Fimela.com, Jakarta Xiye Bastida merupakan sosok aktivis lingkungan. Melansir dari oneearth.org (5/4), sebagai seorang anak yang tumbuh di San Pedro Tultepec, sebuah kota kecil berpenduduk sekitar 10.000 jiwa di luar Mexico City, orang-orang di kotanya mengalami kekeringan yang ekstrim. Lalu pada suatu musim panas hujan datang dan tidak berhenti, menyebabkan banjir besar. Saat itulah dia merasakan secara langsung bagaimana perubahan iklim dapat memberikan dampak yang tidak proporsional terhadap komunitas kecil. Akhirnya, dia dan keluarganya harus mengungsi ke New York City untuk menghindari banjir.
Lahir dari orangtua yang peduli lingkungan, Xiye, yang berarti “hujan lembut”, adalah penduduk asli Meksiko dari pihak ayahnya dan orang Chili Eropa dari pihak ibunya dan merupakan bagian dari kelompok Pribumi Otomi di Meksiko. Dia tumbuh dengan mempelajari filosofi Pribumi dengan prinsip utama 'kita semua menjaga bumi, karena bumi menjaga kita'. Pengabdiannya terhadap alam dimulai dari ayahnya, yang membagikan semua kebijaksanaannya kepada putrinya tentang tanggung jawab manusia untuk hidup seimbang dengan alam dan 'meninggalkan segala sesuatu dalam keadaan lebih baik dari yang Anda temukan.' Hal ini memicu hasratnya untuk aktivisme iklim di tempat seperti itu. usia muda.
Advertisement
Pada Usia Belia, Xiye Secara Terbuka Berani Berbicara Tentang Keadaan Iklim
Keterampilan kepemimpinan Bastida mulai menonjol pada usia 15 tahun, setelah dia pindah ke New York City dan bergabung dengan klub lingkungan sekolah menengah. Dia membantu mengarahkan aktivitas klub mulai dari menonton film tentang daur ulang plastik hingga menulis tentang politisi. Xiye mulai berbicara secara terbuka tentang keadilan iklim dan hak-hak masyarakat adat, dan memobilisasi 600 siswa dari sekolahnya untuk berpartisipasi dalam pemogokan iklim pertama pada bulan Maret 2019.
Masyarakat adat berada di garis depan krisis iklim. Mereka mempunyai hubungan paling dekat dengan lingkungan hidup dan seringkali terjebak dalam marginalisasi politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya pelanggaran hak asasi manusia, diskriminasi, dan hilangnya sumber daya. Melindungi dan menegakkan hak masyarakat adat atas tanah sangat penting untuk memitigasi krisis iklim, karena tanah yang dikelola oleh masyarakat adat mengandung 80% keanekaragaman hayati dunia, meskipun masyarakat adat berjumlah kurang dari 5% dari populasi global.
Bagi Bastida, Menjadi Aktivis Iklim Berarti Harus Pandai Berbicara
Sebagai seorang aktivis muda perubahan iklim, Bastida memilih untuk mengesampingkan apa yang dianggap sebagai kepentingan dan aktivitas remaja biasa, dan malah mencurahkan waktunya untuk belajar tentang kebijakan iklim. Bagi Bastida, menjadi aktivis iklim berarti harus pandai berbicara, memahami ilmu pengetahuan, dan membawa perspektif unik yang menonjol.
Pada usia 19 tahun, Bastida adalah salah satu penyelenggara utama gerakan pemogokan iklim pemuda Fridays For Future, mengorganisir pemogokan iklim, dan berbicara tentang isu-isu keadilan iklim di balai kota. Dia duduk di komite administrasi Gerakan Iklim Rakyat, di mana dia menyampaikan suara generasinya yang memahami bahwa krisis iklim semakin buruk setiap harinya, namun memilih harapan dan tindakan daripada keputusasaan. Bastida sangat optimis bahwa kita semua akan menemukan cara untuk bersatu melindungi sumber daya bumi, demi keuntungan bersama.
Advertisement
Bastida Merupakan Salah Satu Pendiri Re-Earth Initiative
Menjadi seorang pencinta lingkungan tidak boleh sendirian. Ini harus menjadi sesuatu yang kita semua upayakan bersama. Bastida adalah salah satu pendiri Re-Earth Initiative yang misinya adalah membuat gerakan iklim lebih mudah diakses oleh semua orang. Pada tahun 2018, Bastida diundang ke Forum Perkotaan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-9 untuk berbicara tentang kosmologi Pribumi dan menerima penghargaan “Semangat PBB”.
Dari aksi Xiye Bastida tentu kita belajar banyak hal. Bumi yang semakin tua seharusnya kita rawat dengan baik. Banyaknya bencana membuat kita harus berani mengambil tindakan untuk melindungi lingkungan sebagai tempat tinggal kita. Semua tentu ada timbal baliknya, ketika kita berbuat dan menjaga lingkungan dengan baik, maka lingkungan juga akan memberikan sesuatu yang baik terhadap kita. Pedulilah dengan lingkungan untuk masa depan anak cucu kita bersama.