Fimela.com, Jakarta Menjaga sikap positif pada dasarnya adalah hal yang baik. Berpikir positif bisa membantu kita melewati masa-masa sulit dan memberikan pkamungan yang lebih cerah tentang hidup. Namun, seperti halnya segala sesuatu yang berlebihan, sikap positif yang berlebihan atau yang dikenal dengan istilah "toxic positivity" bisa menjadi tidak sehat. Toxic positivity adalah sikap yang mengabaikan emosi negatif dan memaksa diri sendiri atau orang lain untuk selalu berpikir positif, terlepas dari keadaan yang sebenarnya.
Berikut adalah tujuh tanda sikap toxic positivity yang bisa membuat hidup tidak bahagia. Simak selengkapnya di bawah ini, ya Sahabat Fimela.
Advertisement
Advertisement
1. Menolak Perasaan Negatif
Salah satu tanda utama toxic positivity adalah penolakan terhadap perasaan negatif. Ini bisa terjadi ketika seseorang selalu berusaha untuk menekan perasaan sedih, marah, atau cemas, dan menggantikannya dengan perasaan positif.
Perasaan negatif adalah bagian alami dari kehidupan manusia dan penting untuk diakui dan diproses. Menolak perasaan ini hanya akan membuat mereka semakin menumpuk dan bisa berdampak buruk pada kesehatan mental.
2. Menghakimi Orang Lain yang Sedang Berjuang
Orang yang terjebak dalam sikap toxic positivity cenderung menghakimi orang lain yang menunjukkan perasaan negatif. Mereka mungkin mengatakan hal-hal seperti "Kamu harus berpikir positif" atau "Jangan menyerah, semuanya akan baik-baik saja" tanpa benar-benar memahami situasi yang dihadapi orang tersebut. Sikap ini tidak membantu dan malah membuat orang yang sedang berjuang merasa diabaikan dan tidak didukung.
Advertisement
3. Merasa Harus Selalu Tersenyum
Tanda lain dari toxic positivity adalah merasa harus selalu tersenyum dan terlihat bahagia, bahkan ketika sedang tidak merasa demikian. Ini bisa menciptakan tekanan besar dan membuat seseorang merasa tidak autentik. Senyuman yang dipaksakan tidak akan mengatasi masalah yang sebenarnya dan hanya akan menambah beban emosional.
4. Mengabaikan Masalah
Dalam upaya untuk selalu berpikir positif, seseorang dengan sikap toxic positivity mungkin mengabaikan masalah yang sebenarnya perlu ditangani. Mereka mungkin berusaha menghindari konfrontasi atau tidak mau mengakui adanya masalah serius dalam hidup mereka. Hal ini hanya akan memperburuk situasi dalam jangka panjang karena masalah yang diabaikan tidak akan hilang dengan sendirinya.
Advertisement
5. Tidak Memberi Ruang untuk Berduka
Berduka adalah proses penting yang perlu dilalui ketika kehilangan sesuatu atau seseorang yang berharga. Sikap toxic positivity seringkali tidak memberi ruang untuk berduka karena ada dorongan untuk segera "melihat sisi positifnya" atau "berpikir ke depan". Padahal, berduka adalah bagian penting dari penyembuhan emosional dan tidak boleh diabaikan.
6. Menghindari Percakapan yang Tidak Nyaman
Toxic positivity membuat orang menghindari percakapan yang tidak nyaman atau sulit. Misalnya, mereka mungkin menghindari berbicara tentang kematian, penyakit, atau masalah keuangan karena merasa topik-topik tersebut terlalu negatif. Padahal, percakapan ini penting untuk menyelesaikan masalah dan mendapatkan dukungan dari orang lain.
Advertisement
7. Memaksa Perubahan Perasaan yang Instan
Orang dengan sikap toxic positivity sering memaksa diri mereka sendiri atau orang lain untuk mengubah perasaan negatif menjadi positif secepat mungkin. Mereka mungkin merasa bersalah atau malu ketika merasa sedih atau marah, dan berusaha untuk segera mengubah perasaan tersebut. Sikap ini tidak sehat karena mengabaikan kebutuhan emosional yang sebenarnya.
Mengatasi Toxic Positivity
Untuk menjalani hidup dengan lebih tenang dan autentik, penting untuk mengenali dan mengatasi sikap toxic positivity. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil:
1. Akui Semua Perasaan
Sadarilah bahwa semua perasaan, baik positif maupun negatif, adalah bagian alami dari kehidupan. Jangan takut untuk mengakui perasaan negatif dan berikan diri kamu izin untuk merasakannya. Ini adalah langkah pertama menuju penyembuhan emosional.
2. Dengar dan Dukung Orang Lain
Jika ada orang di sekitar kamu yang sedang berjuang, dengarkan mereka tanpa menghakimi. Tawarkan dukungan tanpa mencoba memaksa mereka untuk merasa lebih baik. Terkadang, hanya dengan mendengarkan saja sudah sangat membantu.
3. Jangan Paksakan Kebahagiaan
Jangan memaksakan diri untuk selalu terlihat bahagia. Biarkan diri kamu merasakan dan mengekspresikan emosi yang sebenarnya. Ini akan membuat kamu merasa lebih autentik dan membantu membangun hubungan yang lebih jujur dengan orang lain.
4. Hadapi Masalah dengan Terbuka
Jangan mengabaikan masalah yang ada. Hadapi mereka dengan terbuka dan carilah solusi yang konstruktif. Mengabaikan masalah hanya akan membuat mereka semakin besar dan sulit untuk diatasi di kemudian hari.
5. Beri Ruang untuk Berduka
Jika kamu mengalami kehilangan, beri diri kamu waktu dan ruang untuk berduka. Jangan merasa terburu-buru untuk "melupakan" atau "melihat sisi positifnya". Berduka adalah proses yang penting dan perlu dilalui.
6. Hadapi Percakapan yang Sulit
Jangan takut untuk menghadapi percakapan yang sulit atau tidak nyaman. Berbicara tentang masalah serius adalah bagian penting dari menyelesaikan masalah dan mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.
7. Terima Keterbatasan Manusia
Terimalah bahwa sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan. Tidak mungkin selalu merasa bahagia atau positif sepanjang waktu. Terima kenyataan bahwa hidup penuh dengan berbagai emosi dan pengalaman, dan itu adalah hal yang normal.
Toxic positivity adalah sikap yang bisa merugikan kesehatan mental dan emosional. Dengan mengenali tanda-tanda toxic positivity dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya, kita bisa menjalani hidup dengan lebih tenang dan autentik.
Sahabat Fimela, pahamilah bahwa semua perasaan adalah bagian alami dari kehidupan, dan memberikan ruang untuk merasakan dan mengakui emosi negatif adalah langkah penting menuju kesejahteraan yang sejati.
Dengan mendengarkan diri sendiri dan orang lain dengan lebih empatik dan tanpa menghakimi, kita bisa membangun hubungan yang lebih jujur dan mendukung, serta menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik.