Sukses

Lifestyle

5 Sosok Perempuan Inspiratif di Dunia Pendidikan

Fimela.com, Jakarta Pendidikan adalah hak seluruh individu di setiap bagian dunia. Tidak terkecuali, baik laki-laki maupun perempuan berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan merupakan pintu untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, melalui pendidikan, seseorang akan mampu memberikan perubahan pada keluarga, komunitas, negara, hingga dunia.

Sayangnya, pendidikan di dunia masih belum merata. Masih banyak anak-anak perempuan yang harus berjuang keras hanya untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Berbagai tantangan terus menghantui anak-anak dan membuat mereka tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Tidak hanya diam, sudah banyak sekali perempuan-perempuan di dunia yang menggunakan kekuatannya untuk menyuarakan ketidakadilan yang harus dialami perempuan di bidang pendidikan. Berbagai upaya dilakukan, mulai dari kegiatan aktivisme, kegiatan sukarela, hingga pembentukan organisasi terus dilakukan untuk memberikan pendidikan yang layak bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk bersekolah. Dilansir dari Pearson International Schools, inilah 5 sosok perempuan inspiratif di dunia pendidikan yang kerap membawa perubahan bagi anak-anak perempuan di seluruh dunia.

Julia Gillard

Julia Gillard merupakan mantan perdana menteri Australia. Ia menempuh pendidikan di University of Melbourne dan mendapatkan gelar sarjana hukum. Pada awal kariernya, ia bekerja sebagai pengacara. Berangkat dari pengacara, Julia Gillard mulai menggeluti karier di ranah politik. Ia terpilih menjadi perdana menteri Australia pada tahun 2010 dan menjadi perempuan yang pertama kali memegang jabatan tersebut. Ia sempat berpidato tentang misogini dan menjadi momen yang tidak terlupakan sepanjang masa di Australia.

Selama menjabat sebagai perdana menteri, Julia Gillard berhasil menyampaikan kebijakan-kebijakan yang mengubah bangsa, salah satunya adalah mereformasi pendidikan di Australia. Ia pensiun dari dunia politik pada tahun 2013 dan kini ia menjadi ketua dewan di Global Partnership for Education, sebuah organisasi yang bertujuan untuk mengoordinasikan dan memobilisasi tujuan global dan nasional untuk mencapai pendidikan berkualitas bagi masyarakat di seluruh dunia.

Ann Cotton

Ann Cotton merupakan pendiri Camfed yang merupakan gerakan yang merevolusikan bagaimana sistem pendidikan bagi perempuan. Ann Cotton lahir di Cardiff, Wales dan memulai pendidikannya di London. Pada tahun 1991, ia melakukan perjalanan untuk penelitiannya ke daerah kumuh di Zimbabwe. Tujuan dari perjalanan itu adalah untuk mengetahui alasan mengapa perempuan-perempuan di daerah tersebut tidak banyak mendaftar untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Ternyata, alasan utama dari rendahnya tingkat pendaftaran para perempuan di ranah pendidikan disebabkan oleh kemiskinan. Berangkat dari hal tersebut, Ann Cotton membentuk satu organisasi yang mendukung 32 perempuan secara finansial untuk mengemban pendidikan di sekolah menengah pertama.

Berawal dari hal yang sederhana, kini Camfed sudah berhasil mendukung lebih dari 3.3 juta anak untuk mendapatkan pendidikan layak dan meningkatkan lingkungan tempat mengenyam pendidikan bagi lebih dari 5.7 juta anak. Ann Cotton menyatakan pernah mengatakan, “Bayangkan satu juta anak perempuan di Afrika yang berlatar belakang kurang mampu; yang mengerti tentang pahitnya kemiskinan. Bayangkan bagaimana jika mereka bekerja di dunia pendidikan dan dunia kesehatan, dunia politik, dunia jurnalistik, dunia hukum, dunia teknik, hingga dunia sains—bayangkan betapa besar kekuatan mereka untuk mengubah dunia ini.”

Michelle Obama

Dikenal sebagai First Lady, Michelle Obama merupakan siswa dengan track record yang cemerlang. Saat usianya menginjak 11 tahun, ia ditempatkan di kelas berisikan anak-anak yang berbakat dan ia juga berprestasi sepanjang sekolahnya. Michelle Obama berkuliah di Princeton University dengan mengambil jurusan Sosiologi. Setelah lulus, ia kembali melanjutkan studinya di Harvard dengan mengambil jurusan Hukum, lalu ia bekerja sebagai pengacara.

Sebagai First Lady, Michelle Obama meresmikan Let Girls Learn, sebuah langkah White House yang berfokus untuk menyediakan pendidikan layak bagi perempuan di seluruh dunia. Setelah tidak lagi menjabat di White House, Michelle Obama kembali melakukan proyek besar, yaitu Global Girls Alliance. Proyek tersebut bertujuan untuk memberdayakan remaja perempuan di seluruh dunia melalui pendidikan dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengubah hidupnya, keluarga, hingga negara.

Graça Machel

Graça Machel lahir di Mozambik sebagai anak terakhir dari enam bersaudara. Ia memiliki kesempatan yang sangat besar untuk menempuh pendidikan. Ia mendapatkan beasiswa yang memberikannya kesempatan untuk menempuh pendidikan di University of Lisbon. Graça Machel belajar bahasa Jerman dan setelahnya ia bekerja sebagai guru sekolah.

Akhirnya, ia terjun ke dalam dunia politik dan menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan di Mozambik selama 14 tahun. Selama masa jabatannya, ia meningkatkan tingkat kehadiran siswa di sekolah dan meningkatkan tingkat literasi siswa. Selain itu, ia juga terus aktif mengikuti kegiatan kemanusiaan dan menjadi aktivis yang gencar mengangkat isu tentang pendidikan bagi perempuan.

Malala Yousafza

Malala Yousafzai merupakan seorang aktivis muda yang memiliki sejarah panjang dalam mengadvokasikan hak-hak perempuan di ranah pendidikan. Saat ia berusia 11 tahun, ia menuliskan blog anonim tentang kehidupan seseorang di sebuah negara yang berada di bawah kekuasaan Taliban. Pada tahun selanjutnya, ia terlibat dalam proyek film dokumenter, Class Dismissed, yang menceritakan tentang sekolah-sekolah yang ditutup oleh Taliban. Akibat tindakan aktivismenya, Malala pernah menjadi korban upaya pembunuhan oleh Taliban di tahun 2012. Namun, hal tersebut tidak membuatnya gentar dan tetap meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi anak-anak.

Pada tahun 2014, Malala Yousafzai dianugerahi Nobel Perdamaian atas aktivismenya dan ia menjadi penerima Nobel termuda sepanjang sejarah. Baru-baru ini, ia menerbitkan buku We Are Displaced yang berisi tentang hidup anak-anak perempuan pengungsi di seluruh dunia. Ia menggunakan platformnya untuk menyebarkan cerita anak-anak perempuan dari seluruh dunia.

 

Penulis: Karina Alya.

#Unlocking The Limitless

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading