Sukses

Lifestyle

Lady Boss: Tiga Founder Ellery Beauty Dukung Perempuan Sibuk dan Tetap Cantik

Fimela.com, Jakarta Persahabatan dan makeup adalah dua hal yang bisa membuat perempuan merasa lebih kuat. Setidaknya hal itu yang tercermin dari tiga perempuan hebat yang merupakan founders Ellery Beauty.

Mereka adalah Dhita Soebroto, Ratih Makarim dan Peroshka. Bersahabat sejak di bangku SD, ikatan emosional di antara mereka ternyata bertahan hingga sekarang. Chemistry itu juga yang meyakinkan mereka bisa jadi partner bisnis yang bisa saling melengkapi.

Ellery Beauty sendiri terinspirasi dari unek-unek ketiganya yang jadi perempuan sibuk tapi harus tetap cantik. Apalagi mereka juga punya peran lain di luar karier, practicality jadi concern utama dalam mengembangkan produk. Dari hasil diskusi dan riset, produk pertama berupa smart stick yang menggabungkan beberapa fungsi sekaligus seperti concealer, lipcream, blush, foundation dan eyeshadow dalam satu kemasan yang praktis.

Mereka percaya perempuan harus berkarya dan merasa percaya diri dengan kemampuan mereka. Salah satu hal yang bisa memberi energi dan kepercayaan diri itu adalah produk kecantikan yang selalu siap dan mudah dibawa ke manapun.

"Kita nggak cuma pengen Ellery jadi brand makeup yang membantu para perempuan tapi menjadi empower perempuan-perempuan yang pakai Ellery. Kita juga ingin memberikan value untuk perempuan di luar sana, 'you are beautiful, you got this'. Makanya nama produk smart stick kita 'Nail It, 'Own It' 'Worth it'. Skin tint kita juga 'good day skin tint. Kasih semangat lovely, beautiful, nice and something like that," tutur Dhita Soebroto dalam sesi wawancara dengan FIMELA baru-baru ini.

Peran makeup bagi perempuan memang besar artinya. Bukan berarti ingin menutupi, alih-alih mengubah total, riasan digunakan untuk memperkuat fitur-fitur di wajah sehingga memberikan rasa percaya diri lebih.

"I have good relationship with makeup. Bukan karena aku suka mengcover mukaku, tapi aku merasa confident aja. Aku pakai itu untuk bisa wajahnya lebih simetris, tapi merasa confident aja sih. Kayak Dhita bilang, makeup itu powerful. Dan aku rasa itu benar," sambung Peroshka.

"Kalau buatku sendiri, dandan itu jadi energi, so I can slay the day. Jadi bersemangat. Waktu pandemi pun, waktu WFH semua, aku tetap dandan biar tidak terasa terlalu di rumah banget, biar tetap kerja dan semangat. I think when we look glowing, we will feel glowing," timpal Ratih.

Ketiga founders Ellery Beauty ini juga menceritakan proses bertumbuh, tantangan hingga insekuritas mereka sebagai perempuan multiperan. Seperti apa cerita tiga sahabat ini? Berikut kutipan wawancara selengkapnya.

Persahabatan, Passion dan Bisnis

Bagaimana awal munculnya inspirasi memulai bisnis ini?

Dhita: Ellery Beauty ini gagasannya dari obrolan kita bertiga karena keribetan kita bertiga dan di sini latar belakang kita beda-beda. Saya fashion desainer, Ratih dulu bekerja di bank dan Roska punya usaha logistik, jadi kita sebagai perempuan pengen cantik, tapi tidak ada waktu sebenarnya.

Ratih: Jadi kita ingin menciptakan satu konsep makeup praktis untuk wanita sibuk, jadi kita konsepnya practicality, jadi kita awalnya mengeluarkan produk pertama kita yang smart stick. Dulu aku kerja corporate jadi isinya macam-macam, foundation, concealer, brush, berbagai macam makeup. Tas kantorku berat karena pouch makeup itu. Jadi, kalau misalkan mikir produk apa yang bisa simple dibawa sedikit tapi muka bisa glowing untuk kita ke kantor. Kalau sekarang ada Ellery, bawa 1 atau 2 stick untuk mix and match.

