Fimela.com, Jakarta Stres dan depresi menjadi hal yang bisa dialami oleh siapapun. Tak hanya orang dewasa, anak-anak dan remaja atau generasi muda masa kini juga sangat rentan terhadap masalah mental yang satu ini. Mengutip dari laman nutrisense.io, generasi muda masa kini nyatanya lebih rentan stres dibanding dengan orang-orang di masa lalu. Hal ini tentu terjadi bukan tanpa alasan.
Saat ini, para ahli percaya jika genarasi muda era modern menghadapi berbagai tekanan dan tantangan yang bisa meningkatkan risiko stres dan depresi. Ada beberapa alasan yang begitu mendukung dan memungkinkan generasi muda masa kini lebih mudah stres, berpikir negatif bahkan depresi dengan dirinya sendiri. Adapun alasan tersebut antaranya sebagai berikut.
Advertisement
Kecanggihan Teknologi dan Media Sosial
Meskipun teknologi dan media sosial memberi kita banyak manfaat, mereka juga telah membawa dampak negatif pada kesejahteraan mental generasi muda. Penggunaan tekhnologi dan media sosial yang tidak tepat, rentan bikin anak-anak masa kini memiliki pola pikir yang cukup berbeda. Tekanan untuk selalu terhubung dengan kedua hal tersebut, adanya tantangan untuk mempertahankan citra positif online, dan menghadapi perbandingan sosial, bisa memicu stres dan depresi yang lebih berat bagi generasi muda masa kini.
Beban Akademik yang Tinggi
Pendidikan yang kompetitif dan tekanan untuk mencapai prestasi akademik tinggi seringkali membebani generasi muda masa kini. Kecemasan terkait ujian, tugas, dan persaingan bisa memicu stres dan depresi. Belum lagi adanya tuntutan atau harapan lebih dari orangtua terkait prestasi akademik ini. Semakin anak dituntut untuk mendapat prestasi akademik terbaik, semakin mungkin ia mengalami stres dan depresi berat.
Advertisement
Ketidakpastian Masa Depan
Banyak generasi muda modern menghadapi ketidakpastian masa depan. Tidak sedikit dari mereka yang bertanya-tanya mengenai hal apa yang hendak dilakukan di masa depan. Terutama dalam hal pekerjaan dan karier. Persaingan ketat di pasar tenaga kerja, sulitnya memenuhi harapan ekonomi, perasaan gengsi dan gaya hidup yang terlalu tinggi, besar kemungkinan akan meningkatkan risiko stres dalam diri. Ini juga memicu depresi yang lebih berat lagi.
Masalah Finansial
Generasi muda masa kini seringkali menghadapi masalah finansial, seperti beban utang kuliah, biaya hidup yang tinggi, dan kesulitan membeli rumah. Pergaulan dan gaya hidup yang salah, akan semakin menyulitkan mereka pada kondisi keuangannya sehari-hari. Tidak bisa dipungkiri jika di era seperti sekarang ini, kondisi keuangan yang tidak stabil atau buruk adalah pemicu utama dari stres dan depresi.
Advertisement
Isolasi Sosial
Meskipun kita hidup di era yang terhubung secara digital, banyak pemuda mengalami isolasi sosial. Tidak sedikit generasi muda masa kini yang tampak ramah, menyenangkan dan asik di media sosial atau dunia maya, tapi sangat pendiam dan bahkan tak punya teman baik di dunia nyata. Banyak generasi muda yang lebih tertutup dan menyembunyikan dari lingkungan sekitar. Inilah yang kemudian memicu perasaan kesepian dan perasaan terasing, di mana hal ini bisa berkontribusi pada masalah kesejahteraan mental terutama menyebabkan stres dan depresi.
Perbandingan Sosial
Perbandingan sosial yang konstan dengan orang lain, terutama melalui media sosial, bisa menciptakan perasaan kurang percaya diri. Ini juga rentan membuat seseorang meremehkan dirinya sendiri. Jika hal ini sudah terjadi, tentu ini akan menyebabkan stres dan depresi. Perbandingan sosial tak hanya terjadi karena perasaan dari dalam diri, perbandingkan oleh orang lain terutama orang terdekat, ini justru semakin bikin stres.
Advertisement
Perubahan Norma Sosial
Norma sosial yang berubah, seperti perubahan dalam hubungan dan komitmen, juga bisa memicu stres. Ini bisa menyebabkan perasaan ketidakpastian dalam hidup pemuda modern generasi masa kini.
Tuntutan Multitugas
Generasi muda masa kini seringkali diharapkan bahkan dituntut untuk melakukan banyak hal sekaligus. Termasuk mengelola pekerjaan, pendidikan, kehidupan sosial, dan tanggung jawab keluarga. Mereka tak hanya bertanggung jawab atas kebahagiaan diri sendiri, tapi juga orangtua dan anak istri atau keluarga kecilnya. Tuntutan multitugas inilah yang kemudian bisa cukup menguras emosi serta energi dan menciptakan stres bahkan depresi.
Advertisement
Perubahan Iklim
Siapa bilang perubahan iklim hanya berdampak pada tanaman, tumbuhan atau terkait alam saja. Penting diketahui, ini juga berdampak pada suasana hati manusia secara keseluruhan termasuk generasi muda masa kini. Pemuda juga menghadapi ketidakpastian terkait perubahan iklim dan isu lingkungan. Hal ini bisa menciptakan kekhawatiran tentang masa depan planet dan kesejahteraan global yang akhirnya bikin stres.
Stigma Terkait Kesejahteraan Mental
Walaupun perbincangan tentang kesejahteraan mental semakin terbuka, stigma terkait masalah ini masih ada. Generasi muda masa kini mungkin merasa ragu untuk mencari bantuan atau berbicara tentang perasaan mereka karena takut dijauhi atau dianggap lemah.
Stres dan depresi sebenarnya hal yang umum dan bisa terjadi pada siapa saja. Hanya, penting bagi kita yang berpotensi mengalaminya untuk lebih bijaksana dalam mengelola stres ini. Stres berkelanjutan bisa berdampak sangat buruk bagi kesehatan baik itu kesehatan fisik pun kesehatan psikis. Semoga informasi ini bermanfaat.