Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela pernah mendengar istilah generasi sandwich? Istilah ini merupakan gambaran situasi di mana generasi muda di Indonesia harus membiayai kehidupan orangtua mereka, selain diri mereka sendiri dan anak- anak mereka karena keadaan yang di luar kendali, yang pada akhirnya berdampak pada kondisi finansial pribadi mereka.
Ayu Meidyawati, Head of Corporate Sales at Sinarmas MSIG Life, dan Nucha Bachri, CEO dan Co-Founder platform edukasi orangtua Parentalk.id menyatakan bahwa masalah ini telah ada selama beberapa generasi di Indonesia, tetapi baru-baru ini masyarakat Indonesia semakin sadar dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki situasi tersebut.
"Aku sendiri merupakan bagian dari generasi sandwich, karena kedua orangtuaku sudah pensiun dan aku memiliki dua anak sendiri, dan menurutku kesadaran akan topik ini baru dimulai dengan generasiku. Menurutku, istilah ini sendiri masih cukup baru di Indonesia, dan tidak banyak orang yang menyadari bahwa mereka bagian dari generasi sandwich, padahal banyak individu di negara ini mengalami fenomena ini," ujar Nucha dalam siaran pers Ultimate Guide for Sandwich Generation: Essential Financial Planning for Retirement.
Advertisement
Ayu menambahkan bahwa rantai generasi sandwich dapat diputuskan atau setidaknya dikurangi efeknya karena kemajuan teknologi di era digital.
“Sekarang orang bisa dengan mudah mempelajari produk keuangan dan meningkatkan literasi keuangan mereka melalui platform media sosial yang edukatif, informasi penting sekarang jauh lebih mudah diakses."
Advertisement
Pentingnya persiapan masa tua
Maka untuk memecahkan rantai generasi sandwich, sangat perlu merencanakan dan memprioritaskan keuangan mereka berdasarkan kebutuhan pribadi.
Nucha menjelaskan selalu melakukan refleksi diri, dan mengevaluasi apa yang dibutuhkan baik secara mental maupun finansial. Terutama di Indonesia di mana budaya menggabungkan dua keluarga menjadi satu sangat kuat, tanggung jawab seringkali meluas kepada anggota keluarga dari orang yang ada dalam hubungan tersebut juga.
“Kamu perlu membuat rencana keluarga yang berkomunikasi dengan pasanganmu mengenai apa yang kamu butuhkan, yang mencakup aspek mental dan finansial hubungan kalian,” katanya.
Ayu menambahkan bahwa kesadaran keuangan dapat dibagi dalam hirarki piramida. Dasar dari prioritas keuangan harus terdiri dari keamanan keuangan, yang meliputi arus pemasukan yang konsisten, ketersediaan dana darurat, dan penganggaran. Aspek lain dari keamanan keuangan di atas aspek yang telah disebutkan adalah pengelolaan risiko dan perlindungan, termasuk asuransi kesehatan dan asuransi jiwa.
Tingkatan yang lebih tinggi dari piramida tersebut adalah kenyamanan keuangan, aspek ini terdiri dari investasi seperti properti, pendapatan pasif, dana pensiun, dan dana warisan.
"Semakin awal kalian mulai mengenali di mana posisi masing masing dalam skala prioritas ini, semakin cepat kalian dapat bertindak untuk mendistribusikan sumber daya keuangan untuk mencapai tahap di mana kalian merasa nyaman secara finansial dan aman," jelas Ayu.
Produk Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Ayu juga menjelaskan lebih rinci mengenai DPLK atau Produk Dana Pensiun Lembaga Keuangan sebagai instrumen perencanaan finansial di masa depan, ragam pilihan jenisnya, karakter, manfaat hingga perbedaannya dengan tabungan konvensional.
"Menabung di bank menghasilkan bunga setelah periode waktu yang lama, sementara produk- produk ini memberikan opsi perlindungan yang berbeda, baik itu untuk kesehatan, jiwa, atau bahkan pendidikan. Itu tergantung pada apa yang kamu butuhkan, dan kalian memiliki kebebasan untuk memilih," papar Ayu
Selain itu, Ayu juga meluruskan pandangan keliru mengenai DPLK, dimana banyak yang mengira bahwa mereka perlu menginvestasikan uang yang cukup banyak setiap bulan untuk dapat membeli Produk Dana Pensiun.
“Sebenarnya [DPLK] sangat mudah diakses oleh siapa saja, dan kalian bisa memulainya hanya dengan Rp50.000 per bulan. Penting bagi orang-orang untuk menyadari bahwa produk-produk ini fleksibel sesuai kebutuhan masing-masing dan ramah secara ekonomi, sehingga kita dapat memutus rantai generasi sandwich di Indonesia," papar Ayu
Keduanya juga memberikan tips pengelolaan keuangan untuk peserta webinar. Nucha menyarankan generasi muda agar lebih sadar akan pemasukan serta pengeluaran mereka, di mana penganggaran teratur secara sederhana dapat memberikan manfaat yang besar.
“Kalian perlu menetapkan tujuan yang jelas dengan uang masing masing, mengenali apa yang diinginkan atau dibutuhkan, baik itu memiliki rumah atau memberikan pendidikan yang layak untuk anak-anak kalian. Menyadari dan berkomunikasi dengan pasanganmu tentang target- target ini akan membantu kalian merencanakan masa depan dengan nyaman," kata Nucha
Sedangkan menurut Ayu, meningkatkan literasi keuangan kita secara kolektif dengan memanfaatkan pengetahuan yang sekarang tersedia adalah hal paling bermanfaat yang bisa dilakukan untuk memutus rantai generasi sandwich.
“Belajar melalui media sosial atau webinar seperti ini dapat membantu kalian memperdalam pemahaman tentang apa yang bisa dan perlu dilakukan, karena banyak orang yang semakin melek finansial, semakin banyak pula masyarakat Indonesia yang bisa mengambil keputusan finansial dengan lebih tepat," tutup Ayu.