Fimela.com, Jakarta Warna ternyata memiliki fungsi yang lebih dari sekadar penghias atau pemanis. Warna juga berkaitan erat dengan identitas dan semangat perubahan untuk menjadi lebih baik. Hal itu diamini AkzoNobel Decorative Paints Indonesia melalui Dulux yang berupaya mentransformasi kehidupan masyarakat melalui cat.
Melalui program Let's Colour yang merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility (CSR), perubahan itu benar-benar bisa dilihat dan dirasa. Dari tahun ke tahun, program ini terus dikembangkan lewat jalinan kolaborasi dengan masyarakat, tokoh setempat dan pemerintah.
Niluh Putu Ayu Setiawati, Head of Marketing PT ICI Paints Indonesia (AkzoNobel Decorative Paints Indonesia) mengatakan sudah ada beberapa project yang terlaksana sejak 2016, di mana Dulux melakukan repainting di beberapa kota seperti Jakarta, Bogor, Cianjur, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Palembang, Salatiga, Padang dan Mataram. Setiap project yang di-handle dengan serius karena memakan waktu hingga beberapa bulan.
Advertisement
"Let's Colour adalah program AkzoNobel secara global untuk CSR, di mana kita mengharmonisasi people, planet and paint dalam bentuk expertise kita yaitu colours. Daerah mana saja atau tempatnya seperti apa itu dari masyarakat dan kita juga lihat potensinya. Seperti kemarin di Cianjur banyak sekolah-sekolah yang rusak, kita melakukan repainting agar mereka bisa sekolah kembali," tutur perempuan yang akrab disapa Bu Ayu tersebut.
Salah satu project besar dilakukan di Padang, dengan pengecatan kembali kawasan Kota Tua Padang dan memberikan warna pada Jembatan Siti Nurbaya yang dilakukan pada bulan November 2022. Karena pengecatan itu, area tersebut kembali hidup dan menggerakkan roda perekonomian.
Advertisement
Kebahagiaan yang Tak Terukur Materi
Peran masyarakat dan komunitas memang sangat penting untuk mentransformasi daerah mereka. Di tempat-tempat yang diremajakan melalui warna oleh Dulux, warganya selalu menunjukkan antusiasme yang tinggi untuk perubahan.
"Kita juga melihat orang-orang yang akhirnya kita pilih, sense of belonging terhadap daerahnya sangat kuat sekali. Mereka perhatian sekali, sampai kita sendiri juga kaget," kata Ayu.
Sebagai bagian dari project yang membantu masyarakat mentransformasi daerahnya, Niluh Putu Ayu Setiawati merasakan kebahagiaan yang hakiki. Ia turut bisa merasakan ketulusan orang-orang yang merasa terbantu melalui project ini.
"Setiap daerah yang didatangi, apresiasi dari masyarakat itu yang terasa banget, karena semua mengerjakan dari hati. Itulah yang selalu saya bilang, di sinilah di tempat saya bekerja di mana kontribusi pekerjaan saya tidak dinilai dengan uang, tapi rasa terima kasih dari orang yang tulus. Tulus banget," lanjutnya.
Menjadi Leader dan Support System
Kebanggaan menjadi bagian dari program Let's Colour takkan terwujud tanpa dukungan orang-orang di sekitarnya. Ayu banyak berkomunikasi dengan Ria Marfiana, support system-nya yang menjabat Professional and Sustainability Manager, PT. ICI Paints Indonesia (AkzoNobel Decorative Paints Indonesia).
Kolaborasi dua perempuan hebat ini lah yang turut menyukseskan program Let's Colour di berbagai wilayah di Indonesia. Ria lebih banyak turun ke lapangan dan berinteraksi dengan masyarakat maupun komunitas dalam project tersebut. Karena itu ia banyak mengalami cerita-cerita menarik selama project berjalan.
"Projectnya kan nggak pernah singkat ya, sampe berbulan-bulan. Jadi kami terlibat langsung dengan orang-orangnya, seperti meeting bareng, ngecat bareng, kadang sampe jam 1 malam. Intensitas itu membuat rasa kekeluargaannya makin besar. Makanya mereka bilang Dulux itu beda, karena punya touch yang lebih personal," tutur Ria Marfiana tentang kesan-kesannya menangani project Let's Colour.
Â
Dua sosok ini jadi contoh perempuan yang bisa membuat keputusan-keputusan besar berkat kerja keras dan perjuangan meraih posisi leader. Niluh Putu Ayu Setiawati memiliki prinsip tersendiri dalam mendefinisikan seorang leader yang baik.
"A leader without followers is nothing. Menjadi pimpinan itu harusnya bisa melayani, melayani followersnya untuk bisa memaksimalkan potensinya sehingga bisa meningkatkan value mereka. Leader bukan berarti harus bisa segalanya, tapi harus tahu bagaimana menyusun dan melengkapi puzzle-nya," jelas Bu Ayu.
Terlebih, menjadi seorang female leader juga menjadi tantangan tersendiri. "Menjadi seorang female leader itu nggak mudah, lho. Pertama, dia sebagai perempuan harus punya nilai ekonomi, dia harus berkarya. Kedua, dia sebagai istri yang melayani suaminya. Ketiga, dia menjadi ibu dan punya peranan penting untuk generasi selanjutnya. Siapa yang bisa melakukan itu semua? Itulah kenapa posisi itu sangat challenging," pungkasnya.