yang memukau di sepanjang Dubai Creek. Waktu yang cocok dating kesini saat matahari terbenam, karena pengunjung akan disuguhi pemandangan langit kawasan old Dubai yang indah di seberang sungai.