Fimela.com, Jakarta Pernah mendengar kalimat lingkungan kerja yang toksik? Mungkin kamu pernah melihatnya dalam cuitan twitter maupun cerita yang beredar di berbagai media sosial yang lain. Menurut pengalaman banyak orang, mereka mendeskripsikan lingkungan toksik sebagai lingkungan kerja yang tidak memberikan ruang kebebasan untuk meningkatkan kemampuan, alih-alih mengarahkan mereka hanya ditekan, dan sebagainya.
Namun di sisi lain, ada juga tipe lingkungan kerja yang memberikan dampak positif serta berimpact baik untuk pekerjanya. Biasanya tipe yang satu ini sering dicirikan sebagai 'lingkungan kerja impian' para pekerja. Ketersediaan ruang aman untuk mengekspresikan perasaan, rasa solidaritas tinggi yang mengayomi keseluruhan pekerja.
Lingkungan yang baik ini sering dikaitkan dengan lingkungan kerja inklusif. Merujuk ke Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengartikan inklusif sebagai bentuk pelibatan semua kalangan. Dalam konteks ini, lingkungan kerja inklusif berarti lingkungan kerja yang mengayomi semua pekerja tanpa memandang latar belakang hingga perbedaan kebudayaan.
Advertisement
Bagaimana cara membangun lingkungan kerja yang inklusif? Berikut 5 tips bangun lingkungan kerja inklusif yang disadur dari recruitee untukmu.
Advertisement
Tips membangun lingkungan kerja yang inklusif
1) Penggunaan istilah inklusif dalam lingkungan kerja
Perhatikan penggunaan istilah-istilah inklusif dalam lingkungan kerja. Misalnya dalam pemanggilan rekan kerja yang lebih senior, daripada memanggil dengan sebutan "Kak" karena terkesan tidak formal, sebaiknya menggunakan "Bapak", "Ibu", atau "Mba" sekalipun, namun kondisi ini tidak berlaku jika di dalam lingkungan pekerjaan membolehkan sesama pekerja memanggil dengan sebutan "Kakak".
2) Membuat zona yang nyaman dan aman untuk para pekerja
Lingkungan inklusif memiliki kebiasaan tersendiri untuk menciptakan zona yang nyaman dan aman untuk para pekerja. Khususnya untuk para pekerja dengan kondisi tertentu. Contoh penerapannya aksesibilitas toilet, kamar mandi, hingga spot parkir kendaraan, modifikasi area kerja yang juga dapat disesuaikan dengan aksesibilitas pengguna kursi roda, hingga penggunaan simbol tertentu seperti braille atau tanda-tanda tertentu untuk pekerja yang memiliki keterbatasan auditori, visual, motorik, hingga kognitif.
3) Terbuka untuk menerima masukan atau feedback
Tentunya dalam pekerjaan, pastinya ada satu momen di mana hasil kinerja akan diberikan nilai. Biasanya melalui meeting atau one on one akan dievaluasi. Dari sinilah pekerja akan menerima masukan dan saran. Dalam lingkungan kerja yang inklusif pastinya akan memberikan feedback yang membangun, bukan feedback yang menekan maupun menghalangi para pekerja untuk melakukan perubahan yang lebih baik.
4) Berikan kebebasan pekerja untuk beribadah dan merayakan hari besar sesuai dengan agama yang dianutnya
Lingkungan kerja yang inklusif pastinya akan menghargai setiap perbedaan dalam kepercayaan serta memiliki tingkat toleransi yang tinggi. Dalam merayakan hari besar agama tertentu misalnya umat muslim dengan hari raya idul fitri, kristiani dengan natal, hindu dengan nyepi, buddha dengan waisak serta konghucu dengan imleknya, lingkungan kerja yang inklusif tentunya akan memberikan kebebasan umat beragama untuk beribadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing
5) Berikan pelatihan yang menjangkau keseluruhan pekerja
Pelatihan peningkatan keterampilan kerja yang menyeluruh membantu untuk mempelajari dan memahami sesama rekan kerja. Termasuk dalam perbedaan latar belakang dan kebudayaan, dalam pelatihan ini semuanya akan belajar untuk beriringan dan menyikapi perbedaan dalam lingkungan kerja. Secara general, pelatihan ini memberikan pembekalan untuk mengapresiasi serta memberikan informasi dan tips untuk meningkatkan interpersonal dalam membangun lingkungan kerja yang inklusif.
Penulis: Tisha Sekar Aji
Hashtag: #Breaking Boundaries