I'tikaf sebagai salah satu amalan sunah di bulan suci Ramadhan, memiliki banyak sekali keutamaan. Apalagi dengan khusyuk untuk beribadah dan berdoa kepada Allah SWT tanpa gangguan apapun, tentunya bisa membuat umat Islam semakin dekat dengan Allah SWT.
Itikaf berarti berhenti atau diam di dalam masjid dengan niat semata untuk beribadah kepada Allah SWT. I'tikaf bisa dilakukan kapan saja dan hukumnya sunah bagi seluruh umat Islam. I'tikaf harus dilakukan di masjid dan lebih utama dilakukan pada seppuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana yang telah dilakukan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang tercantum pada sebuah hadits:
Dari Ubay bin Ka’ab dan A’isyah, Rasulullah saw beritikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, hingga Allah menjemputnya (wafat).
Advertisement
BACA JUGA
Melaksanakan i'tikaf di masjid pada malam hari merupakan harapan dan semangat dalam menunggu turunnya lailatul qadar dengan membaca Al-Quran dan melantunkan berbagai doa malam lailatul qadar. Karena adanya keutamaan malam lailatul qadar inilah orang berbondong-bondong melakukan i'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan di malam hari. Padahal sebenarnya Itikaf juga bisa dilaksanakan pada siang hari bulan Ramadan.
Untuk lebih jelasnya, Fimela.com kali ini akan mengulas 5 keutamaan i'tikaf di bulan ramadan dalam rangka menyambut datangnya malam lailatul qadar. Dilansir dari Liputan6.com, simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Advertisement
Menyambut Malam Lailatul Qadar
Ibadah i'tikaf memiliki tujuan yang mulia yaitu untuk menggapai malam lailatul qadar yang punya keutamaan ibadah yang dilakukan lebih baik daripada 1000 bulan. Ada hadits yang disebutkan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani dalam kitab beliau Bulughul Marom, yaitu hadits no. 699 tentang permasalahan i’tikaf.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:- أَنَّ اَلنَّبِيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يَعْتَكِفُ اَلْعَشْرَ اَلْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ, حَتَّى تَوَفَّاهُ اَللَّهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beritikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau di wafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beritikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun ‘alaih. (HR. Bukhari dan Muslim)
Menjadi Ladang Pahala
Sebab diamnya di masjid dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Saat terjaga, ia mengisi waktunya dengan shalat, tilawah, dzikir, berdoa, bermunajat, tadabbur, tafakkur atau mengkaji ilmu. Bahkan dalam kondisi tidur pun, orang yang beritikaf mendapatkan pahala yang besarnya tidak bisa didapatkan oleh orang yang tidur di rumahnya. Sebab tidurnya itu termasuk rangkaian itikaf.3. Sunnah Rasul
Advertisement
Melaksanakan Sunnah Rasul
I'tikaf pada 10 hari terakhir Ramadhan adalah sunnah Rasulullah. Beliau tidak pernah meninggalkannya. Bahkan di Ramadhan terakhir sebelum wafat, Rasulullah beritikaf selama 20 hari. Demikian pula istri beliau dan para sahabat Nabi. Mereka beritikaf 10 hari terakhir Ramadhan ini. Bahkan sepeninggal Rasulullah, istri-istri beliau juga beritikaf 10 hari terakhir Ramadhan. Sebagaimana hadits di atas.
Meningkatkan Kekhusyukan Beribadah
Selama i'tikaf kita akan banyak berdiam diri di masjid dan dikelilingi oleh orang-orang yang juga khusyuk dalam beribadah. Selama beri'tikaf kita akan fokus pada bagaimana beribadah menghadap Allah SWT bukan lagi masalah-masalah keduniawian. Untuk itu, ibadah i'tikaf membantu kita untuk bisa melaksanakan shalat, puasa, dan tadabur Al-Quran dengan tetap khusyuk dan tumaninah.
Advertisement
Ajang untuk Mengevaluasi Diri
Evaluasi diri adalah hal yang paling sulit dilakukan oleh manusia walaupun itu terhadap dirinya sendiri. Akan sangat mudah kita mengevaluasi diri orang lain namun akan sulit jika kita mengevaluasi diri kita sendiri. Evaluasi diri seperti proses atau pegangan yang akan membawakan kita mencapai hikmah dan perbaikan diri. Tanpa evaluasi diri tentu saja manusia akan terjebak dan tersesat karena terbawa hanya oleh diri atau hawa nafsu pribadinya.
I'tikaf di bulan Ramadhan membantu kita untuk mengevaluasi diri. Dengan itikaf kita akan berfokus pada diri kita dan menjauhi Sifat sombong dalam islam dan Sombong dalam Islam yang merusak akhlak.
Doa-doa yang Dianjurkan Selama Periode Itikaf
1. اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلًا
"Allahumma inni as'aluka 'ilman nafi'an, wa rizqan tayyiban, wa 'amalan mutaqabbalan."
Artinya: "Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima."
2. اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ، وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ، وَاجْعَلْنِي مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
"Allahumma ij'alni minat tawwabin, waj'alni minal mutatahhirin, waj'alni min 'ibadikas salihin."
Artinya: "Ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang bertaubat, jadikanlah aku termasuk golongan orang-orang yang bersuci, dan jadikanlah aku termasuk hamba-hamba-Mu yang saleh."
3. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَعَافِنِي وَارْزُقْنِي
"Allahumma-ghfirli warhamni wa 'afini wa arzuqni."
Artinya: "Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, lindungilah aku, dan berikanlah aku rezeki."
Doa-doa ini sesuai dengan suasana ibadah iktikaf yang berfokus pada memohon ampunan, rahmat, ilmu yang bermanfaat, dan rezeki yang baik dari Allah SWT.