Cerita fiksi adalah karangan non-ilmiah yang berasal dari imajinasi sang pengarang. Sehingga salah satu ciri-ciri cerita fiksi biasanya tidak benar-benar terjadi dan tidak didasarkan fakta maupun realita.
Dilansir dari The American College Dictionary, cerita fiksi merupakan cabang dari sastra yang memuat narasi imajinatif, terutama dalam bentuk prosa, misalnya novel, dongeng, cerpen, dan lain sebagainya. Untuk kamu yang hobi membaca novel dan cerpen pasti sudah tidak asing lagi dengan cerita fiksi.
Advertisement
BACA JUGA
Namun, meskipun karya cerita fiksi ini mudah ditemui, masih banyak orang yang belum bisa membedakan ciri hingga jenisnya. Memahami cerita fiksi seperti unsur-unsurnya menjadi penting untuk menambah wawasanmu tentang karya sastra.
Oleh karena itu, Fimela.com kali ini akan mengulas ciri-ciri cerita fiksi beserta unsur dan jenisnya. Dilansir dari Liputan6.com, simak ulasan selengkapnya berikut ini.
Advertisement
Ciri-ciri Cerita Fiksi
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa cerita fiksi merupakan kisah rekaan yang berdasarkan imajinasi sang penulis. Fiksi adalah karya sastra yang memiliki sifat dasar yang umum sebagai penanda bentuk karangan fiksi. Tokoh, setting, dan persoalan di dalam cerita fiksi bersifat realitas imajinatif bukan objektif.
Nilai-nilai kebenaran yang berada dalam cerita fiksi tidak bisa dijadikan patokan karena tidak obyektif. Salah satu ciri-ciri cerita fiksi yakni mengandung kebenaran logis atau melalui penalaran. Kebenaran logis ini menyebabkan setiap karangan fiksi adalah karya yang selalu memiliki penafsiran yang berbeda-beda pada setiap pembaca.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, fiksi adalah cerita rekaan yang memiliki ciri-ciri tertentu. Berikut ciri-ciri cerita fiksi yang bisa kamu kenali:
- Fiksi memiliki kebenaran relatif dan tidak mutlak.
- Fiksi adalah cerita yang bersifat rekaan atau berupa imajinasi pengarang (subjektif)
- Fiksi menyasar emosi atau perasaan pembaca.
- Karya fiksi tidak memiliki sistematika penulisan yang baku.
- Biasanya fiksi menggunakan bahasa yang bersifat konotatif.
- Fiksi adalah cerita yang mengandung pesan moral atau amanat tertentu.
- Menampilkan sudut pandang berbeda
Unsur-unsur Cerita Fiksi
Selain memiliki ciri, cerita fiksi juga mengandung unsur-unsur yang khas dan berbeda dengan bentuk karya sastra yang lain. Agar lebih mudan untuk memahami unsur-unsur cerita fiksi, maka simaklah penjelasan berikut ini:
Tema, merupakan ide pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita fiksi. Sering kali tema diangkat dari konflik kehidupan.
Plot, merupakan dasar cerita atau pengembangan fiksi.
Alur, adalah rangkaian cerita fiksi. Alur terdiri dari alur maju, alur mundur, atau alur maju-mundur. Penyelesaian alur bisa berbentuk alur klimaks dan alur anti klimaks.
Setting, merupakan tempat terjadinya cerita, dibedakan menjadi setting geografis (tempat kejadian), dan setting antropologis (situasi masyarakat, kejiwaan, adat istiadat).
Tokoh, merupakan pelaku yang menghidupkan cerita fiksi. Tokoh terdiri dari tokoh utama (protagonis), tokoh lawan (antagonis), dan tokoh penengah.
Sudut pandang, adalah hal yang mendasari tema dan tujuan penulisan. Sudut pandang bisa berupa gaya orang pertama tokoh utama, atau gaya orang ketiga serba tahu.
Suasana, adalah unsur fiksi yang mendasari suasana cerita penokohan yang menimbulkan konflik. Suasana bisa menyedihkan, mengharukan, menyenangkan, dan menantang.
Advertisement
Jenis-jenis Cerita Fiksi
Menurut teori pengkajian fiksi, jenis-jenis fiksi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu fiksi historis, fiksi biografis, dan fiksi sains.
Fiksi historis
Fiksi yang berangkat dari fakta sejarah. Data dalam fiksi seperti latar tempat, tokoh, alur, dan elemen fiksi memiliki kesamaan dengan fakta sejarah yang ada. Fiksi jenis ini justru menjadi alternatif sumber sejarah, meskipun tidak 100 persen benar.
Fiksi biografis
Fiksi yang berdasarkan pada fakta penulisan biografi seseorang. Contohnya buku Catatan Seorang Demonstran, Bung Tomo, dan Amien Rais.
Fiksi Sains
Fiksi yang berangkat dari dasar penulisan ilmu pengetahuan. Contohnya Supernova karya Dewi Lestari dan Bilangan Fu karya Ayu Utami.