Fimela.com, Jakarta Tes MBTI, atau Myers-Briggs Type Indicator, adalah salah satu tes kepribadian yang paling populer di dunia. Tes ini digunakan untuk menentukan jenis kepribadian seseorang berdasarkan empat dimensi. Dimensi tersebut adalah Ekstrovert/Introvert, Sensori/Intuitif, Pemikir/Perasa, dan Penilaian/Perfeksionis.
Tes ini telah digunakan oleh banyak perusahaan, lembaga pendidikan, dan individu. Tes MBTI memiliki tujuan untuk membantu memahami diri sendiri dan orang lain dengan lebih baik. Namun, tidak semua kalangan psikolog setuju dengan validitas dan reliabilitas tes ini.
Meskipun tes ini dapat memberikan gambaran umum tentang kepribadian seseorang, kritik yang menyebutkan bahwa tes ini terlalu sederhana dan terlalu membagi orang menjadi kategori yang terbatas tidak dapat diabaikan. Oleh karena itu, dalam melihat kepribadian seseorang, baiknya tidak hanya mengandalkan tes MBTI semata, tetapi juga memperhatikan pendekatan individual serta tes kepribadian lainnya. Berikut pembahasan lebih lanjut tentang pandangan psikologi tentang tes MBTI secara lebih mendalam:
Advertisement
BACA JUGA
Advertisement
Kritik terhadap Tes MBTI
Sejak pertama kali diperkenalkan, tes MBTI telah menjadi sasaran kritik oleh banyak kalangan psikolog. Salah satu kritik utama adalah bahwa tes ini tidak memiliki landasan ilmiah yang kuat. Beberapa psikolog berpendapat bahwa tes ini lebih bersifat deskriptif daripada prediktif, artinya tes ini memberikan gambaran kepribadian seseorang, tetapi tidak memberikan prediksi yang akurat tentang perilaku atau keberhasilan seseorang.
Selain itu, kritik lain terhadap tes MBTI adalah bahwa tes ini terlalu dipermudah dan membagi orang menjadi kategori yang terlalu sederhana. Psikolog Carl Jung, yang menjadi dasar teori MBTI, sebenarnya tidak pernah bermaksud agar kepribadian manusia dapat dikategorikan dengan cara ini. Jung sendiri mengatakan bahwa manusia memiliki berbagai macam potensi dan nuances yang lebih kompleks daripada yang dapat dijelaskan melalui empat dimensi MBTI.
Pandangan Psikologi
Banyak kalangan psikolog percaya bahwa kepribadian manusia terlalu kompleks untuk dapat diukur dengan akurat melalui tes MBTI. Mereka berpendapat bahwa tidak mungkin untuk membagi orang menjadi kategori yang terbatas hanya berdasarkan empat dimensi. Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa tes ini mengabaikan faktor-faktor situasional dan perkembangan manusia yang dapat memengaruhi cara seseorang berperilaku.
Beberapa psikolog juga berpendapat bahwa tes ini terlalu memberikan label pada orang dan dapat menyebabkan stereotip. Sebagai contoh, seseorang yang dikelompokkan dalam kategori "introvert" mungkin dianggap tidak suka bergaul atau kurang komunikatif secara keseluruhan. Padahal, tidak semua orang yang dikelompokkan dalam kategori tersebut memiliki karakteristik yang sama.
Selain itu, sebagian besar psikolog berpendapat bahwa pendekatan individual dalam psikologi lebih penting daripada mengkategorikan orang berdasarkan tes kepribadian tertentu. Pendekatan ini melibatkan penelitian dan pemahaman yang lebih dalam tentang sejarah hidup, pengalaman, lingkungan, dan keunikan individu untuk dapat memahami kepribadian seseorang dengan lebih baik.