Fimela.com, Jakarta Drupadi menggugat kesewenangan-wenangan kekuasaan laki-laki yang hampir memperlakukannya dengan tidak hormat sehingga ia melakukan perlawanan seluruh tindakan dan keputusan yang telah ditetapkan oleh raja dan para suaminya supaya tidak ada lagi pelecehan terhadap dirinya berlangsung secara terus menerus hingga masa yang akan datang.
Gugatan dan perlawanan Drupadi ini, telah disajikan oleh Arcana Foundation Pada Sabtu 6 Juni lalu, Arcana Foundation telah menyelenggarakan pertunjukkan lakon bertajuk teater bertajuk Monolog Drupadi DI Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Pasar Baru Jakarta Pusat yang ditulis dan disutradarai oleh seniman Putu Fajar Arcana dengan persiapan seluruh pementasan selama hampir tiga bulan di Denpasar, Bali.
Arcana Foundation yang didirikan oleh Joan Arcana sejak tahun 2011, selalu konsisten dalam menangkap isu-isu aktual yang kemudian dipresentasikan ke dalam pentas dan kini dalam pertunjukkan terbarunya, ia mengangkat peristiwa tentang para perempuan yang mengalami kekerasan seksual dan dilecehkan seolah terus menerus tanpa henti.
Advertisement
Advertisement
Kekerasan Seksual Menjadi Tema Pertunjukkan Monolog Arcana Foundation Terbaru
“Hukuman rupanya tak menjerakan para pelaku. Kekerasan seksual terhadap perempuan terus-menerus terjadi, di mana-mana. Ini memprihatinkan kami,” ujar Joan.
Dengan melihat beberapa peristiwa mengenaskan yang dialami para perempuan di Bandung, Bekasi, Jakarta, Sumatera Barat, dan beberapa daerah lain di Indonesia mendorong Joan menyadari bahwa harus ada cara lain yang dapat dilakukan untuk memberdayakan perempuan supaya membangkitkan kesadaran para lelaki, salah satunya melalui pementasan teater.
Pementasan teater dapat menjadi sarana untuk mengetuk kesadaran bersama tentang pentingnya menghargai dan menghormati perempuan. Walaupun semua gugatan dan perjuangan tidaklah dalam kerangka saling mengalahkan, tetapi setidaknya perempuan diletakkan dalam posisi terhormat.
Putu Fajar Arcana sebagai sutradara menyatakan keinginannya untuk menyajikan bentuk teater yang akrab dengan seluruh elemen penginderaan dalam diri manusia sehingga secara visual, para penonton akan diajak berpetualang menikmati keindahan lanskap yang disajikan teknologi multimedia dan secara auditif, penonton akan menikmati sajian lagu yang digubah oleh musisi dan aktris film Ayu Laksmi.
Teater Monolog
Sejak awal, Ayu Laksmi yang memiliki nuansa musik yang pas dengan suasana yang ingin dibangun oleh Putu Fajar Arcana dalam pementasan Drupadi menjadikan alasan terpilihnya ia untuk mengubah lirik-lirik yang ditulisnya untuk pementasan ini.
“Ayu itu berhasil memadukan musik dunia dengan materi kekayaan etnik yang kita miliki. Lakon ini juga berangkat dari kekayaan tradisi yang kita miliki, tetapi dipresentasikan dengan platform yang akrab dengan generasi di masa kini,” ujar Putu, atau yang akrab disapa Bli Can.
Dalam menyederhanakan penyampaian curhatan yang diungkapkan Drupadi sepanjang pertunjukkan membuat Putu Fajar Arcana memilih bentuk teater monolog yang juga diperkuat dengan eksplorasi tari yang digarap koreografer internasional Jasmine Okubo dan musik oleh Kadapat. Kadapat sendiri akan digawangi oleh Yogi dan Barga yaitu dua anak muda Bali yang menguasai musik tradisi, tetapi juga mengeksplorasinya melalui teknologi musik digital.
Lirik yang kaya akan makna membuat Ayu Laksmi merasa beruntung mendapatkannya dan dimudahkan dalam pengubahannya menjadi sebuah nyanyian. Selain itu, pengalaman menciptakan lagu yang diperuntukkan bagi sebuah pementasan menjadi hal yang baru dan agak berbeda bagi dirinya yang dalam menyiapkan sebuah album.
“Jadi saya harus menangkap nuansa pentas, lalu mencari warna yang tepat agar menghasilkan lagu yang pas dengan bentuk pertunjukan,” ujar Ayu Laksmi.
Di sisi lain, Jasmine Okubo mengungkapkan bahwa ia telah mengajak para penari sarat pengalaman dan prestasi dalam proyek pementasan Drupadi, salah satunya Thaly
Kasih, yang pernah bermain dalam film The Seen and Unseen, garapan sutradara Kamila Andini.
“Dia berbakat sekali, karena itu layak diberi kesempatan mengembangkan bakatnya,” tutur Jasmine.
Menurut Joan Arcana, berhasil digelarnya dan dijalankannya pertunjukkan ini tentu juga berkat dukungan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, serta Indonesia Kaya dan para donatur yang merasa berkepentingan untuk menyuarakan isu-isu seputar kaum perempuan.
*Penulis: Fani Varensia