Oka: Jadi Ellery beauty ini jawaban practicality untuk semua wanita sibuk di Indonesia karena awalnya datang dari keribetan kita masing-masing. Buatku, aku tidak mempunyai spend waktu lebih dari 5 menit untuk makeup, karena menurutku terlalu banyak yang dipakai, terlalu ribet, jadi bagaimana caranya kita tetap ok, nggak kucel melakukan aktivitas kita dengan melakukan beberapa hal simple yang bisa langsung dipakai, nggak perlu banyak tools lainnya. So, untuk Ratih, terlalu banyak makeup di satu pouch.

Beberapa orang mungkin takut berbisnis dengan sahabat, kenapa akhirnya commit membuat bisnis bareng?  

Oka: Kita temenan dari 5 SD, aku ingat waktu sekolah pertama kali yang aku lihat adalah Ratih bawa ransel sambil jalan. Aku dan Ratih beda kelas, tapi kalau sama Dhita sekelas selalu

Dhita: Kita dari bersahabat tahu sifatnya bagaimana, bandelnya juga dari bareng-bareng. Jadi semua sudah tahu, sampai semua sudah punya anak, jadi memang seru kenal dari SD. Sebenarnya kita dituntut untuk lebih akrab lagi, karena namanya friendship dengan dunia kerja beda. Jadi kita bisa lihat nih, sisi Ratih ada galaknya juga ya sama Oka. Oh ternyata dia perfectionist juga ya. Jadi kayak gitu, awalnya dari pertemanan. Komunikasi adalah kuncinya.

Oka: Yang sebenarnya bisa bikin kita bareng adalah kita punya visi dan passion yang sama. Semua suka makeup, bukan makeup centil, tapi pasionnya kita sama-sama mau we want to look good in the middle of activity, dan kita mau memudahkan setiap orang untuk nggak usah banyak memakai makeup tapi bisa cantik dengan tidak banyak mengenakan makeup. Dengan visi dan passion yang sama-sama kita bisa jalani sama-sama, bisa sinkron, dan mengesampingkan ego kita. Kita jadi lebih banyak mendengarkan satu sama lain.

Ratih: Belajar bersama lah. Tapi kita juga mencari partner harus nyaman, harus bisa percaya, mungkin karena kita kenal dari SD, jadi gampang mendapatkan kenyamanannya itu. Dan yang tadi, passion-nya sama.

 

Dinamika yang dirasakan saat bekerja dengan teman sendiri? 

Ratih: Kita datang dari background yang berbeda. Dhita datang dari dunia fashion, saya dari dunia corporate mostly di banking, Oka di dunia logistik, jadi kita beda, tapi kita mencoba maintenance chemistry ini, satu kita mencoba mencari tahu kekuatan kita masing-masing. Contohnya Dita, condong ke media creative, jadi itu bagian dia dan kita respect dengan kelebihan dia di situ. Kalau saya lebih managing, eksekusinya, jadi melihatkan angkanya bagian saya. Oka sangat detail dengan regulasi, jadi semua punya value nya masing-masing, jadi kita saling melengkapi dan dengan respect kelebihan dan kekurangan masing-masing, kita jadi mendapatkan chemistry. Di luar kantor, kita hangout juga sebagai teman. Biar kita ga bahas kerjaan saja, tapi juga membahas pertemanan kita.

Di balik produk yang praktis ini, proses kreatifnya seperti apa?

Dhita: Mungkin proses kreatifnya sendiri balik lagi, kita ingin menawarkan solusi untuk para perempuan yang dapat salam dari keribetan, tapi pengen tampil cantik, dari solusinya itu apa sih yang kita perlukan. Pertama, setiap kali mau pergi, perempuan kebanyakan ada kantung mata jadi membutuhkan concealer, lip cream dan blush on untuk mencerahkan. Jadi, ok, kita perlu concealer, lip cream dan brush. Nah, dari ketiga yang tadi kita buat compact, jadilah si smart stick ini jadi satu stick. Jadi proses kreatifnya seperti itu. Memilih apa yang dibutuhkan kita package jadi satu. Ellery juga bisa dipakai untuk eyeshadow kalau mau, hehe. Konsepnya memang all in one makeup. Basically smart stick, ditaruh di mana saja, mau ada acara, ringkes.

