Fimela.com, Jakarta Kebiasaan membaca di Gen Z masih tergolong rendah. Apalagi dalam hal membaca berita. Paparan teknologi sejak dini membuat Gen Z begitu dekat dengan media sosial. Tanpa perlu diajari, Gen Z tahu betul bagaimana mencari informasi di media sosial tanpa harus membaca berita konvensional.
Di sisi lain, Gen Z juga cukup cerdas dalam memilih informasi yang ingin dikonsumsi. Karakter Gen Z yang unik dalam mengonsumsi media sosial menjadi tantangan bagi industri digital, terutama media digital di Indonesia.
"Kita ingin mengubah bagaimana generasi yang lebih muda punya behaviour yang lebih relate dengan media sosial," kata Adam Saputra selaku VP Marketing Kapanlagi Youniverse saat sesi IdeaTalks pada Jumat (29/9/2023).
Advertisement
Senada dengan Adam, Ayu Paramita selaku Head of Brand and Communication City Vision menyebut keunikan karakter dari Gen Z turut menstimulasi para penyelenggara media untuk berinovasi lewat produk. Sebagai upaya menarik perhatian Gen Z.
Advertisement
Inovasi produk portal berita
Meski sudah berusaha menarik minat Gen Z dengan mencantumkan link berita di media sosial, nyatanya dampak yang dapat belum signifikan
"Kalau mereka cuma stay di medsos aja, cuma nambahin followers bukan make money. Kita berpikir gumana caranya bikin konten yang naik di media sosial tapi juga works untuk traffic. Fitur Swipe Up ke portal berita itu ternyata kecil impressionnya. Hanya sekitar 2%. Dan itu sebenarnya challenge juga buat kita," jelas Adam.
Menyikapi situsasi tersebut, Kapanlagi Youniverse yang jadi bagian EMTEK Digital mulai menyikapinya dengan Maverick Project. Portal media di bawah EMTEK Digital mulai menjajal strategi baru untuk menarik minat Gen Z untuk membaca berita.
Merdeka.com jadi portal media EMTEK Digital yang telah menjajal Maverick Project dengan tampilan mirip media sosial. Tidak lagi menggunakan laman konvensional melainkan merancang laman yang lebih interaktif dengan tampilan yang kekinian.
Loyalitas terhadap media sosial
Karakter unik lainnya dari Gen-Z adalah loyalitas terhadap media sosial. Gen-Z, terutama yang berada di luar Jawa yang memiliki screen time lebih banyak menjadi potensi besar untuk meningkatkan awareness maupun engagement bagi media maupun brand.
Potensi ini tidak hanya bisa digali lewat jumlah konten yang dibuat melalui media sosial, melainkan juga dibuat aktivitas guna menarik keterlibatan Gen-Z. Garry Limanata selaku Co-Founder StickEarn menjelaskan Gen-Z yang berada di daerah memiliki kecintaan lokal yang cukup tinggi.
"Kecintaan terhadap local influencer lebih besar di kota mereka. There's power of local. Very highly accepted," kata Garry.
Hal inipun disepakati oleh Adam berdasarkan penyelenggaraan event KapanLagi Korea Festival beberapa waktu lalu di Surabaya. Mengundang Jang Hansol sebagai narasumber, ternyata menarik perhatian Gen-Z untuk lebih datang dan terlibat.