Sukses

Lifestyle

Hasad adalah Penyakit Hati, Ketahui Larangan dan Dampak Buruknya

Fimela.com, Jakarta Mengetahui pengertian hasad akan menghindarkan seseorang melakukan perbuatan tercela. Menurut para jumhur ulama, hasad adalah dengki, dengan menginginkan nikmat orang lain hilang.

Mayoritas pendapat mengatakan, hasad adalah akhlak tercela yang amat dibenci oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Meski sebagian lagi ada yang membolehkan, tetapi dalam hal agama dan akhirat untuk memperoleh keridaan Allah SWT saja.

Menengok di kehidupan nyata, dengki atau hasad adalah sudah kerap dilakukan oleh manusia, disadari atau tidak. Dampaknya pun tidak hanya untuk kehidupan akhirat, tetapi kegelisahan hati di dunia setelah melakukannya.

Untuk itu, Fimela.com kali ini akan mengulas pengertian hasad beserta larangan dan dampak buruknya. Dilansir dari Liputan6.com, simak ulasan selengkapnya berikut ini.

Pengertian Hasad

Secara epistimologis, hasad adalah keadaan hati seseorang yang tidak mensyukuri nikmat dan membenci kebahagiaan orang lain. Singkatnya, hasad adalah sifat dengki. Dengki terhadap segala yang menimpanya dan menimpa orang lain disekitarnya.

Menurut jumhur ulama Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah, hasad adalah ketika seseorang menginginkan nikmat orang lain hilang. Nikmat ini berupa kedudukan, ilmu, harta, dan masih banyak lagi. Sementara Ibnu Taimiyah mengatakan, hasad adalah membenci dan tidak suka keadaan baik orang lain.

Larangan Memiliki Sifat Hasad

Hasad adalah sifat yang konon katanya manusiawi. Meski sebenarnya, Allah SWT dan Rasul-Nya tidak menyukai manusia yang berlaku hasad. Entah itu kepada diri sendiri atau orang lain. Terutama hasad yang berkaitan dengan duniawi, seperti harta kekayaan.

Menurut beberapa pendapat, ada hasad yang diperbolehkan. Hasad ini berkaitan dengan urusan agama dan akhirat. Dengki yang seperti ini akan membuat seseorang berupaya terus mendekatkan diri pada Allah SWT.

Tentu hal ini baik dan bukan bagian dari kompetisi kemenangan dan kekalahan. Dengki dalam urusan agama dan akhirat akan membuat manusia mencari keridaan Allah SWT, bukan pujian semata. Keridaan inilah yang nantinya akan mengantarkan seseorang lebih bersyukur atas segala yang dipunya.

Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Tidak boleh ada hasad kecuali pada dua perkara: ada seseorang yang dianugerahi harta lalu ia gunakan untuk berinfak pada malam dan siang, juga ada orang yang dianugerahi Al-Qur’an, lantas ia berdiri dengan membacanya malam dan siang.” (HR. Bukhari, no. 5025, 7529 dan Muslim, no. 815)

Dampak Buruk dari Sifat Hasad

  1. Kufur nikmat, mengingkari segala nikmat yang Allah SWT karuniakan kepadanya. Termasuk menentang takdir yang Allah SWT sudah gariskan.
  2. Melahap habis semua kebaikan yang pernah dilakukan sebelumnya. Hasad dalam hal ini membuat orang lain membencinya dan merendahkan martabatnya.
  3. Hanya akan merasakan kesengsaraan lebih lama daripada kepuasan setelah berlaku demikian. Dadanya terasa sesak dan merasa susah hati karena hal-hal yang sepele.
  4. Hasad bertolak belakang dengan iman yang sempurna. Rasulullah mengatakan bahwa seseorang tidak akan beriman saat dia menginginkan dari saudaranya yang dia inginkan untuk dirinya sendiri.
  5. Melupakan cara berdoa yang benar untuk meminta karunia sesuai yang Allah ridai.
  6. Membuat seseorang meremehkan nikmat yang sudah didapatkan karena orang hasad tidak berhenti membanding-bandingkan.
  7. Meremehkan perbuatan baik orang lain dan merendahkan martabat orang lain. Akibatnya orang yang hasad memiliki akhlak tercela.
  8. Kebaikannya habis untuk memberikan ganti atas kezaliman yang telah dilakukan pada orang lain.
  9. Dicampakkan di dalam api neraka karena segala kebaikan yang sudah dilakukan habis saat dengki dengan orang lain.
  10. Selalu mengupayakan kebaikan untuk diri sendiri dengan tujuan yang salah. Menginginkan pujian untuk kerendahan orang yang didengki.

Dalil Hasad dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 32

وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا

Wa lā tatamannau mā faḍḍalallāhu bihī ba'ḍakum 'alā ba'ḍ, lir-rijāli naṣībum mimmaktasabụ, wa lin-nisā`i naṣībum mimmaktasabn, was`alullāha min faḍlih, innallāha kāna bikulli syai`in 'alīmā

Artinya:

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tafsir Kementerian Agama Saudi Arabia:

Janganlah kalian -wahai orang-orang mukmin- menginginkan kelebihan yang Allah berikan kepada sebagian dari kalian atas sebagian yang lain, supaya tidak timbul rasa benci dan iri hati.

Maka tidak sepatutnya kaum wanita berharap mendapatkan sesuatu yang hanya Allah berikan kepada kaum laki-laki. Karena setiap kelompok memiliki balasan yang sesuai.

Mintalah kepada Allah untuk menambahkan karunianya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia memberikan kepada setiap kelompok apa yang sesuai dengannya.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

Loading