Fimela.com, Jakarta Membahas soal kebahagiaan memang selalu menarik. Kita semua ingin bahagia. Sebagai manusia, wajar kalau kita ingin bisa menjalani hidup ini dengan selalu merasa bahagia. Kebahagiaan pun bisa diupayakan dan diperoleh melalui berbagai macam cara. Seringkali kita merasa baru akan bahagia ketika sudah memiliki hal tertentu atau mencapai sesuatu. Kadang kita malah tersiksa sendiri dalam usaha pencarian kebahagiaan sejati karena kebingungan soal memahami hakikat kebahagiaan.
Ada buku menarik yang bisa memberi gambaran dan sudut pandang yang lebih luas soal kebahagiaan. Judulnya The Compass: Filosofi Arete untuk Bahagia Sejati. Seperti judulnya, buku ini membahas tentang suatu kompas yang bisa kita jadikan pegangan untuk meraih kebahagiaan yang kita dambakan. Bahkan bisa jadi sebenarnya kita sudah memiliki kompas ini di dalam kehidupan kita, tinggal bagaimana kita bisa memanfaatkan dan mengoptimalkannya sebaik mungkin.
Advertisement
Advertisement
The Compass: Filosofi Arete untuk Bahagia Sejati
Judul: The Compass: Filosofi Arete untuk Bahagia Sejati
Penulis: Henry Manampiring
Editor: Resita Febiratri, Syafial Rustama
Penyelaras Aksara: @falezaman
Penata Letak: Dinda Djohani
Desainer Sampul: Tim Desain Agromedia Group
Ilustrator: Ajon Purwo Hanggoro
Cetakan kedua, 2023
Penerbit: Gagasmedia
Bagaimana jika kebahagiaan ternyata tidak ada hubungannya dengan ‘merasa bahagia’?
Bagaimana kita bisa menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri?
Apa hubungan antara keputusan, karakter, dan bahagia sejati?
Memperkenalkan Arete, filosofi Yunani kuno yang berusia lebih dari 2.000 tahun tetapi relevan sepanjang waktu. Kebijaksanaan, keberanian, keugaharian, dan keadilan–ini semua adalah Arete atau Keutamaan yang bisa memandu kehidupan kita sehari-hari, layaknya sebuah kompas kehidupan. Henry Manampiring (penulis mega bestseller buku The Alpha Girl’s Guide dan Filosofi Teras) menjelaskannya dengan gayanya yang khas: mudah dicerna, penuh contoh praktis, dan dibumbui humor.
The Compass dilengkapi ilustrasi bergaya retro karya seniman Ajon dari Bantul, Jawa Tengah, memberikan sentuhan visual yang segar. Disertai juga dengan wawancara inspiratif dengan Sabda PS (CEO dan co-founder Zenius), Vikra Ijas (co-founder Kitabisa), Saykoji (rapper), Mang Adi (aktivis literasi), dan lain-lain.
Temukan arah dan pilihan hidup yang lebih baik dengan The Compass.
***
"Bahagia (eudaimonia) sebagai 'hidup' yang bagus/subur/berkembang' jelas berbeda dari 'bahagia' yang umum kita pahami. Eudaimonia adalah kualitas hidup, dan bukan perasaan kita di saat tertentu." (hlm. 31)
"Eudaimonia bukan episode-episode yang tersembunyi dan hanya bisa di-unlock (dibuka) sesudah kondisi-kondisi tertentu terpenuhi, layaknya main game. Eudaimonia ada di bagaimana kita hidup (how we live), bagaimana kita mengambil keputusan, bagaimana kita merespons keberhasilan maupun keterpurukan. Apa pun kondisi hidup kita di saat ini, kita bisa disebut memiliki 'hidup yang bagus', atau tidak." (hlm. 34-35)
"Hakikat manusia rasional berarti berusaha memikirkan pilihan yang terbaik, walaupun masih ada kemungkinan kita keliru. Ada usaha untuk mengerti, menimbang, memilih, dan bertanggung jawab atas pilihan sendiri. Kita juga bisa berkonsultasi dengan orang lain yang lebih kompeten dan bijaksana, atau belajar dari kasus serupa di masa lalu. Yang harus dihindari adalah mengambil keputusan dan pilihan tanpa berusaha mengerti dan memikirkan alasannya sama sekali." (hlm. 89-90)
"Para filsuf Stoa mengatakan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa diharapkan dari hal-hal yang ada di bawah kendali kita." (hlm. 111)
"Aristoteles menyatakan bahwa tujuan akhir manusia adalah eudaimonia. Hidup kualitas terbagus/terunggul (excellent), di mana kita memiliki jiwa yang bagus (good spirit), dan 'subur' secara mental/spiritual. Untuk bisa mencapai ini, manusia harus memiliki ciri karakter yang terbaik (Arete atau keutamaan). The Compass adalah empat arete pokok (cardinal virtues), ciri manusia terunggul yang bisa meraih eudaimonia." (hlm. 322)
Ternyata kita bisa bahagia dalam keseharian kita. Kita tak harus menunggu sesuatu untuk terwujud atau terjadi dulu untuk bahagia. Bahkan dalam prosesnya atau ketika sedang mengupayakan sesuatu, kita bisa meraih kebahagiaan yang kita dambakan.
Kualitas hidup punya dampak yang cukup signifikan terhadap cara kita merasakan atau mendapatkan kebahagiaan. Cara kita memandang sesuatu, meyakini sesuatu, hingga membuat sebuah pilihan bisa memengaruhi cara kita merasakan kebahagiaan.
Eudaimonia, istilah ini sangat menarik dan dibahas dengan begitu terperinci di buku ini. "Eudaimonia adalah keseluruhan hidup itu sendiri, how we live. Hidup yang bagus itu bisa didapatkan di setiap saat dan aktivitas. Di dalam hidup yang bagus ada peristiwa menyenangkan dan tidak menyenangkan." Selama ini kita mungkin mudah membenci hal-hal yang tak menyenangkan di hidup kita. Bahkan cenderung menuntut kehidupan untuk selalu berbaik hati pada diri kita. Padahal mustahil kehidupan ini diisi hanya dengan hal-hal yang menyenangkan. Di sinilah kita perlu memiliki pemahaman yang lebih mendalam agar bisa tetap menjalani hidup dengan kualitas yang disebut bagus. Sehingga kita tak membenci keadaan-keadaan yang tak kita sukai, melainkan bisa menciptakan keseluruhan hidup yang lebih bermakna.
Yang menarik dari buku adalah ada sisipan hasil wawancara dengan sejumlah sosok inspiratif. Dari kisah-kisah mereka kita bisa mendapatkan inspirasi sekaligus motivasi untuk menjalani hidup yang lebih utama. Bahkan kita akan mendapat perspektif menarik terkait kebahagiaan melalui hal-hal yang diupayakan dan diperjuangkan oleh masing-masing dari mereka.
Kita bisa terus bertumbuh dan menjadi versi diri terbaik kita seiring berjalannya waktu. Selama kita mau terus belajar dan mau mempraktikkan hal-hal baik yang kita pahami soal kebahagiaan, maka kita bisa memiliki hidup yang lebih berkualitas dan utama. The Compass: Filosofi Arete untuk Bahagia Sejati bisa menjadi referensi buku yang menarik untuk dibaca bagi Sahabat Fimela yang ingin memiliki hidup yang pastinya lebih bahagia sekaligus lebih bermakna dan indah.