Ratih: Kita melakukan research, jadi terbentuklah produk yang gabungan concealer, lip cream, blush on and eyeshadow.

Oka: Dalam eksekusi, kita tidak melupakan safety. Kita pastikan stabil, bisa bertahan berapa lama, dan reaksinya di kulit kita bagaimana, waktu bawa ke lab, semua stabil dan kita coba, apakah akan menyebabkan acne nggak? Menyebabkan kemerahan dll ga? Jadi harus tahu itu juga. Jadi kita tidak hanya punya ide atau gagasan, kita juga memastikan eksekusinya benar dan aman.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk proses Research and Development?

Ratih: Karena waktu itu our first product, jadi kita tahu waktu kita enter the market itu sudah banyak produk kosmetik lokal di pasaran. Jadi kita persembahkan yang berbeda jadi untuk ide, packaging yang pas, formulanya pas, kita sampai 2 tahun. Jadi benar-benar mau masuk ke market tapi harus beda. Jadi extra effort di situ.

Dhita: Dan seperti yang Oka bilang tadi, kita perlu banget untuk research di kulit kita bagaimana. Kita bertiga ini, aku dan Oka sensitif, sedangkan Ratih apa saja bisa. Nah itu sangat kita perhatikan sih. Jadi agak panjang, yang penting aman

Produk terbarunya apa sih kalau boleh dibocorkan?

Dhita: Kita baru launching 1 bulan lalu skin tint, jadi intinya bisa memenuhi kebutuhan perempuan-perempuan. Untuk upcoming productsnya, ada lagi satu yang multipurpose juga ke depannya sudah disiapkan tapi masih rahasia. 

Pesan yang ingin disampaikan lewat campaign di media sosial?

Sebenarnya ini gerakan kita mengajak perempuan Indonesia untuk bisa mengetahui kulitnya itu seperti apa, misalnya ada bolong-bolong, mukaku asimetris. Nah makeup itu bukan untuk menopengi yang aku miliki, tapi aku hanya mem-promote a good relationship makeup dan diri sendiri, supaya hanya meng-eccentric feature kita doang. Supaya mereka bisa comfortable in the way they look, dan nggak terlalu mengubah feature kita. Jadi kita ingin ngasih tau nggak perlu banyak yang diubah, kamu akan tetap cantik tanpa mengubahnya.

Ratih: Kalau kita lihat Ellery punya tagline itu glow with the flow. Pasti setiap manusia punya kekurangan, jerawat dll apalagi saat datang bulan. Jadi, kita ingin mengajak "Hi it's ok. Ini hal yang wajar'. Kalau ada kekurangan, kita tetap bisa glowing kok.

 

 

Makeup is Powerful!

Sebeapa besar pengaruh makeup untuk perempuan?

Dhita: Susah ya, dari kecil sudah centil, I love makeup. Jadi makeup buat perempuan, untukku pribadi sih, bisa menjadi my me time, karena pakai makeup bisa menjadi another power yang give us confidence. Bukan berarti menutupi mukanya ya, tapi, ketika membaur, kita menghabiskan waktu di depan kaca, mau nggak mau jadi ngaca. Jadi bisa tahu kekurangan dan kelebihannya. Makeup i think it's very powerful.

Ratih: Kalau buatku sendiri, dandan itu jadi energi, so I can slay the day. Jadi bersemangat. Waktu pandemi pun, waktu WFH semua, aku tetap dandan biar tidak terasa terlalu di rumah banget, biar tetap kerja dan semangat. I think when we look glowing, we will feel glowing.

Oka: Buatku juga i have good relationship with makeup. Bukan karena aku suka mengcover mukaku, tapi aku merasa confident aja. Aku pakai itu untuk bisa wajahnya lebih simetris, tapi merasa confident aja sih. Kayak Dita bilang, makeup itu powerful pada diri kita. Dan aku rasa itu benar.

Momen apa yang bikin semangat untuk mendukung perempuan melalui makeup?

Dhita: Untukku bikin semangat itu karena ada event, terus ketemu orang yang tiba-tiba bilang pakai produk ini jadi suka pakai makeup. Itu buatku merasa wow, apa yang kita buat bisa bermanfaat juga, kita senang banget, ketemu siapa di acara apa, dengar pendapat mereka memakai produk kita, mereka bilang dengan makeup kita bisa lebih cepat dandannya. Jadi apa yang ingin kita buat ternyata terjawabkan. Orang bisa suka juga.

