Fimela.com, Jakarta Menjadi sempurna mempunyai banyak makna tersendiri bagi setiap orang. Terlebih, saat ini seseorang akan dengan sangat mudah dapat saling memberikan penilaian atas sempurna atau tidaknya orang lain. Siapa yang tidak memiliki media sosial di era digital ini? media sosial menjadi jembatan bagi kita untuk bercengkrama dengan orang-orang dalam kehidupan kita. Itulah mengapa penilaian akan kehidupan masing-masing, ekspektasi dan harapan menyebabkan tekanan dalam bermedia sosial.
Melansir dari millennialtherapy.com, banyaknya kesempurnaan yang ditampilkan pada media sosial, memberikan ekspektasi keindahan bagi hidup beberapa orang. Ingin tampil sempurna di media sosial, dan terbiasa dengan pujian atau komentar orang lain. Media sosial telah menjadi cermin bagi banyak orang. Namun, cermin ini sering kali menutupi realitas.
Terjebak dalam perbandingan sosial yang tidak sehat, merasa terbebani oleh harapan orang lain terhadap diri kita dalam bermedia sosial. Selain itu, dorongan untuk mendapatkan validasi dari orang lain di media sosial membuat kita mendapatkan tekanan untuk tampil sempurna. Padahal, setiap orang berhak memiliki caranya masing-masing dalam menggunakan media sosial.
Advertisement
Advertisement
Memaknai kesempurnaan sendiri
Tujuan bermedia sosial
Tidak semua orang menggunakan media sosial dengan tujuan yang sama. Media sosial bisa saja hanya sebagian kecil dari kehidupan seseorang. Tidak semua yang berada di media sosial adalah nyata. Dengan tujuan yang kita punya, kita bisa mendapatkan jawaban dari apa yang kita inginkan dalam menggunakan media sosial.
Cobalah sesekali berhenti membandingkan diri dengan orang lain, karena ada tujuan yang ingin kita capai dengan cara kita. Jika ingin menggunakan media sosial sebagai hiburan, pastikan kita memiliki standar keindahan bagi diri sendiri.
Interaksi yang berkualitas
Mari coba pahami untuk memiliki interaksi yang berkualitas dalam media sosial. Hindari untuk terlalu fokus pada jumlah like dan komentar. Fokuslah dengan hal-hal positif yang kamu punya, perhatikan komentar yang baik dan berdiskusi akan lebih baik dibandingkan terus menerus memperhatikan jumlah angka. Jumlah tersebut tidak menggambarkan kesempurnaan kita.
Diskusi dengan orang-orang terdekat.
Sesekali cobalah berbincang dengan teman atau keluarga dapat membantu Anda merasa lebih baik dan mendapatkan perspektif yang berbeda. Kita akan mengetahui bahwa tidak ada yang salah dengan hidup kita. Mengetahui fakta bahwa hampir semua orang yang kita perhatikan pada media sosial juga memiliki perasaan tertekan seperti kita. Merasa left out oleh teman-teman, tidak percaya diri, atau mungkin merasa kurang aestethic.
Memaknai kesempurnaan sendiri
Tekanan untuk tampil sempurna di media sosial adalah hal yang wajar, tetapi tidak perlu membuat kita terlalu lama terjebak dalam social media pressure. Ingatkan diri untuk menghadirkan tujuan pribadi dalam bermedia sosial, tanpa harus terpaksa mengikuti orang lain. Pada akhirnya, kita yang menentukan bagaimana cara kita bermedia sosial, dan menentukan bagaimana kesempurnaan yang sesungguhnya kita harapkan.
Cobalah membuka pikiran dan memperbanyak diskusi diluar media sosial untuk berada di kehidupan nyata. Pahami bagaimana media sosial bekerja agar kita tidak membuang waktu untuk mengalami kecemasan dan tertekan saat ingin mem-posting di media sosial.
Media sosial adalah alat, dan kita yang menentukan bagaimana kita menggunakannya. Dengan kesadaran dan sikap yang tepat, kita dapat memanfaatkan media sosial untuk tujuan yang positif. Jangan lupa untuk kembali bersinar tanpa tertekan dalam bermedia sosial, sesuai dengan harapan kita.
Nama Penulis: FIMELA Nadya Aufia
#Unlocking the Limitless