Fimela.com, Jakarta Tantangan literasi global masih bersifat gender. Dari data UNESCO, secara global terdapat 763 juta orang dewasa dan anak muda, dimana dua pertiganya adalah perempuan, yang masih belum bisa membaca dan menulis. Kesenjangan gender dalam literasi merupakan akibat dari tidak meratanya akses terhadap pendidikan dasar, yang kemudian menjadi akar penyebab terjadinya kesenjangan atau ketidaksetaraan gender dalam partisipasi pendidikan dan kegiatan sosial ekonomi lainnya.
Dilansir dari laman unesco.org, literasi merupakan landasan pembelajaran yang mendorong partisipasi dan pemberdayaan sosial-ekonomi, khusus bagi wanita dan anak perempuan. UNESCO terus berupaya mencapai tujuan pemberdayaan perempuan melalui literasi dan pandangan mengenai peluang serta tantangan yang mungkin ditimbukan oleh digitalisasi dalam pembelajaran literasi untuk perempuan.
Di Indonesia sendiri, ketidaksetaraan gender dalam literasi masih menjadi suatu masalah penting. Apabila ditelusuri menggunakan indikator angka melek huruf (AMH), kemampuan literasi dasar ini tertinggal untuk penduduk di pedesaan, penduduk miskin, kelompok disabilitas, dan kelompok wanita. Dalam kurun waktu lima tahun, AMH wanita berkisar 93-94 persen yang artinya masih ada 6 dari 100 wanita di Indonesia yang belum bisa baca tulis. Sementara AMH pria mencapai 97 persen dan sudah melampaui target.
Advertisement
Advertisement
Kesenjangan Gender dalam Literasi
Kendala sosial seperti stereotipe, diskriminasi, dan bias gender menjadi hambatan bagi perempuan untuk meningkatkan kemampuan literasinya melalui pendidikan. Kesenjangan gender dalam hal literasi berpotensi memperburuk kesenjangan gender digital yang berujung pada melebarnya ketimpangan gender. Penting untuk terus melakukan advokasi terhadap kebijakan, strategi, dan praktik yang responsif gender, termasuk kebijakan yang menggunakan teknologi digital.
Pendidikan literasi kesetaraan gender memberikan manfaat yang besar bagi perempuan. Pendekatan ini dapat meningkatkan kemandirian dan kemampuan berpikir kritis perempuan. Dengan memiliki pengetahuan yang cukup tentang hak-hak mereka dan isu gender, perempuan dapat lebih percaya diri dalam mengejar cita-cita dan meraih kesuksesannya di masa depan.
Berbagai inisiatif dan inovasi program telah diluncurkan untuk membangun literasi untuk kesetaraan gender bagi perempuan. Inisiatif tersebut meliputi kampanye kesadaran, pelatihan, dan workshop di masyarakat lokal, serta pengembangan kurikulum yang eksklusif di berbagai tingkat pendidikan.
Peran Perempuan
Perempuan memainkan peran penting dalam mempromosikan kesetaraan gender melalui inovasi dan teknologi. Perempuan berkontribusi dengan berpartisipasi aktif dalam pengembangan dan penerapan solusi inovatif yang mengatasi kesenjangan gender. Berikut beberapa peran perempuan dalam membangun inovasi literasi untuk kesetaraan gender:
1. Merancang Teknologi Inklusif
Wawasan dan pengalaman perempuan sangat penting dalam menciptakan teknologi yang memenuhi kebutuhan beragam kelompok gender, memastikan inklusivitas dan kesetaraan.
2. Pemberdayaan Perempuan melalui Pendidikan
Pemberdayaan perempuan dan pendidikan saling berhubungan. Perempuan yang diberdayakan mempunyai posisi yang lebih baik untuk memanfaatkan inovasi dan teknologi, sehingga mendorong kesetaraan gender.
3. Mendorong Kebijakan dan Advokasi
Perempuan terlibat aktif dalam mengadvokasi kebijakan yang mendukung kesetaraan gender dalam inovasi dan teknologi, memastikan lingkungan yang kondusif untuk kemajuan.
4. Mempromosikan Kesadaran gender
Perempuan seringkali memimpin dalam meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesetaraan gender dalam ruang inovasi, mendorong dialog konstruktif dan mempengaruhi perubahan.
5. Bertindak sebagai Panutan
Perempuan yang menduduki posisi kepemimpinan di sektor inovasi dan teknologi bertindak sebagai teladan, menginspirasi perempuan lain untuk mengejar karir dan inisiatif di bidang ini, yang pada akhirnya berkontribusi terhadap kesetaraan gender.
Penulis: Maritza Samira
#BreakingBoundariesSeptember