Ratih: Review produk kita banyak yang positif dan bagus menyemangati kita juga, ada yang repeat order. Menyemangati kita ternyata produk kita kepakai.

 

Sebagai brand yang masih growing, mimpi apa sih yang kalian inginkan?

Dhita: Mimpinya banyak, banyak mau lah. Tapi tetap balik ke visi kita. Kita ga cuma pengen Ellery jadi brand makeup yang membantu para perempuan tapi menjadi empower perempuan-perempuan yang pakai Ellery, dengan mengadakan kompetisi, kita juga ingin memberikan value untuk perempuan di luar sana, 'you are beautiful, you got this'. Makanya nama produk smart stick kita 'Nail it, 'Own it' 'Worth it'. Skin tint kita juga 'good day skin tint. Kasih semangat lovely, beautiful, nice and something like that.

Tantangan perempuan multiperan dan bagaimana cara mengatasinya?

Ratih: Tantangannya adalah mengatur waktunya, bagaimana bisa melakukan semuanya. Work life balance. Kalau buat saya itu masih learning process. Setiap hari ada saja prosesnya tapi saya belajarnya work life balance itu it's not spending waktu yang sama 50 persen 50 persen antara keluarga dan pekerjaan. Kalau aku, it's about spending the right time in the precious moment. Jadi misalnya baru anakku bilang 'seneng kalau diantar sekolah sama mama'. Jadi kalau bisa, aku mencoba melakukan itu, habis itu balik kerja. Mungkin ga banyak kuantitasnya, tapi lebih quality-nya bersama keluarga. Work life balance itu susah ya, kadang ga bisa 50 persen keluarga, 50 persen kerjaan. Misalnya di rumah, kita sama anak tapi kita masih memegang gadget, laptop dll, jadi sama aja.

Dhita: Kayaknya tidak ada perfect mom, perfect wife, perfect boss. Menurut kita ga ada, tapi kita bersyukur karena bertiga, kerjanya bareng, peran kita sama, ibu, istri, dan pemilik Ellery ini, jadi kalau anak sakit, misalnya anakku sakit, kalau sakit mau ga mau saling kerjasama. Tapi memang jadi perempuan yang multiperan itu, yang Ratih bilang tadi, irs about quality not quantity. Jadi kayak mungkin ini buat di luar sana yang multiperan, merasa bersalah, kita ngerti kok rasanya.

Oka: Kalau aku ada tiga hal. Kita nggak boleh menyalahkan diri sendiri juga, setiap melakukan sesuatu, kita harus mengerjakannya dengan baik. Di saat nggak ada, atau nggak hadir, di situ jangan menyalahkan diri sendiri. Jadi aku tidak mau menyalahkan diriku sendiri. Karena ketika aku ada, aku selalu kerja keras untuk itu dan dari hati, dan di saat aku bisa, i'll be there, when i can i'll be there? Dan di mana kalau aku tidak bisa, i'm sorry i can't be there. Jadi aku tidak akan menyalahkan diriku sendiri lagi. Jadi ketika aku di siti, aku benar-benar hadi dan tidak melakukan pekerjaan lainnya. Jadi ketika jadi ibu, ya aku jadi ibu, ketika sama suami yang aku benar-benar jadi istri, ketika di ellery aku benar-benar di ellery dan di logistik ku pun seperti itu. Jadi hal itu penting itu kita yang multiperan.

Pernah nggak sih merasa insecure, bagaimana cara kalian mengatasinya?

Dhita: Insecure? Pasti haha. Perempuan mana yang tidak insecure. Kalau dari aku, cara menumbuhkan insecure adalah. Karena sebagai perempuan ada saja insecure, overthinkingnya juga banyak. Mau PMS, merasa gendut, jerawat dll. Balik lagi, kalau dariku nomor satu, kita harus waras. Tahu jati diri kita. Be grateful, bersyukur saja dengan apa yang kita miliki, keluarga, anak, suami, pekerjaan. Jadi number one be grateful. Kalau nomor dua, support system. Support system itu penting banget. Kalau insecure, kita sering compare dari sosmed. Stop doing that. Stop comparing yourself. Kita punya kekuatan sendiri. Be grateful, impress being you.

