Fimela.com, Jakarta Media sosial tengah ramai membicarakan nama Marie Antoinette. Ratu terakhir Perancis ini disangkut pautan dengan Erina Gudono.
Hal ini berawal ketika, Erina Gudono mengunggah gaya mewahnya saat berada di Amerika Serikat bersama Kaesang ketika rakyat Indonesia sedang melakukan demo. Lalu sebenarnya siapa Marie Antoinette? Mari kita bahas.
Marie Antoinette adalah ratu terakhir Prancis sebelum terjadinya Revolusi Prancis. Lahir sebagai Archduchess dari Austria pada 2 November 1755, ia menjadi ratu pada usia 18 tahun setelah menikah dengan Louis XVI dari Perancis.
Advertisement
Marie Antoinette sering diingat karena gaya hidupnya yang mewah dan persepsi luas bahwa ia tidak peduli dengan penderitaan rakyat Prancis, yang berkontribusi pada ketidakpuasan yang semakin meningkat dan akhirnya memicu Revolusi. Salah satu kutipan yang paling terkenal, meskipun kemungkinan besar tidak benar, yang dikaitkan dengannya adalah “Biarkan mereka makan kue,” yang konon merupakan tanggapannya ketika diberitahu bahwa petani Prancis tidak memiliki roti. Namun, tidak ada bukti bahwa dia pernah mengatakan ini, dan frasa tersebut kemungkinan besar diciptakan untuk melambangkan ketidakpedulian kerajaan.
Memiliki nama asli Maria Antonia Josepha Johanna, menikah di usia 14 tahun dengan Putra Mahkota Perancis merupakan bagian dari strategi diplomatik untuk memperkuat aliansi Austria-Prancis. Gaya hidup mewahnya di Istana Versailles sering dikritik, meski sebenarnya hanya melanjutkan tradisi kerajaan sebelumnya.
Melansir dari Biography, Maria sebagai seorang putri bangsawan ia difokuskan pada prinsip agama, moral, dan keterampilan sosial, berbeda dengan saudara-saudaranya yang mendapat pendidikan akademis lebih mendalam.
Marie Antoinette mulai menarik perhatian publik Prancis sejak kedatangannya di Versailles pada usia 14 tahun. Meski populer di kalangan bangsawan, profil Marie Antoinette semakin kontroversial di mata rakyat Prancis seiring memburuknya kondisi ekonomi negara. Ia dijuluki "Madame Deficit" karena gaya hidupnya yang dianggap boros di tengah kemiskinan yang melanda rakyat.
Melansir dari Mental Floss dari Liputan6.com, meski Marie Antoinette sebenarnya memiliki sisi dermawan - seperti mendirikan rumah bagi para janda dan wanita tidak menikah serta menjual peralatan makan kerajaan untuk membeli gandum bagi rakyat miskin - propaganda negatif tetap melekat pada citranya.
Advertisement
Akhir Hidup yang Tragis
Saat Revolusi Prancis pecah, ia bersama keluarga kerajaan ditahan dan akhirnya diadili atas tuduhan pengkhianatan. Melansir dari Ancient Pages, Marie Antoinette menghadapi pengadilan revolusioner dengan tuduhan berat termasuk menggelar pesta pora, mengirim dana negara ke Austria, hingga tuduhan inses.
Marie Antoinette berakhir tragis dengan eksekusinya menggunakan guillotine pada 16 Oktober 1793, menandai berakhirnya era monarki absolut di Prancis. Sebelum kematiannya, Marie Antoinette harus menghadapi pengadilan revolusioner.
Melansir dari Mental Floss, ia menghadapi berbagai tuduhan berat, termasuk pengkhianatan, menggelar pesta pora di Versailles, mengirim dana negara ke Austria, hingga tuduhan inses dengan putranya sendiri.
Meski begitu, Marie Antoinette tetap membantah dengan tegas dan mempertahankan martabatnya selama proses pengadilan. Kematian Marie Antoinette menandai berakhirnya era monarki absolut di Perancis dan menjadi simbol jatuhnya rezim lama.