Fimela.com, Jakarta Akhir-akhir ini berita terkait Polusi Udara di Kota Jakarta begitu ramai di masyarakat. Berdasarkan Air Quality Index (AQI) beberapa bulan terakhir tahun 2019 dilaporkan kondisi kualitas udara di kota Jakarta dikategorikan tidak sehat. Bahkan pada beberapa hari dilaporkan Jakarta merupakan kota nomor satu terpolusi di dunia (Versi Air visual).
kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan dapat menimbulkan dampak pada kesehatan pada masyarakat kota Jakarta. Polusi udara sendiri merupakan campuran partikel kompleks dan gas yang berasal dari antropogenik dan alam yang mengalami modifikasi secara kimia di atmosfer.
Advertisement
BACA JUGA
Polusi udara terbagi atas polusi udara luar ruangan (outdoor air pollution) dan polusi udara dalam ruangan (lndoor air pollution). Polutan udara luar ruangan yang paling banyak ditemukan di daerah perkotaan yaitu pam'cullate matter (PM), nitrogen dioksida (NO2), ozon (03) dan sulfur dioksida (802). Sumber polusi udara dapat berasal dari proses alam (kebakaran hutan,erupsi gunung berapi, badai dll), sektor transportasi (gas buang kendaraan, debu di jalan raya), sektor industri (pembakaran bahan bakar, proses industri dll) dan sektor rumah tangga (pembakaran biomas, asap rokok dll).
Berdasarkan data yang ada, sebagian besar sumber polusi udara di Indonesia berasal dari sektor transportasi (80%) diikuti dengan dari industri, pembakaran hutan dan aktivitas domestik. Selain kontribusi kendaraan bermotor, industri, konstruksi dan kondisi musim kemarau juga ditengarai memperburuk kualitas udara di Jakarta.
World Health Organization (WHO) mencatat saat ini 92 persen penduduk dunia menghirup udara dengan kualitas udara yang buruk. WHO mencatat setiap tahun ada 7 juta kematian (2 juta di asia tenggara) berhubungan dengan polusi udara luar ruangan dan dalam ruangan.
Advertisement
Menyebabkan penyakit
Polusi udara berhubungan dengan penyakit paru dan pernapasan (seperti infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA, asma, bronkitis, penyakit paru obstruktif kronik/PPOK dan kanker paru), penyakit jantung dan stroke.
Menurut data WHO, polusi udara di seluruh dunia berkontribusi 25% pada seluruh penyakit dan kematian akibat kanker paru, 17% seluruh penyakit dan kematian akibat ISPA, 16% seluruh kematian akibat stroke, 15% seluruh kematian akibat penyakit jantung iskemik dan 8% seluruh penyakit dan kematian akibat PPOK.
Populasi rentan terhadap polusi udara adalah anak-anak, usia lanjut, perempuan, pekerja luar ruangan dan populasi yang sudah mempunyai penyakit paru atau jantung. WHO menyatakan polusi udara berdampak pada anak-anak seperti 14% anak usia 5-18 tahun memiliki asma yang terkait polusi udara dan terdapat 543.000 kematian anak usia < 5 tahun tiap tahun karena penyakit pernapasan berhubungan dengan polusi udara.
“Polusi udara juga berhubungan dengan risiko ISPA, penurunan fungsi paru, risiko kanker pada anak, gangguan perkembangan mental dan motorik, serta gangguan kognitif pada anak maupun remaja,” ujar DR. Dr. Agus Dwi Susanto, So.P(K), FAPSR.
Beberapa data penelitian di Asia Pasifik menunjukkan bahwa pajanan polusi udara jangka pendek berhubungan dengan peningkatan gejala pernapasan seperti batuk, sesak napas dan peningkatan kunjungan rumah sakit karena infeksi saluran pernapasan, serangan asma dan PPOK.
Polusi udara jangka panjang (kronik) berhubungan dengan infeksi Saluran pernapasan akut (ISPA), penurunan fungsi paru, peningkatan risiko timbul asma dan PPOK serta kanker Daru. WHO memperkirakan bahwa penyakit tidak menular (PTM) yaitu stroke, jantung iskemik, PPOK dan kanker paru terkait polusi udara menyebabkan 62.000 kematian di lndonesia tahun 2012.
Beberapa penelitian lokal di Indonesia menunjukkan polusi udara berhubungan dengan masalah kesehatan paru seperti penurunan fungsi paru (21% sampai 24%). asma (1.3%), PPOK (prevalens 6.3% pada bukan perokok) dan kanker paru (4% dari kasus kanker paru).
Pencegahan dan penanganan
Melihat besarnya masalah kesehatan yang dapat timbul akibat polusi udara khususnya di kota Jakarta, Perhimpunan Dokter Paru lndonesia (PDPI) memberikan beberapa saran upaya pencegahan dan penanganan yang dapat dilakukan baik masyarakat maupun pemerintah.
Meminimalkan terkena penyakit akibat polusi udara seperti :
1. Mengurangi aktivitas di luar ruangan pada saat kualitas udara tidak sehat (Air Quality Index > 150)
2. Hindari aktivitas hsik berat termasuk olah raga apabila berada di luar ruangan pada saat kualitas udara tidak sehat (Air Quality Index > 150).
3. Apabila beraktivitas di luar ruangan, hindari kawasan atau area dengan kualitas udara yang tidak sehat dan berbahaya (Air Quality Index > 150).
5. Memantau kualitas udara secara realtime untuk bisa mengambil keputusan beraktivitas di luar rumah.
6. Menggunakan masker atau respirator untuk mengurangi masuknya partikel ke dalam saluran napas dan paru (terutama bila beraktivitas di luar ruangan). Disarankan masker atau respirator dengan kemampuan filtrasi partikel yang maksimal (kemampuan filtrasi 2 95%). Perhatikan cara penggunaan masker atau respirator yang benar dan tepat. Penggunaan masker atau respirator yang tidak benar mengurangi efektivitas proteksi memfiltrasi/menyaring partikel.
7. Apabila berkendaraan mobil, tutup semua jendela mobil dan nyalakan AC dengan mode recirculate.
8. Apabila berada di dalam ruangan, jaga kualitas udara dalam ruangan tetap baik dengan tidak menambah polusi di dalam mangan misalnya tidak merokok, tidak menyatakan lilin atau Derapian ataupun sumber api lainnya dalam ruangan Penggunaan tanaman dalam ruangan yang mempunyai kemampuan air puntier atau peralatan air purmer disarankan untuk menjaga kualitas udara dalam ruangan tetap baik.
9. pola hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti makan bergizi, istirahat cukup, cuci tangan, tidak merokok dan lainnya. Memperbanyak konsumsi sayur dan buah. buahan pada beberapa penelitian dilaparkan dapat mengurangi dampak polusi udara.
10. Mengenali gejala-geiala atau keluhan yang timbul sebagai dampak kesehatan akibat polusi udara. Pada orang dengan penyakit sebelumnya (penyakit jantung, asma, PPOK dan penyakit paru lainnya), mengenali tanda-tanda terjadinya perburukan atau serangan.
“Hal ini sebagai upaya deteksi dini sehingga pengobatan awal dapat segera dilakukan. Segera ke dokter terdekat apabila terjadi masalah kesehatan yang mengganggu atau terjadi perburukanlserangan pada orang yang mempunyai penyakit jantung atau paru sebelumnya,” tutup Dr. Agus.
#Growfearless with FIMELA