Ratih: Setuju dengan pendapat Dhita. Tapi kalau dari aku, jangan lupa continue dan upgrade myself. Karena biar otak kita nggak tumpul, karena kecantikan ga cuma penampilan saja. Kita sebagai perempuan harus upgrade diri, kalau tambah ilmunya, menambah percaya diri juga. Confidence juga akan muncul auranya. Makin percaya diri dan glowing.

Oka: Kelihatannya rumput tetangga lebih hijau, tapi kita harus lihat rumput kita sendiri juga dengan knowledge yang banyak lagi, bersyukur dengan apa yang kita miliki, paunya support system yang baik, dan hasil yang dapatkan akan baik. Jadi jangan merasa kurang dengan yang lain.

 

Apa apresiasi yang ingin diungkapkan ke satu sama lain?

Dhita: Saya bilang ke Ratih dulu ya, Jack (panggilan sayang kita). Jack, thank you sudah menerima saya apa adanya. Terima kasih everyday i learn with you, kayak walaupun nyebelin dan galak. Gapapa kok, gue juga suka nyebelin dan galak. Tapi maksudnya saya bersyukur kita bisa kerjasama. Dan kamu melengkapi saya masalah pekerjaan. Untuk Oka, makasih the stabilizer, yang diantara aku dan ratih, saya bersyukur banget kerjasama denganmu. Kamu perfect everything dan segala ide yang banyak, ada beberapa yang keteteran, kamu bisa mengarahkan juga. Kamu juga melengkapi saya. Jujur saja, aku belajar banyak dari mereka berdua, para perempuan yang ternyata teman saya hebat. Bersyukur banget punya teman yang bisa menambah value di kehidupan. Dan bagaimana cara aku memandang how, jadi lebih terbuka. Makasih buat kalian berdua.

Ratih: Untuk Dita, terima kasih kamu sudah membuat hari-hariku menjadi lebih berwarna dengan semua kelucuan kamu, kebawelan kamu, banyak maunya, tapi membuat hari-hariku berwarna. Thank you for a being their. Sudah mendengarkan keluh kesah, baik personal dan pekerjaan. Mereka selalu be there for me. So, thank you guys. Dari kerjaan juga aku belajar dari mereka. Dita dari creative, karena aku the new industry sebenarnya pas nyemplung di sini. Jadi membiasakan sosmed masih learning banget buat saya. Dia selalu menyemangati saya buat konten. Terima kasih kamu sudah menyemangati, tak putus asa dan sabar. Kalau udah pusing buat konten, dia yang edit, dan Oka, benar yang Dita bilang untuk selalu kroscek. 'Jangan lupa pajak ink'. Regulasi dll dia sangat detail dan dia balance kita semua dan karena kita angkanya ganjil, jadi kalau ada butuh membuat keputusan. Angka ganjil membuat kita forum lebih enak. Makasih and I love you guys.

Oka: Untuk Dita, makasih banget Jack. Seperti Ratih bilang, kamu yang mewarnai hidup kita, gagasan cemerlang selalu keluar dari briliant kamu, kadang kita ga kepikiran. Thank you for being there. Kamu benar-benar tahu apa yang kita mau, kamu sat set sat set tapi memberikan waktu yang pas. Thank you and love you. Kalian adalah sahabat kecilku yang bertumbuh bersama and happy

Menurut kalian definisi wanita hebat itu seperti apa?

Dhita: Kalau buatku, perempuan hebat adalah perempuan yang bisa bangkit saat dia berada di bawah dalam hidupnya, yang tidak berhenti untuk jalan dan tidak menyerah. Itu perempuan hebat.

Oka: Perempuan hebat adalah perempuan yang tidak mengesampingkan kepentingan orang lain dan mengutamakan kebaikan yang dia kerjakan.

Ratih: Perempuan hebat berani mempunyai pendirian, kasih sayang pada sesama manusia, dan yang pantang menyerah dan selalu mencoba.

Follow Official WhatsApp Channel Fimela.com untuk mendapatkan artikel-artikel terkini di sini.

What's On Fimela
Loading